Swiatek mengalahkan Rybakina dalam final WTA 1000 Doha. Gelar juara di Qatar itu pun tak lepas dari Swiatek sejak 2022.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
DOHA, SABTU— Iga Swiatek pernah mengikuti jejak Serena Williams ketika mendominasi persaingan tenis putri pada 2022. Saat menjuarai turnamen WTA 1000 Doha 2024, Swiatek menyamai prestasi lain Serena, yaitu menjuarai sebuah turnamen dalam tiga tahun beruntun.
Gelar ketiga dari salah satu turnamen di Timur Tengah selama Februari ini didapat setelah Swiatek mengatasi salah satu tantangan terbesar dalam kariernya, yaitu mengalahkan Elena Rybakina. Dalam final yang berlangsung di Khalifa International Tennis & Squash Complex, Sabtu (17/2/2024) malam waktu setempat, Swiatek menang dengan skor 7-6 (8), 6-2.
Rybakina, juara Wimbledon 2022, adalah salah satu dari sedikit petenis yang unggul dalam statistik pertemuan. Sebelum bertemu di Doha, Rybakina unggul 3-1 dengan tiga kemenangan yang didapat secara beruntun pada 2023.
Kelebihan petenis Kazakhstan itu dalam servis keras dan forehand datar membuat Swiatek kesulitan, terutama pada set pertama. Swiatek langsung tertinggal 1-4 sebelum menyamakan skor menjadi 4-4.
Swiatek juga menghadapi set point lawan saat tertinggal 5-6 (30-40) dan Rybakina memegang servis. Namun, berkat prinsip fokus pada poin per poin, Swiatek mencuri servis tersebut dan merebut set pertama melalui tie-break. Setelah itu, dia bisa mengontrol permainan dengan lebih baik.
Ini menjadi gelar pertama Swiatek pada 2024 setelah tersingkir pada babak ketiga Grand Slam Australia Terbuka. Gelar dari Doha ini menambah catatan pencapaian fantastisnya karena menjadi yang ketiga beruntun. Namun, berbeda dengan 2023 dan 2024, turnamen pada 2022 berlevel di bawah WTA 1000, yaitu WTA 500.
Swiatek pun membuat prestasi yang lama tak dicapai petenis putri lain, yaitu menjuarai sebuah turnamen dalam tiga tahun beruntun. Petenis terakhir yang melakukannya adalah sang legenda, Serena, ketika menjuarai WTA 1000 Miami pada 2013-2015.
”Saya tak tahu bahwa juara di sini untuk ketiga kalinya sangat spesial. Sepertinya, saya bisa mencapainya ketika saya tidak tahu bahwa akan mencapai statistik itu. Saya hanya fokus pada tenis, bukan pada rekor,” kata Swiatek.
Petenis Polandia berusia 22 tahun itu pernah melampaui prestasi Serena yang lain. Pada 2022, dia delapan kali menjuarai turnamen, satu gelar lebih banyak dari yang dikumpulkan Serena pada 2014.
Saya tak tahu bahwa juara di sini untuk ketiga kalinya sangat spesial.
Lalu, gelar dari Doha pada tahun ini menjadi yang ketujuh dari turnamen WTA 1000 bagi Swiatek. Tak ada petenis lain yang bisa mengumpulkan gelar sebanyak itu sebelum berusia 23 tahun.
”Saya pikir, saya akan kalah pada babak kedua di turnamen ini. Saya tidak terlalu percaya diri sebelum turnamen dimulai. Namun, saat saya mengeluarkan semua kemampuan dan bekerja keras, hasil baik datang,” kata Swiatek dalam laman resmi WTA.
Swiatek memang mengawali musim kompetisi 2024 dengan hasil yang tak begitu bagus bagi standarnya. Dia mengantarkan Polandia ke final kejuaraan beregu campuran Piala United di Australia, tetapi Polandia kalah dari Jerman di final.
Setelah itu, pemilik empat gelar Grand Slam ini disingkirkan petenis berusia 18 tahun, Linda Noskova, di Australia Terbuka. Penampilan di Doha pun menjadi yang pertama setelah hasil buruk di Melbourne Park.
Situasi tersebut berbeda dengan 2022 dan 2023. Dua tahun lalu, saat berusia 20 tahun dan memiliki ranking kedelapan dunia, dia menyingkirkan tiga petenis ranking sepuluh besar untuk menjadi juara di Doha.
Tantangan pada 2023 lebih berat karena berstatus juara bertahan. Swiatek menghadapi perlawanan yang lebih ketat dari petenis lain, tak hanya di Doha, tetapi pada sepanjang musim. Jumlah gelar juaranya, yaitu enam gelar, turun dibandingkan setahun sebelumnya sebanyak delapan gelar, tetapi Swiatek tetap menjadi petenis terbaik dengan memuncaki ranking dunia.
Pada 2024, perjalanan berat dimulai sejak awal tahun. Akan tetapi, gelar juara dari Doha bisa menjadi momentum untuk memunculkan kembali kepercayaan diri dan sisi kompetitifnya.
Tantangan berikutnya akan dijalani pada turnamen selevel di Doha, yaitu WTA 1000 Dubai, 18-24 Februari. Untuk pertama kalinya sejak Australia Terbuka, empat petenis terbaik akan kembali bersaing.
Selain Swiatek dan Rybakina, Cori ”Coco” Gauff dan Aryna Sabalenka, yang absen di Doha, juga akan tampil. Swiatek, sebagai unggulan teratas, berada pada paruh undian yang sama dengan Coco, sementara Rybakina bersama Sabalenka. Coco dan Sabalenka adalah dua petenis yang menjuarai dua Grand Slam terakhir, yaitu Amerika Serikat Terbuka 2023 dan Australia Terbuka 2024.
Sinner ke final
Di Rotterdam, Belanda, Jannik Sinner memiliki kesempatan untuk membayar kekalahannya dalam final turnamen yang sama pada 2023. Sinner melaju ke final ATP 500 Rotterdam setelah mengalahkan petenis tuan rumah, Tallon Griekspoor, 6-2, 6-4, pada semifinal dan akan berhadapan dengan Alex de Minaur dalam laga berikutnya.
Ini menjadi final kedua beruntun Sinner di Rotterdam setelah kalah dari Daniil Medvedev pada laga puncak 2023. Pertandingan melawan De Minaur, Minggu sore waktu setempat atau Senin dini hari waktu Indonesia, juga menjadi final beruntun petenis Italia itu setelah menjuarai Australia Terbuka.
Sinner memiliki kesempatan menambah gelarnya berdasarkan statistik pertemuan dengan petenis De Minaur. Sinner tak pernah kalah dalam enam pertemuan dengan petenis Australia tersebut.
”Tentu akan sangat berarti jika saya bisa juara. Tahun lalu, saya kalah dalam tiga set, tetapi setiap final akan berbeda. Saya tahu Alex dan dia juga tahu saya dengan baik. Jadi, saya harus sangat siap berhadapan dengan dia,” ujar Sinner dalam laman resmi ATP. (REUTERS/AFP)