LeBron James mulai disamakan dengan Jordan yang saat di Wizards hanya bermain demi eksistensi, bukan lagi kemenangan.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·3 menit baca
Setelah legenda hidup NBA, Kareem Abdul-Jabbar, pensiun pada 1989, semua pihak sepakat bahwa rekor total 38.387 poin miliknya tidak akan tersentuh. Dengan persaingan yang semakin kompetitif di era modern dan bola basket yang mendunia, mustahil menyamai pencapaiannya yang konsisten bersaing setiap musim sampai usia kepala empat.
Sampai akhirnya, datang seorang LeBron James. Sosok pebasket paling berbakat setelah era Michael Jordan yang tampak seperti gabungan antara manusia dan robot. Bagaimana tidak, dia melawan hukum penuaan selama berkarier sejak 2003 sampai saat ini. Usianya bertambah setiap musim, tetapi kemampuannya tidak berkurang.
Apakah ini hal teratas yang pernah saya lakukan dalam karier? Tidak. Tetapi, untuk mencapai hal ini dengan para pebasket terbaik, itu adalah mimpi saya.
James, megabintang Los Angeles Lakers, membuktikan keabadiannya sekali lagi dalam laga versus Denver Nuggets di Stadion Crypto.com Arena, Minggu (3/3/2024). Setelah melewati catatan Abdul-Jabbar setahun lalu, dia menciptakan rekor baru sebagai pebasket pertama dengan capaian 40.000 poin di NBA.
”Tidak ada satu pun yang pernah melakukannya. Buat saya, bisa berada di posisi seperti ini tampak cukup keren. Apakah ini hal teratas yang pernah saya lakukan dalam karier? Tidak. Tetapi, untuk mencapai hal ini dengan para pebasket terbaik, itu adalah mimpi saya,” ujar James yang akan genap berusia 40 tahun pada akhir 2024.
Sebagai konteks untuk mencapai rekor James, seorang pebasket butuh bermain 20 musim dan mencetak minimal 25 poin di setiap laga. Konsistensi tersebut yang ditunjukkan James sejak terpilih menempati urutan pertama draf 2003 dalam dua dekade terakhir. Dari era Kobe Bryant sampai sekarang, Luka Doncic.
”King James”, julukannya, masih sangat percaya diri untuk bersaing dengan para pemain dari generasi baru. Dia juga belum menunjukkan pertanda ingin pensiun. ”Saya merasa masih menjadi ancaman di lapangan dan bisa melakukan banyak hal seperti 10 tahun lalu, bahkan beberapa hal dari 20 tahun lalu,” tuturnya.
Mirisnya, James berkata seperti itu saat Lakers takluk kepada Nuggets, 114-124, di kandang sendiri. Dia mencatat 26 poin dan 9 asis, tetapi tidak berdampak pada kemenangan. Adapun Lakers saat ini berada di peringkat ke-10 Wilayah Barat, berjibaku untuk bisa lolos ke playoff lewat jalur play-in.
Malam bersejarah serupa juga rusak begitu saja di LA, tiga pekan lalu, saat ada peresmian patung Bryant di depan stadion. James dan rekan-rekan juga kalah dari Nuggets, 106-114, ketika itu. Dua kejadian serupa itu memperlihatkan, James bahkan tidak mampu mendorong timnya menang di malam yang penuh dengan motivasi.
James, di Lakers, masih berduet dengan centerAnthony Davis yang bersama-sama meraih juara pada 2020. Namun, menurut pengamat ternama Stephen A Smith, ”sang raja” tidak akan juara lagi di Lakers dengan tren tiga musim terakhir. ”Saya cukup muak (dengan Lakers), terutama di dua laga yang seharusnya jadi momen besar untuk mereka,” ujarnya kepada ESPN.
Pengujung karier
James merupakan salah satu pebasket paling kompetitif sepanjang masa. Dia 10 kali mencapai final atau separuh dari total musim dalam kariernya. Empat kali di antaranya berakhir dengan cincin juara. Pertanyaan terbesarnya, apakah kita masih akan melihat sosok pemburu juara tersebut pada akhir musim dan masa depan?
James selalu ambisius dalam urusan berprestasi. Dia dikenal sebagai pemain yang tidak ragu meninggalkan tim saat tidak punya peluang juara. Namun, di Lakers saat ini, dia tampak tidak terlalu mempermasalahkan prestasi tim. James tidak menuntut perubahan radikal pada manajemen walaupun prestasi Lakers terbilang stagnan.
Dalam sebuah wawancara, James juga berkata, mimpinya yang belum tercapai adalah ingin bermain bersama sang anak, Bronny. Untuk mewujudkan itu, dia kemungkinan mesti bergabung bersama tim-tim dengan rekor buruk yang berkesempatan memilih lebih awal dalam drafdan tidak berambisi juara.
Semua hal itu cukup untuk memperlihatkan, James bukan lagi sosok pemburu juara seperti pada tahun 2010-an. Dia lebih ingin menikmati sisa waktu bermain sebelum akhirnya pensiun. Prinsipnya, dia akan bermain semaksimal mungkin untuk klub, tetapi gelar juara hanyalah bonus. Bukan sesuatu yang menjadi prioritas utama.
Kisah tersebut juga pernah terjadi pada pemain legendaris Michael Jordan, yang selalu disandingkan dengan James dalam perdebatan Greatest of All Time(GOAT). Jordan pernah pensiun pada 1998, seusai meraih enam kali juara bersama Chicago Bulls. Lalu, dia kembali bermain tiga tahun setelah itu di Washington Wizards.
Jordan yang dikenal sebagai pebasket paling kompetitif, tidak pernah kalah dalam enam penampilan final, bahkan tidak pernah lolos playoff bersama Wizards. Dia seperti hanya ingin menunjukkan eksistensi lagi, memuaskan penggemar, dan bersenang-senang di cabang olahraga yang membesarkan namanya itu.
Meskipun begitu, misi James saat ini mungkin lebih besar ketimbang Jordan. King James masih bisa memecahkan berbagai rekor lagi, termasuk membuat catatan pribadinya tidak akan bisa dikejar oleh pemain lain. Selain poin, dia merupakan satu-satunya pemain yang bisa mencatatkan kombinasi total 10.000 rebound dan 10.000 asis.
Di antara banyak spekulasi, hal yang paling tepat dilakukan hanyalah menikmati pengujung perjalanan James. Seperti kata Pelatih Kepala Lakers Darvin Ham, ”Kita tidak akan melihat (sosok seperti) ini lebih lama lagi. Kita hanya perlu mengapresiasinya. Hargai dia atas apa yang telah diberikannya pada permainan ini.” (AP/REUTERS)