Menanti Kejutan dari Cabang ”Non-tradisi” Olimpiade
Sebanyak 13 cabang olahraga berjuang meloloskan atlet ke Olimpiade 2024. Beberapa di antaranya tak punya tradisi lolos.
Oleh
REBIYYAH SALASAH
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Setelah panjat tebing dan senam artistik meloloskan atletnya ke Olimpiade untuk pertama kali, tidak tertutup kemungkinan cabang olahraga lain yang jarang mengirim wakilnya juga memberi kejutan dengan lolos ke Paris 2024. Kelolosan dari cabang ”non-tradisi” ini akan menambah jumlah atlet yang ikut serta sekaligus menambah peluang Indonesia meraih banyak medali.
Indonesia memiliki sedikitnya empat cabang olahraga yang punya tradisi kuat lolos ke Olimpiade. Keempat cabang ini adalah panahan, bulu tangkis, dan angkat besi yang tak pernah absen sejak cabang ini digelar, serta atletik yang hanya absen pada Olimpiade Meksiko 1968 dan Olimpiade Barcelona 1992. Termasuk panahan yang sudah menempatkan dua wakil di Olimpiade Paris 2024, keempat cabang ini masih berjuang untuk meraih tiket ke ajang yang dihelat 26 Juli-11 Agustus 2024 ini.
Dengan kerja sama ini, saya yakin dapat membuka peluang lebih besar lagi bagi atlet untuk meraih prestasi gemilang di Olimpiade Paris.
Di luar keempat cabang tersebut, potensi kelolosan juga datang dari cabang yang jumlah keikutsertaannya tidak sebanyak panahan, bulu tangkis, angkat besi, dan atletik. Judo, misalnya, berpeluang besar kembali mengirimkan atletnya setelah terakhir tampil di Olimpiade London 2012.
Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Persatuan Judo Seluruh Indonesia (PB PJSI) Regina Lefrandt Vega mengatakan, terdapat dua judoka yang saat ini berpeluang lolos ke Olimpiade Paris 2023, yaitu Maryam March Maharani (kelas 52 kilogram) dan Gede Agastya Dharma Wardhana (+100 kg). Agar bisa menggenggam tiket ke Paris, keduanya harus menembus 10 besar ranking Asia agar bisa lolos melalui kuota kontinental.
”Maharani sudah masuk 10 besar Asia, Agas juga sempat berada pada posisi sembilan. Karena sangat fluktuatif, kami terus dorong untuk mereka menambah poin dan mengamankan posisi ke Paris,” ucap Regina dalam acara penandatanganan kerja sama dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga dalam rangka pemusatan latihan nasional untuk kualifikasi Olimpiade Paris 2024, di Jakarta, Senin (26/2/2024).
Maharani kini bertengger di posisi ketujuh daftar peringkat Asia dengan 575 poin. Posisi judoka 23 tahun ini kemungkinan besar akan naik satu tingkat seiring tambahan 50 poin yang didapat setelah meraih peringkat ketiga di Warsaw European Open 2024, Sabtu (24/2/2024). Sementara itu, Agas terlempar dari 10 besar dengan total 305 poin.
Baik Maharani maupun Agas telah memulai perjuangan mereka ke Paris sejak 2022. Sebanyak enam kompetisi telah mereka ikuti untuk mengumpulkan poin. Dua judoka yang menjalani training camp di Eropa ini selanjutnya akan mengikuti Grand Prix Upper Austria dan Tbilisi Grand Slam pada Maret 2024.
Jika Maharani mampu mempertahankan posisi di 10 besar dan Agas mampu mengikuti jejak rekannya hingga masa kualifikasi berakhir pada 23 Juni 2024, maka judo Indonesia membasuh dahaga lebih dari satu dekade lamanya. Judo terakhir kali mengirimkan wakilnya di Olimpiade London 2012, yaitu judoka Putu Wiradamungga. Sebelum itu, judo Indonesia aktif mengirim wakil.
