Membaca Visi Sepak Bola Prabowo-Gibran
Gebrakan Prabowo-Gibran di sepak bola menjadi satu hal yang dinanti. Setidaknya mereka tidak minim pengetahuan bola.
Setelah memastikan keunggulan pada Pemilu 2024 melalui hasil hitung cepat, termasuk Litbang Kompas, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka mulai disorot kesungguhan mereka mewujudkan janji-janji kampanye. Di dunia olahraga, publik pun menantikan visi sepak bola yang akan dijalankan duo pemimpin negeri periode 2024-2029 itu.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Meskipun tidak menjabarkan secara rinci tentang visi sepak bola, Prabowo-Gibran memasukkan ”peningkatan prestasi olahraga” dalam program kerja yang terdapat dalam Asta Cita 4. Dalam poin-poin program untuk meningkatkan prestasi olahraga itu, keduanya berjanji membangun ribuan lapangan sepak bola dan inftrastruktur olahraga, menyusun program pencarian bakat terstruktur, keringanan pajak klub-klub olahraga, hingga memperbesar dukungan infrastruktur dan finansial demi perbaikan prestasi di Asian Games, Olimpiade, dan Piala Dunia.
Janji-janji itu tentu tidak akan mudah diwujudkan. Selama lima tahun periode kedua Presiden Joko Widodo, sepak bola yang diberi perhatian pun belum sepenuhnya menghadirkan perbaikan. Indonesia sudah meraih kembali medali emas SEA Games dan lolos ke fase gugur Piala Asia untuk pertama kali, tetapi fondasi pembinaan sepak bola belum banyak berubah.
Langkah Presiden Jokowi untuk menerbitkan Intrusksi Presiden Nomor 3 Tahun 2019 tentang Percepatan Pembangunan Sepak Bola belum disambut serentak semua pemangku kepentingan. Di sisi lain, Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) semakin gencar mencari pemain diaspora dan keturunan untuk ditawari membela tim nasional Indonesia.
Baca juga: Kuartet Pemain ”Versatile” Kunci Indonesia
Dengan mencantumkan ”Piala Dunia” dalam program kerja, itu setidaknya menunjukkan harapan Prabowo-Gibran untuk membawa tim ”Garuda” menembus panggung dunia. Tentu jalannya tidak mudah dan amat terjal.
Partisipasi Indonesia di Piala Asia 2023 menegaskan level sepak bola kita hanya kelas ketiga di Asia. Kita masih jauh tertinggal dari negara-negara elite Asia yang telah rutin lolos ke Piala Dunia serta mereka yang tak pernah absen tampil di putaran Piala Asia.
Pengetahuan Prabowo-Gibran tentang sepak bola sudah tidak perlu diragukan lagi. Prabowo, misalnya, telah meresmikan Lapangan Akademi Garudayaksa miliknya di Kampung Cisaat, Kertarahayu, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Demi meresmikan lapangan itu sekaligus membuka Turnamen Nusantara Open 2023, Prabowo rela tidak menjalani kampanye di daerah pada 14 Desember 2023.
Kami tidak hanya membangun kompleks khusus sepak bola, tetapi juga pusat pelatihan cabang olahraga lainnya. Akademi Garudayaksa terbuka untuk umum, jadi fasilitas ini bisa dipakai tim lain dan menyelenggarakan program pembibitan pemain.
Pada luas tanah sekitar 60 hektar itu, Prabowo mencanangkan pembangunan kualitas sumber daya manusia generasi muda Indonesia. Tidak hanya terdapat tujuh lapangan sepak bola berstandar FIFA, Akademi Garudayaksa juga memiliki stadion dalam ruangan untuk beragam aktivitas olahraga lainnya. Lalu, ada pula sekolah dari level SD sampai universitas.
Baca juga: Saatnya ”Garuda” Menatap Asia
”Kami tidak hanya membangun kompleks khusus sepak bola, tetapi juga akan membangun pusat pelatihan cabang olahraga lainnya. Akademi Garudayaksa terbuka untuk umum, jadi fasilitas ini bisa dipakai tim-tim lain dan menyelenggarakan program pembibitan pemain,” tutur Prabowo dalam upacara pembukaan, Desember lalu.
Selaku Dewan Pembina Akademi Garudayaksa, Prabowo pun telah menandatangani kemitraan Garudayaksa dengan Akademi Aspire asal Qatar, 8 Januari 2024. Bersama Akademi Aspire, Prabowo ingin menggalakkan pembinaan usia dini dengan membentuk tim muda berjenjang di level U-14, U-15, dan U-17. Tim itu dijadwalkan telah terbentuk pertengahan tahun ini. Pelatih tim Akademi Garudayaksa itu berasal dari Akademi Aspire.
Sebelum kerja sama itu, Akademi Garudayaksa telah mengirim tim muda Persib Bandung dan tim U-20 Indonesia menjalani pemusatan latihan di Pusat Latihan Akademi Aspire, Qatar. Kemitraan itu berharap bisa menghadirkan timnas Indonesia yang lebih berkualitas di masa depan. Prabowo bermimpi Indonesia bisa mengikuti jejak Qatar yang mampu menjadi juara Piala Asia dalam dua edisi beruntun, 2019 dan 2023, lalu menembus putaran final Piala Dunia.
