Brasil dan Perancis, "Eksportir" Pemain Bola Terbanyak
Sebaran pemain Brasil merata di Eropa, Asia, dan Amerika Serikat. Pemain Perancis mendominasi di negara-negara Eropa.
Sebutan Brasil sebagai “pabrik” pesepak bola sudah tidak lagi diragukan. Sejak Pele mengguncang dunia dengan raihan tiga trofi Piala Dunia, beberapa dekade kemudian talenta Brasil memenuhi liga-liga terbaik di belahan dunia lain. Tetapi, kini Perancis mulai mengancam predikat Brasil itu.
Menurut laporan CIES Football Observatory yang mengamati data-data pemain-pemain di 135 liga seluruh dunia selama 2023, Brasil menduduki peringkat teratas sebagai negara penghasil ekspatriat pesepak bola dengan 1.289 pemain. Angka itu menanjak 5,6 persen dibandingkan tahun 2022.
Jumlah pemain itu bahkan menjadi catatan tertinggi bagi pemain-pemain Brasil. Sejak data dihimpun pada 2017, angka ekspatriat pesepak bola Brasil terbesar sebelumnya tercatat pada 2019—sebelum era pandemi Covid-19—dengan 1.276 pemain.
Dulu pemain-pemain tumbuh dengan bermain di jalanan, sekarang mereka dibina sejak dini oleh klub. Hal itu membuat produksi talenta pemain di Brasil tidak pernah melambat.
Kehadiran ekspatriat pesepak bola asal Brasil itu setara dengan 8,9 persen pemain asing yang hadir di 132 liga profesional seluruh dunia yang berjumlah 14.405 pemain.
Baca juga: Pencarian Tak Bertepi Timnas Brasil
Meskipun konsisten menyumbang lebih dari 1.000 pemain di luar negeri, mulai tahun lalu, catatan Brasil itu mulai bisa dijangkau oleh negara lain. Negara itu bukan Argentina, rival abadi Brasil, atau negara-negara Afrika yang memiliki talenta alami terbaik, tetapi pesaing Brasil dalam eksportir pesepak bola datang dari Perancis.
Mulai pada 2023, Perancis menjadi negara kedua yang bisa menyalurkan lebih dari 1.000 pemain sepak bola ke seluruh dunia. Tepatnya, sebanyak 1.033 pemain asal Perancis berstatus ekspatriat di dunia sepak bola.
Itu adalah kali pertama Perancis mencatatkan lebih dari 1.000 ekspor pesepak bola. Sejak 2020, ekspatriat sepak bola asal Perancis secara konsisten bertambah signifikan. Dimulai dengan 816 pemain pada 2020, lalu menjadi 938 pemain dan 978 pemain masing-masing pada 2021 dan 2022.
Brasil dan Perancis meninggalkan Argentina (905 pemain), kemudian dua kiblat sepak bola Eropa lainnya, yaitu Inggris (535 pemain) dan Spanyol (458 pemain). Adapun Nigeria adalah negara di Afrika yang menyalurkan pesepak bola terbanyak ke negara lain dengan 385 pemain.
Baca juga: Memupus Elegi Berkepanjangan Brasil
Brasil merata
Carlos Perreira, pelatih yang membawa Brasil juara Piala Dunia 1994, menyebut telah terjadi perubahan program pembinaan pemain muda di Brasil. “Dulu pemain-pemain tumbuh dengan bermain di jalanan, sekarang mereka dibina sejak dini oleh klub. Hal itu membuat produksi talenta pemain di Brasil tidak pernah melambat,” ucap Perreira kepada The Telegraph beberapa waktu lalu.
Meskipun dalam satu dekade terakhir, Brasil belum menghasilkan lagi pemain dengan bakat spesial, seperti Garrincha, Ronaldo, atau Ronaldinho, yang tumbuh dari sepak bola jalanan, mereka mampu secara konsisten menjadi sumber pemain asing utama negara-negara lain.
Bahkan, pemain asal Brasil dinaturalisasi untuk membela negara tempatnya berkarier. Indonesia sempat mengandalkan Beto Goncalves, penyerang asal Brasil di Asian Games 2018. Pada Piala Asia 2023 lalu, Hong Kong dihuni oleh empat pemain kelahiran Brasil. Juara Asia, Qatar, juga memiliki bek kelahiran Brasil, yakni Lucas Mendes.
Baca juga: ”Fantasista” Tak Kasatmata Tim Muda Perancis
Pemain-pemain Brasil, merujuk laporan CIES Football Observatory, memang sangat merata tersebar di luar Amerika Selatan. Portugal menjadi tujuan utama ekspatriat sepak bola asal Brasil. Di musim 2022-2023, sebanyak 213 pemain asal Brasil tampil di Liga Portugal. Angka itu disusul Jepang dengan 79 pemain.
Grafis asal ekspatriat pemain sepak bola
Dua negara itu memiliki hubungan istimewa dengan Brasil sejak berabad-abad lalu. Brasil sempat menjadi negara koloni Portugal yang menyebabkan mereka satu-satunya negara di Amerika Selatan berbahasa Portugal.
Adapun Jepang memiliki hubungan perdagangan panjang dengan Brasil yang dihubungkan oleh Portugal. Brasil merupakan lokasi diaspora Jepang terbanyak, lalu lebih dari 1,5 juta warga Brasil memiliki garis keturunan Jepang.
