Juventus sudah sewajarnya melupakan ”scudetto”. Habitat Juve di musim ini adalah mengejar tiket Liga Champions.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
VERONA, MINGGU — Hasil imbang, 2-2 pada laga pekan ke-25 Liga Italia menghadapi Hellas Verona, tim papan bawah, Minggu (18/2/2024) dini hari WIB, mengetuk kesadaran semua pemain Juventus. Meskipun menjalani periode baik di pengujung 2023, ”Si Nyonya Besar” belum layak berbicara tentang mengejar scudetto di musim ini.
Juventus berpeluang besar menjalani musim kelima tanpa berhasil meraih scudetto alias trofi Liga Italia. Pertandingan yang berlangsung di Stadion Marcantonio Bentegodi itu menyadarkan kualitas Juve yang masih jauh dari ideal untuk mengusik kenyamanan Inter Milan di puncak klasemen.
Alih-alih menjadi pesaing terdekat Inter, Juve sudah harus memikirkan ancaman AC Milan yang berpeluang menggusur mereka di posisi kedua. Apabila bisa melibas Monza, Senin (19/2/2024) dini hari WIB, Milan dipastikan akan menduduki peringkat kedua dengan keunggulan satu poin atas Juve. Alhasil, Si Nyonya Besar bakal lebih disibukkan dengan berkontestasi memburu posisi runner-up dibandingkan pesaing scudetto.
Kans scudetto itu memudar akibat performa Dusan Vlahovic yang menurun sejak memasuki akhir Januari lalu. Juve hanya mengemas dua poin dari empat laga terakhir. Padahal, pada empat duel itu, hanya Inter Milan yang berstatus tim papan atas. Tiga lawan lain, yakni Empoli, Udinese, dan Verona, ketika jelang menghadapi Juve berada di luar peringkat 15 besar. Tak ayal, ketiga klub itu berpredikat tim-tim yang terancam zona degradasi.
Jika merujuk kualitas lawan, Juve seharusnya bisa menjaga persaingan scudetto dengan Inter selama bulan ini. Wajar pula apabila pendukung Juve memasang harapan tim kesayangannya lebih rutin menghuni peringkat pertama. Tetapi, hal yang terjadi sebaliknya.
Kans scudetto menguap ketika menghadapi tiga tim yang duduk di papan bawah. Juve ditahan imbang Empoli, tumbang dari Udinese, dan hanya bisa dua kali mencetak gol penyama kedudukan kontra Verona. Memasuki tiga bulan pamungkas Liga Italia edisi 2023-2024, Juve telah ditunggu lawan-lawan berat.
Kondisi itu membuat gelandang Juve, Adrien Rabiot, enggan membahas lagi peluang scudetto. Menurut dia, skuad Juve harus kembali fokus mengejar target mereka yang dicanangkan di awal musim, yaitu merebut tiket Liga Champions musim depan.
”Kami harus realistis sekarang, Inter berada di jalur mereka sendiri dan kami harus berjuang mempertahankan tempat kedua. Kami harus mengembalikan identitas permainan kami,” tutur Rabiot kepada DAZN.
Selama bulan Maret, Juve telah ditunggu jadwal yang bakal menyulitkan. Mereka akan berjumpa Napoli, Atalanta, dan Lazio. Tiga lawan tangguh juga bakal dihadapi Si Nyonya Besar pada April, yaitu Fiorentina, Torino, dan AC Milan.
Kami harus realistis sekarang, Inter berada di jalur mereka sendiri dan kami harus berjuang mempertahankan tempat kedua. Kami harus mengembalikan identitas permainan kami.
Dengan performa saat ini, sulit untuk membayangkan Juve bisa mengalahkan enam lawan itu. Enam poin dari keenam tim itu berpeluang menjadi koleksi poin terbaik Juve seandainya tidak segera melakukan pembenahan.
”Kami bermain terlalu ceroboh dan melupakan hal kecil yang menghadirkan perbedaan. Tentu kami harus menunjukkan permainan lebih baik karena kami telah banyak membuang-buang poin,” ujar Rabiot yang membantu Juve terhindar dari kekalahan berkat gol sepakan kaki kiri di menit ke-55.
Verona, yang duduk di peringkat ke-18, sempat unggul melalui tembakan Michael Folorunsho di menit ke-11. Juve membalas melalui eksekusi penalti Dusan Vlahovic ketika laga berjalan 28 menit. Di awal babak kedua, Verona kembali mencetak gol melalui skema serangan balik melalui Tijjani Noslin pada menit ke-52.
Perlu eksperimen
Selain sejumlah kesalahan individu yang menyebabkan rentetan hasil nirmenang, Juve juga terkendala pola permainan yang statis dan mudah diantisipasi lawan. Taktik 3-5-2 yang diterapkan Pelatih Massimiliano Allegri sudah tidak ampuh lagi untuk menghadirkan lini pertahanan yang kokoh serta transisi serangan balik cepat mematikan.
Itu terlihat pada laga melawan Inter di Stadion Giuseppe Meazza, 5 Februari lalu. Serangan monoton Juve dari sisi sayap gagal memberi ancaman berarti bagi kiper Inter, Yann Sommer.
Di laga kontra Verona, Juve juga hanya mampu menciptakan empat tembakan mengarah ke gawang. Adapun Verona bisa mengoleksi sembilan tembakan tepat sasaran.
Situasi itu membuat tak ada jalan lain bagi Allegri untuk melakukan eksperimen taktik di laga-laga mendatang. Gelagat untuk menghadirkan perubahan telah diwujudkan Allegri dengan menerapkan formasi 4-3-3 saat memasukkan dua pemain pengganti, Alex Sandro dan Federico Chiesa, di menit ke-57.
Alex Sandro mengisi posisi bek sayap kiri untuk melengkapi kuartet bek yang diisi duet bek tengah, Daniele Rugani dan Danilo, serta bek sayap kanan Weston McKennie. Trio lini tengah diisi oleh Rabiot, Manuel Locatelli, dan Andre Cambiaso. Adapun tiga posisi pemain di depan dihuni Chiesa, Vlahovic, dan Kenan Yildiz.
Serangan Juve jadi lebih berbahaya ketika Yildiz diganti oleh Carlos Alcaraz di menit ke-66. Alcaraz berperan sebagai kreator serangan. Dengan kemampuannya menggiring bola dan menghadirkan operan-operan kunci, Alcaraz menghidupkan serangan Juve dari sisi tengah.
Perubahan taktik itu berbuah dua peluang emas yang dimiliki Chiesa pada lima menit pamungkas laga. Sayang, Chiesa gagal memanfaatkan kesempatan itu. Sepakannya di menit 90+1 setelah bermain satu-dua dengan Alcaraz masih bisa dihalau kiper Verona, Lorenzo Montipo, dengan kaki.
Meski begitu, Allegri mengaku belum puas dengan perubahan taktik itu. Ia menilai 4-3-3 masih terlalu rapuh untuk menghalau serangan lawan.
”Perubahan sistem itu masih membuat kami mendapat ancaman dari Verona melalui serangan balik. Sebab, kami tidak bisa menghalau mereka lebih dini. Hasil buruk ini lebih disebabkan banyaknya kesalahan teknis,” kata Allegri, seperti dikutip La Gazzetta dello Sport.
Ia menambahkan, ”Kami mendapat hasil tidak baik bukan karena sistem, tetapi Anda harus berlari lebih banyak dan bekerja lebih keras sebagai sebuah tim. Kami saat ini terlalu terbuka sehingga memudahkan lawan.”