Adapun Gibran amat dekat dengan Persis Solo. Selama menjabat sebagai Wali Kota Surakarta, Gibran rutin menyaksikan laga kandang ”Laskar Sambernyawa” di Stadion Manahan. Dalam agenda kerja, ia pun sering mengenakan jersey Persis. Putra sulung Presiden Jokowi itu pun menunjukkan ”pengaruhnya” pada suksesi pimpinan Pasoepati, kelompok suporter tertua Persis, Maret 2023.
Di sisi lain, keseriusan Gibran mempersiapkan Piala Dunia U-20, kemudian menjadi Piala Dunia U-17 bisa menjadi bukti ia punya pengalaman bersinggungan dengan sepak bola.
Baca juga: Pengalaman Penting Indonesia untuk Naik Kelas
Menggerakkan daerah
Setelah memegang tampuk pimpinan negara, keseriusan Prabowo-Gibran untuk meningkatkan prestasi olahraga, terutama sepak bola, bakal terlihat dari kemampuan menyatukan persepsi dengan pemerintah daerah (pemda). Inisiatif Prabowo melalui Akademi Garudayaksa dan pembangunan pemusatan latihan PSSI di Ibu Kota Nusantara (IKN) tidak akan banyak mengubah pembinaan sepak bola nasional jika tidak dibarengi keseriusan daerah.
Melalui Inpres No 3/2019, pemerintah sejatinya telah memiliki ”alat” untuk menggerakkan pemda, kementerian/lembaga, badan usaha milik negara (BUMN), dan badan usaha milik daerah (BUMD) untuk menunjukkan aksi nyata pembangunan sepak bola. Namun, hampir lima tahun Inpres No 3/2019 itu diterbitkan, tidak ada perubahan signifikan.
Pembinaan melalui Pusat Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP) yang dimiliki setiap provinsi tidak berjalan serempak. Ada pemerintah provinsi yang memberikan perhatian dengan menyajikan anggaran layak, tetapi banyak pula pemprov yang setengah hati menjalankan PPLP.
Hal itu juga terwujud dari kepanjangan tangan PSSI di daerah, yaitu asosiasi provinsi (asprov) dan asosiasi kota/kabupaten (askot/askab). Tidak semua asprov dan askot/askab menjalankan kewajibannya untuk menggalakkan pembinaan, terutama kompetisi usia dini yang simultan dan berkesinambungan.
Baca juga: Supremasi Tak Instan Qatar
Misalnya, Asprov DKI Jakarta masih memiliki kendala untuk menggelar hajatan tahunan, yakni Liga 3 DKI Jakarta musim 2023. Liga 3 DKI yang dijadwalkan bergulir November 2023 belum dilaksanakan hingga kini. Padahal, Liga 3 Putaran Nasional akan digelar, April 2024.
Jika mampu menghidupkan pembinaan serentak di level pemda dan asosiasi PSSI daerah, tugas pemerintah bersama federasi selanjutnya adalah menghadirkan sistem pembibitan berjenjang. Itu agar pemain hasil pembinaan yang telah dilakukan sekolah sepak bola (SSB), PPLP, hingga akademi milik swasta memiliki tujuan jelas untuk menembus level profesional.
Tanpa adanya jenjang yang jelas, sulit rasanya pemain-pemain hasil pembinaan bisa mendapat kesempatan setara memenuhi mimpi mereka menjadi pesepak bola nasional. Hal itu juga akan membantu klub profesional di daerah untuk memiliki bank pemain muda yang diproyeksi untuk mengisi tim muda mereka. Jadi, tim-tim di luar Pulau Jawa tidak perlu lagi menggelar seleksi pemain di kota-kota besar Pulau Jawa setiap menjelang penyelenggaraan Elite Pro Academy.
Apabila sistem pembinaan telah berjalan baik, peran pemerintah selanjutnya adalah menumbuhkan iklim industri olahraga yang sehat. Hal itu perlu untuk meningkatkan kualitas kompetisi dan profesionalitas klub-klub di kompetisi profesional.
Lingkungan industri itu setidaknya tidak akan dibangun dari dasar karena kehadiran klub-klub yang sudah mampu mandiri berkat kebijakan finansial mereka, seperti Bali United, Dewa United, Borneo FC, dan Persib Bandung, bisa menjadi teladan bagi tim-tim lain.
Baca juga: Piala Asia 2023, Ujian Kemanjuran Program Naturalisasi
Selain dasar hukum warisan Presiden Jokowi, di lingkaran Prabowo-Gibran terdapat pula dua ketua umum PSSI, yaitu Erick Thohir (periode 2023-2027) dan Mochamad Iriawan (2019-2023). Keduanya bisa berperan besar untuk memahami masalah dan memberikan solusi bagi olahraga paling popular di Tanah Air.
Lima tahun rasanya tidak akan bisa mewujudkan mimpi Prabowo-Gibran menyaksikan Indonesia tampil di Piala Dunia. Namun, mereka seharusnya mampu meninggalkan fondasi sistem sepak bola yang lebih baik. Semoga saja....