Kemudian, negara tujuan pemain Brasil lainnya ialah Uni Emirat Arab (49 pemain). Tim-tim di Liga Korea Selatan, Amerika Serikat, dan Spanyol masing-masing diperkuat 44 pemain Brasil. Di Inggris dan Italia terdapat 40 pemain Brasil. Bulgaria mencatatkan 39 pemain asal Brasil.
Baca juga : Perancis Menjaga Kesempurnaan
Adapun Thailand menjadi lokasi tujuan pemain Brasil di luar Eropa, Timur Tengah, dan Asia Timur. Sebanyak 34 ekspatriat sepak bola Brasil tengah berkarier di kompetisi “Negeri Gajah Putih” itu.
Grafis negara tujuan pemain sepak bola asal Brasil
Menariknya, mayoritas angka pemain Brasil yang berkarier di luar negeri telah melampaui usia emas mereka. Dari total 6.727 pemain ekspatriat di atas 27 tahun, sebanyak 7,8 persen berpaspor Brasil.
Untuk posisi mayoritas ekspatriat sepak bola Brasil adalah penyerang. Mereka berjumlah 7,6 persen dari total 4.192 penyerang asing yang memenuhi liga-liga profesional dunia.
Perancis dominan Eropa
Sementara itu, ekspatriat sepak bola Perancis memenuhi Eropa. Dari 10 liga tujuan utama pemain asal Perancis, semuanya berada di bawah naungan Asosiasi Sepak Bola Uni Eropa (UEFA). Luksemburg adalah destinasi terbesar pemain Perancis. Sebanyak 124 ekspatriat asal Perancis melanjutkan karier di salah satu negara monarki tersisa di Eropa itu.
Baca juga: Lucho, Penculikan Ayah, dan Kekalahan Brasil
Daftar lima besar negara tujuan pesepak bola Perancis dilengkapi oleh Italia (88 pemain), Inggris (76), Belgia (70), dan Spanyol (63). Selanjutnya, Turki (60), Jerman (53), Swiss (52), Romania (40), dan Portugal (32) melengkapi daftar 10 besar destinasi utama pesepak bola asal Perancis.
Grafis negara tujuan pemain sepak bola asal Perancis
Rahasia Perancis bisa “menjajah” dunia lewat sepak bola tidak lepas dari program pembinaan yang tersebar merata. Perancis tidak hanya memiliki klub-klub profesional dengan kualitas pembinaan usia dini terbaik, seperti Lille, Marseille, Paris Saint-Germain, dan Olympiqe Lyon, tetapi juga dibarengi kepedulian pemerintah untuk menyediakan akses lapangan sepak bola.
Di kawasan Metropolitan Paris, sebagai contoh, setiap kompleks gedung apartemen minimal memiliki satu lapangan sepak bola. Awalnya, program itu bertujuan meredam aksi kriminalitas dari imigran yang mendiami wilayah itu, tetapi lambat laun lapangan itu telah menjelma menjadi pabrik calon pesepak bola.
“Anda turun dari gedung (apartemen) dan Anda memiliki lapangan sepak bola, jadi hal pertama yang anak-anak lakukan adalah bermain sepak bola,” ucap Andelaziz Kaddoir, direktur olahraga FC Montfermeil 93, sekolah sepak bola asal Seine Saint-Denis, Paris, kepada BBC.
Baca juga: Terpuruknya Brasil, Saatnya Berpaling ke Carlo Ancelotti?
Para pemain muda yang menikmati fasilitas mumpuni di Perancis selanjutnya tidak sekedar memberikan andil bagi klub-klub yang dibela, tetapi mereka juga berkontribusi bagi negara leluhur mereka. Riyad Mahrez, eks gelandang sayap Manchester City, mengenal sepak bola di Perancis, lalu memilih membela Aljazair.
Pada Piala Dunia 2022 lalu, terdapat 30 pemain yang lahir di kawasan Paris dan sekitarnya. Mereka tidak hanya membela Perancis, tetapi juga mengenakan jersei tim nasional Maroko dan Senegal. Tidak ada kawasan kota metropolitan lain yang bisa menyaingi Paris dalam catatan itu.
Klub-klub luar negeri lebih menyukai bek-bek asal Perancis. Sebanyak 3,9 persen pemain dari adalah 4.321 bek ekspatriat memegang paspor Perancis. Untuk usia, pemain Perancis lebih merata di antara kategori 23-26 tahun dan lebih dari 30 tahun.
Baca juga: Berpulangnya Zagallo, Simbol Kejayaan Sepak Bola Brasil
Mengirimkan banyak ekspatriat sepak bola menunjukkan kualitas luar biasa dari pendidikan sepak bola ala Brasil dan Perancis telah diakui dunia. Selain memiliki bakat dan talenta bagus, pemain-pemain mereka juga diasuh dengan sistem pembinaan yang terstruktur dan sistematis.
Alhasil, jika sebuah negara belum mampu menciptakan ekspatriat sepak bola, artinya pembinaan sepak bola negara itu masih tertinggal, contohnya Indonesia. Ekspatriat sepak bola asal Indonesia, yang murni pembinaan sistem sepak bola dalam negeri, masih bisa dihitung dengan satu sisi tangan.