Kini, Klub Eropa Semakin Mengandalkan Pemain Remaja
Lima liga top Eropa menyentuh rekor baru terkait debutan pemain remaja. Liga Perancis paling ramah pemain belia.
Dua musim pascapandemi Covid-19 menghadirkan fenomena baru di lima liga top Eropa, yaitu kian besarnya ketergantungan klub dengan pemain remaja. Namun, ketergantungan akut kepada pemain rentang usia 15-18 tahun berpotensi memberikan dampak buruk bagi masa depan pemain.
Menurut analisis CIES Football Observatory dalam dua tahun terakhir, 2022 dan 2023, klub-klub di liga terbaik Eropa mencatatkan rekor baru dalam kuantitas pemain remaja—rentang usia 15-18 tahun—yang diberikan menit bermain. Pada 2022, sebanyak 61 pemain remaja menjalani debut, lalu angka itu menurun menjadi 49 pemain di tahun 2023.
Meskipun mengalami penurunan jumlah, angka itu masih jauh di atas rerata jumlah pemain remaja yang dimainkan pada periode 2009-2021. Pada durasi 13 tahun itu, rata-rata klub-klub di lima liga top Eropa hanya memberikan kesempatan tampil 32 pemain remaja per tahun.
Dihitung dari total 420 pemain remaja yang menjalani debut sejak 2009 hingga 2023, maka kuantitas pemain remaja yang bermain di dua musim terakhir setara 26 persen dari angka keseluruhan itu.
Baca juga: Lamine Yamal dan Kutukan Para Penerus Messi
Merunut dari data per liga, Liga Perancis adalah kompetisi yang paling mudah memberikan kesempatan tampil untuk pemain remaja. Dalam dua musim terakhir, 43 pemain remaja berhasil menembus tim utama di kompetisi tertinggi Perancis. Pada 2022 terdapat 19 pemain remaja tampil, lalu jumlah meningkat di 2023 menjadi 24 pemain.
Tim-tim Liga Inggris juga memberikan kesempatan debut kepada 11 pemain di bawah umur selama 2022, kemudian delapan pemain remaja di 2023. Angka itu jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rerata lima pemain per musim pada periode 2009-2021. Serupa dengan Liga Inggris, Liga Jerman juga mengalami penurunan dengan 14 pemain di 2022 dan delapan pemain pada 2023, tetapi angka itu masih jauh dari rerata enam pemain per musim di 13 tahun sebelumnya.
Klub-klub Liga Spanyol juga sempat mencatatkan lonjakan debut pemain remaja pada 2022 dengan 11 pemain. Namun, pada tahun lalu, pemain remaja yang mendapat debut anjlok karena hanya tercatat tiga pemain. Angka itu terendah sejak 2019. Pemain remaja yang diberi kepercayaan pada 2023, salah satunya bintang baru Barcelona, Lamine Yamal.
Baca juga: Pelajaran dari Kenan Yildiz
Sementara itu, Liga Italia cenderung tidak mengikuti tren lonjakan debut pemain remaja pada dua tahun terakhir. Sebab, rentang waktu 2020 hingga 2023, klub-klub Italia secara akumulatif konsisten memberikan debut kepada tujuh pemain remaja per tahun. Salah satu permata baru di Liga Italia adalah penyerang Juventus, Kenan Yildiz.
Jangan sampai telat memahami tubuh atlet. Cedera hamstring parah pada usia 20 bisa berdampak banyak hal. Itu mengubah risiko cedera di masa depan, mengubah mekanisme lari, bahkan pada usia 23 pemain bisa mendapat masalah (otot) adductor atau lutut.
Daftar 20 Pemain dengan Menit Bermain Terbanyak Sebelum Berusia 18 Tahun.
Secara total, dalam kurun waktu 2009-2023, Perancis kian menegaskan sebagai liga paling ramah sebagai batu loncatan untuk pemain remaja menembus level profesional. Sebanyak 119 pemain remaja debut di Perancis. Kemudian, Liga Italia membuntuti dengan catatan 82 pemain debut ketika masih di bawah umur. Daftar itu dilengkapi Liga Inggris (71 pemain), Liga Jerman (70 pemain), dan Liga Spanyol (65 pemain).
