”Sekoci” Penolong Thomas Tuchel
Di atas kertas, Bayern Muenchen unggul segalanya atas Lazio. Suramnya kondisi internal Bayern bakal hadirkan petaka.
MUENCHEN, SENIN — Semakin hari berlalu, semakin dekat pula Thomas Tuchel dari pintu keluar Bayern Muenchen. Rentetan hasil buruk berpeluang membuat Tuchel hengkang lebih cepat dari Stadion Allianz sebelum akhir musim ini. Laga kedua babak 16 besar Liga Champions kontra Lazio, Rabu (6/3/2024) pukul 03.00, adalah upaya Tuchel mencari ”sekoci” penolong.
Tuchel memang telah sepakat dengan Bayern akan pergi setelah musim 2023-2024 rampung. Akan tetapi, manajemen dan suporter Bayern berpikir untuk mengusirnya lebih cepat, apalagi kalau Bayern gugur di Liga Champions. ”Die Roten” bakal memulai gim kedua dengan ketertinggalan agregat, 0-1.
Saya kerap melihat tim bermain tanpa struktur dan terlalu sering tidak disiplin dengan rencana permainan. Mereka menampilkan performa yang tidak pernah kita latih dan bicarakan sebelumnya.
Pasalnya, Liga Champions merupakan satu-satunya harapan Bayern meraih gelar juara di musim ini. Mereka telah tersisih dari Piala Liga Jerman, lalu mustahil mengejar Bayer Leverkusen yang unggul 10 poin di pucuk klasemen Liga Jerman.
Baca juga: “Kiamat Kecil” Bayern Muenchen dan Ironi Kane
Itu membuat kemenangan atas Lazio adalah satu-satunya kans Tuchel untuk menambah panjang kebersamaannya bersama Bayern. Menurut laporan media Jerman, salah satunya Kicker, gagal melaju ke babak perempat final Liga Champions akan membuat Tuchel harus angkat koper sebelum akhir pekan ini.
Penyebab utama semakin menipisnya kesabaran manajemen Bayern kepada Tuchel adalah ancaman mereka gagal meraih satu pun trofi sejak musim 2012-2013. Sebelum musim ini, Die Roten menjalani 11 musim dengan raihan trofi, utamanya 11 gelar beruntun di Liga Jerman.
Pemecatan itu tentu akan menambah panjang daftar kegagalan Tuchel mempertahankan eksistensinya dalam waktu lama di klub-klub besar Eropa. Tuchel tidak pernah bisa bertahan lebih dari satu musim penuh. Hal itu telah dialami Tuchel ketika didepak Paris Saint-Germain (Desember 2020) dan Chelsea (September 2022).
Pemecatan itu dialami Tuchel setelah membantu PSG menembus final Liga Champions untuk kali pertama di musim 2019-2020. Lalu, Tuchel juga mempersembahkan tiga trofi internasional untuk Chelsea selama periode 2020-2021. Di Bayern, Tuchel memberikan gelar Liga Jerman edisi 2022-2023.
Baca juga: Dominasi Bayern Muenchen di Ujung Tanduk
Tuchel enggan membahas masa depannya menjelang laga krusial melawan Lazio. Juru taktik berusia 50 tahun itu hanya fokus mempersiapkan timnya untuk melaju ke babak selanjutnya di kompetisi antarklub terelite di Eropa itu.
”Kami tidak menampakkan performa top dalam beberapa pertandingan terakhir. Kami harus menampilkan permainan yang meningkat dibandingkan dengan laga-laga sebelumnya yang berakhir mengecewakan,” tutur Tuchel dilansir Kicker, Minggu (3/3/2024).
Hilang kepercayaan
Tidak hanya manajemen dan fans, pemain-pemain Bayern pun dinilai sudah tidak memiliki kepercayaan kepada Tuchel. Itu didasari hilangnya kohesi permainan Bayern yang terlihat dalam satu dekade terakhir.
Pada lima gim terakhir di dua ajang, Bayern hanya sekali meraup kemenangan ketika mengalahkan RB Leipzig, 2-1. Mereka menelan tiga kekalahan dari Bayer Leverkusen, Lazio, dan Bochum. Die Roten juga hanya bisa bermain imbang, 2-2, kontra Freiburg, Sabtu (2/3/2024) dini hari lalu.
Baca juga: Xabi Alonso dan ”Seni Politik Koalisi” ala Bayern Muenchen
Para pemain dianggap sudah meragukan kemampuan sang pelatih membaca permainan. Beberapa pemain penting kerap mempertanyakan keputusan Tuchel, utamanya dalam urusan pergantian pemain. Terkini, Tuchel memilih mengganti penyerang sayap, Jamal Musiala, dengan bek tengah, Dayot Upamecano, di menit ke-83 ketika Bayern masih unggul, 2-1, atas Freiburg. Empat menit setelah Upamecano masuk, Freiburg mencetak gol penyama kedudukan.
Di sisi lain, Tuchel juga kehilangan sikap ekspresif di pinggir lapangan. Dalam beberapa laga terakhir selama Februari, Tuchel hanya terlihat dingin di pinggir lapangan ketika menyaksikan timnya mencetak gol. Gestur Tuchel juga tidak berubah ketika melihat gawang timnya kebobolan.
”Saya kerap melihat tim bermain tanpa struktur dan terlalu sering tidak disiplin dengan rencana permainan. Mereka menampilkan performa yang tidak pernah kita latih dan bicarakan sebelumnya,” tutur Tuchel terkait tren buruk timnya selama ini.
Thomas Mueller, penyerang veteran Bayern, mengakui segalanya berjalan tidak ideal di dalam tubuh tim pada beberapa pekan terakhir. Alih-alih saling menyalahkan, kata Mueller, seharusnya semua pihak di dalam skuad, terutama pemain, melakukan introspeksi diri untuk keluar dari situasi buruk.
Baca juga: Trauma Membayangi Thomas Tuchel
”Di setiap pertandingan, kami selalu bertekad untuk meruntuhkan kondisi tidak baik ini, tetapi hal itu belum berjalan sesuai keinginan kami,” ucap Mueller kepada DAZN.
Mueller menilai, laga kedua melawan Lazio adalah momen tepat Bayern untuk bangkit. Liga Champions, lanjutnya, selalu terasa istimewa bagi Die Roten.
”Kami punya misi jelas; mengejar ketertinggalan satu gol. Tensi besar tentu menyelimuti kami karena gim menentukan di babak gugur. Kami akan tampil bersemangat layaknya kobaran api,” tutur Mueller yang berusia 34 tahun itu.
Tanpa memedulikan kondisi krisis terkini Bayern, Pelatih Lazio Maurizio Sarri menganggap timnya akan menghadapi malam yang panjang dan sulit di Stadion Allianz. Ia sadar keunggulan satu gol tidak membuat timnya lebih nyaman untuk merebut tiket ke babak selanjutnya.
Baca juga: Bayern Muenchen Menanti Dampak Instan Thomas Tuchel
”Mereka adalah tim yang kuat, bahkan pemain-pemain yang ada di bangku cadangan mereka juga sangat bagus. Kami tidak boleh lengah meski memiliki bekal penting menuju Jerman,” ucap Sarri, dilansir laman UEFA.
Jika bisa menjaga keunggulan, Lazio akan menembus perempat final Liga Champions pertama kali sejak musim 1999-2000. Itu adalah capaian terbaik tim berjuluk ”Si Elang” di Eropa.