Matematika Penentu Kemenangan Bagnaia
Francesco Bagnaia dan Ducati menerapkan perhitungan matematis bahan bakar dan keausan ban untuk memenangi MotoGP Qatar.
BORGO PANIGALE, RABU – Francesco Bagnaia memenangi balapan utama MotoGP di Lusail, Qatar, berkat perhitungan matematis penggunaan bahan bakar dan berapa gram ban yang tergerus di setiap putaran. Formula itu diuji dalam sesi pemanasan, Minggu pagi, dan berjalan sesuai harapan. Dalam balapan utama, pebalap Ducati itu pun sangat kuat dalam 21 putaran dan finis terdepan.
Bagnaia mengungkap bahwa dirinya berkendara dengan cara yang sangat berbeda dalam balapan sprint dan balapan utama. Dalam balapan pendek menempuh 11 putaran, pebalap berjuluk Pecco itu mencetak waktu putaran dengan menikung sambil menjaga kecepatan. Sementara dalam balapan utama, dia mencetak waktu putaran dengan mengandalkan pengereman keras di setiap tikungan.
Pendekatan ini untuk menghemat ban, terutama sisi kanan. Trek sepanjang 5,38 kilometer menggerus lebih banyak sisi kanan ban karena memiliki 10 tikungan ke kanan dan enam tikungan ke kiri.
Gaya berkendara Bagnaia itu diurai oleh analis MotoGP pada TNT Sports, Michael Laverty, yang juga mantan pebalap Superbike Inggris dan AMA Superbike.
Baca juga: Martin ”Raja Sprint” Pimpin Perburuan Juara MotoGP
”Anda memiliki 22 liter bahan bakar. Satu liter tiap putaran. Anda harus mengelola itu. Anda juga memiliki ban belakang seberat 800 gram, kurang lebih. Mengelola itu di sepanjang balapan sangat krusial,” kata Laverty menganalisis pernyataan Bagnaia terkait perubahan gaya berkendaranya seusai balapan di Lusail.
Menurut Laverty, Bagnaia mencetak waktu putaran dengan melakukan pengereman sedalam mungkin untuk meraih satu milidetik. Itu tidak banyak menggerus ban.
”Sedangkan (dalam sprint), dia menggelinding saat melewati tikungan, menggunakan ban untuk membelokkan motor, untuk mengejar waktu putaran, menyebabkan temperatur (ban) naik, di mana itu sebenarnya menurunkan performanya,” ujar Laverty.
”Jadi, mereka berusaha mengatasi itu. Mereka menggunakan 40 gram ban di setiap putaran dengan sempurna, sama dengan satu liter bahan bakar. Itu matematika. Itulah area di mana Ducati benar-benar unggul. Bagnaia merupakan matematikawan. Dia menghitung semua itu, tahu apa yang bisa dia lakukan dengan itu, dan ketika dia tampil seperti itu, itu menyenangkan untuk ditonton,” kata Laverty.
Baca juga: 3,4 Detik Pemisah Bagnaia dan Marquez
Pendekatan Bagnaia pada balapan utama itu merupakan buah analisis data yang dilakukan oleh dirinya dan tim Ducati Lenovo seusai finis keempat dalam balapan sprint, Sabtu (9/3/2024). Hasil analisis itu kemudian diuji dalam sesi pemanasan pada Minggu pagi dan Pecco merasakan semua berjalan dengan baik sehingga bisa diterapkan dalam balapan utama.
Perhitungan matematis degradasi ban itulah yang membuat dia berani langsung agresif sejak start dan memimpin balapan mulai tikungan ketiga. Pada titik itu dia mendahului pesaing utamanya, pebalap Prima Pramac Racing, Jorge Martin, yang mengaku mulai menghemat ban.
”Hari ini balapan yang sulit. Saya start dengan cukup baik, tetapi kemudian saya langsung berusaha mengelola ban, dan Pecco lebih tancap gas pada saat itu,” ujar Martin seusai finis di posisi ketiga.
Martin menerapkan gaya berkendara yang kurang lebih sama dengan saat memenangi balapan sprint. Pendekatan itu menggerus ban sehingga dia sangat mengontrol pace supaya ban bisa bertahan hingga finis.
Mereka menggunakan 40 gram ban di setiap putaran dengan sempurna, sama dengan satu liter bahan bakar. Itu matematika.
Sebaliknya, Pecco terus tancap gas sejak start dan kemudian menjaga pace dengan sangat konsisten.
Bagnaia berada dalam pace 1 menit 52 detik hingga putaran ke-14. Pace sempat turun menjadi 1 menit 53 detik pada lap 15-18, tetapi kemudian kembali ke semula dalam tiga lap terakhir.
”Saya berusaha menjadi yang terdepan sesegera mungkin. Itu strateginya. Karena jika Anda start dengan bagus dan berada terdepan, Anda bisa mengendalikan semuanya dengan lebih baik. Saya tahu pace saya cukup kuat untuk membuka jarak jadi saya berusaha melakukan itu,” kata Pecco.
”Akhirnya, saya sangat senang. Saya berterima kasih kepada tim saya yang melakukan pekerjaan dengan sangat baik sejak kemarin (Sabtu) petang. Balapan sprint menjadi pelajaran bagus untuk mempelajari limit motor kami, serta berusaha kompetitif dengan ban yang sudah terpakai, dan semuanya berjalan dengan baik,” ungkap juara MotoGP 2022 dan 2023.
Baca juga: Bagnaia Bekerja dalam Diam
”Motor ini sedikit berbeda dalam performa. Anda mencetak waktu putaran dengan cara berbeda. Dua balapan dijalani dengan cara berkendara yang sangat berbeda. Dalam sprint saya lebih banyak melakukan corner speed, dan dalam balapan utama sepenuhnya berbeda, hanya dengan pengereman,” ungkap Bagnaia.
”Jadi, ini menarik untuk dipahami. Tim saya memiliki sangat banyak data untuk memahami itu. Ini sangat penting untuk balapan-balapan selanjutnya dalam kejuaraan,” tegas pebalap Italia itu.
Terkait dengan potensi persaingan musim ini, Bagnaia menilai, masih sulit untuk diketahui karena performa masih naik turun. Aprilia dengan Aleix Espargaro, misalnya, sempat solid dalam sprint dan finis di posisi ketiga setelah menggusur Pecco. Namun, dalam balapan utama, Espargaro kesulitan dan finis di posisi kedelapan. Tetapi, KTM dengan Brad Binder menunjukkan kemajuan pesat dengan selalu finis di podium kedua.
”Ini sulit untuk diketahui. Sebagai contoh, saya dan Aleix kemarin (dalam sprint), dan sekarang kami belum tahu apa yang terjadi pada dia, tetapi yang pasti salah satu yang terkuat. KTM melakukan kemajuan besar karena tahun lalu mereka sudah kompetitif, tetapi kesulitan sedikit dalam pace balapan, dan ini juga akan menjadi pertarungan yang sulit di antara para pebalap Ducati,” ungkap Bagnaia.