Di Olimpiade Barcelona 1992, judo Indonesia mengirimkan empat judoka, yaitu Pujawati, Hengki Pie, Yudi Wahid, dan Helena Miyagan Papilaya. Selanjutnya Kresna Bayu menjadi wakil Indonesia di Olimpiade Atlanta 1996. Begitu juga di Olimpiade Sydney 2000 bersama Aprilia Marzuki dan Olimpiade Athena 2004. Pada Olimpiade Beijing 2008, Indonesia absen.
Selain judo, peluang juga dimiliki cabang balap sepeda. Dua pebalap Indonesia, Bernard Benyamin Van Aert (nomor omnimum) dan Terry Yudha Kusuma (nomor madison berpasangan dengan Bernard) punya kans untuk tampil di Paris. Saat ini, Bernard berada pada ranking ke-12 dunia, 10 tingkat di atas batas lolos Olimpiade. Adapun Indonesia berada di peringkat ke-19 pada nomor madison, masih mengejar untuk menembus 16 besar sebagai syarat lolos.
Cabang balap sepeda terakhir kali mengirim wakilnya di Olimpiade Rio de Janiero 2016. Total, cabang ini baru mengikuti Olimpiade dalam empat edisi Olimpiade.
Menteri Pemuda dan Olahraga Dito Ariotedjo mengatakan, semakin banyak atlet yang lolos ke Olimpiade, semakin besar peluang Indonesia untuk meraih banyak medali. Sejak keikutsertaan pertama kali di Olimpiade Helsinki 1952, Indonesia total mengumpulkan 37 medali. Perolehan medali emas tidak pernah lebih dari dua keping.
Pemberian bantuan
Untuk itu, kata Dito, pihaknya siap memberi dukungan bagi cabang-cabang olahraga yang berkesempatan mengikuti kualifikasi Olimpiade. Kemenpora pun menggelontorkan dana total Rp 81,3 miliar untuk bekal 13 cabang olahraga melakoni proses kualifikasi.
Dana ini diberikan langsung kepada federasi masing-masing setelah penandatanganan perjanjian kerja sama. Sebanyak 11 federasi di antaranya telah menandatangani perjanjian itu pada Senin (26/2/2024).
Mereka, antara lain, adalah PB PABSI (angkat besi), PB ISSI (balap sepeda), PB Persani (senam), PP Perpani (panahan), PP PBVSI (voli), PB TI (taekwondo). Lalu, PP PBSI (bulu tangkis), PB PJSI (judo), PB PASI (atletik), dan akuatik Indonesia.
Adapun dua cabang lainnya, PB PODSI (dayung) dan PB Perbakin (menembak) akan menandatangani perjanjian kerja sama dalam waktu dekat. Sementara itu, cabang olahraga panjat tebing mendapatkan pendanaan yang dikelola langsung oleh Kemenpora, bukan federasi.
”Dengan kerja sama ini, saya yakin dapat membuka peluang lebih besar lagi bagi atlet untuk meraih prestasi gemilang di Olimpiade Paris,” ucap Dito.
Menpora berharap ada 20-30 atlet Indonesia dari 13 cabang lolos ke Paris. Sejauh ini, baru enam atlet yang benar-benar sudah memastikan lolos ke Olimpiade Paris 2024. Mereka adalah Arif Dwi Pangestu dan Diananda Choirunisa (panahan), Desak Made Rita Kusuma Dewi dan Rahmad Adi Mulyono (panjat tebing), Rifda Irfanaluthfi (senam artistik), dan Fathur Gustafian (menembak).
Di Tokyo 2020, Indonesia mengirimkan total 28 atlet. Adapun jumlah atlet terbanyak yang dikirimkan Indonesia ke Olimpiade ialah 47 atlet ketika Sydney 2000. Saat itu, Indonesia meraih total enam medali yang terdiri dari satu emas, tiga perak, dan dua perunggu.