Penyerang terbanyak, kiper terminim
Melihat posisi pemain-pemain di bawah 18 tahun yang menjalani debut periode 2009 hingga 2023, pemain berposisi penyerang, baik penyerang sayap maupun penyerang tengah, mendapat peluang kesempatan bermain lebih banyak. Sebanyak 41,5 persen dari 402 pemain remaja itu berposisi penyerang.
Baca juga: Gelar ”Bocah Emas” Legitimasi Potensi Besar Pedri
Kemudian, gelandang menyusul dengan 34,3 persen, lalu pemain berposisi bek berjumlah 21,6 persen. Kiper adalah posisi yang paling minim memberikan kesempatan tampil kepada remaja karena hanya 2,5 persen pemain di bawah 18 tahun diberi menit bermain.
Sejatinya, apa yang membuat pemain remaja lebih mudah menembus tim utama dibandingkan dengan era-era sebelumnya?
”Dampak buruk dari krisis kesehatan pada 2020 dan 2021 membuat klub liga mayor Eropa lebih mengandalkan pemain di bawah umur. Selain itu, pengenalan pergantian lima pemain per laga juga menjadi faktor penunjang,” tulis laporan CIES Football Observatory bertajuk ”Younger than ever? The use of minors in the European big-5”, Januari 2024.
Dua kondisi itu terkonfirmasi melalui Barca yang mengandalkan Yamal akibat tidak bisa membeli pemain berharga mahal akibat masalah finansial. Gelandang senior Barca, Ilkay Guendogan, membandingkan situasi Yamal dengan Phil Foden yang menjalani debut di Manchester City ketika masih di bawah 17 tahun.
”Yamal sudah memiliki tanggung jawab besar di usia 16 tahun sehingga ia tumbuh melalui latihan dan kesempatan berlaga. Itu berbeda dengan Phil (Foden) yang mendapat bimbingan dari sejumlah pemain senior di dalam skuad City sebelum berperan lebih besar dalam dua musim terakhir,” ucap Guendogan dalam wawancara daring bersama Kompas, akhir Februari lalu.
Baca juga: Antara Ironi dan Kebanggaan Pedri
Bahaya mengintai
Meski rekor terkait debut dan pencetak gol termuda menjadi mudah terpecahkan dalam beberapa musim terakhir, pemain-pemain remaja itu dibayangi potensi bahaya bagi karier mereka jika sudah terlalu banyak diberi menit bermain sebelum kondisi fisiknya matang di usia ke-21.
Dua pemain remaja Barca, yaitu Pedri dan Gavi, mengalami cedera panjang yang membuat mereka absen dalam waktu lama di musim ini. Sejak menjalani 75 penampilan pada musim 2020-2021, Pedri sudah kesulitan mencapai kondisi fisik prima dalam dua musim terakhir.
Ia mengalami lima kali cedera hamstring parah. Tak hanya hamstring, Pedri yang baru berusia 21 tahun juga menderita beberapa kali masalah otot. Itu membuat Pedri mustahil bisa lagi mencapai lebih dari 70 penampilan dalam satu musim di masa depan.
Adapun Gavi tengah dalam perawatan cedera ACL (anterior cruciate ligament) yang merupakan salah satu cedera terhoror bagi pesepak bola. Itu membuat pemain berusia 19 tahun tersebut menutup musim ini lebih dini dan absen di Piala Eropa 2024.
Callum Walsh, mantan Kepala Sains Olahraga Newcastle United, menilai, kesempatan bermain penting untuk mematangkan potensi besar pemain-pemain remaja. Namun, ia mengingatkan, klub dan tim nasional juga perlu memperhatikan kans pemain untuk mengambil jeda yang penting untuk menjaga kondisi fisik sekaligus menyegarkan mental pemain belia.
Ia mencontohkan penyerang sayap Arsenal, Bukayo Saka, memiliki kemewahan dibandingkan dengan pemain muda lain karena di bawah panduan pelatih performa fisik yang sama dari tim akademi hingga senior Arsenal, yakni Sam Wilson.
”Dengan kondisi itu, Saka tidak hanya bisa mendapatkan keberlanjutan program atletiknya, tetapi juga memiliki seseorang yang mengetahui dirinya layaknya sebuah data dalam enam atau delapan tahun terakhir,” ujar Wilson kepada ESPN.
Sebaliknya, tanpa penanganan yang tepat, Walsh menyebut, potensi pemain muda itu akan mengalami cedera kambuhan mulai usia 23 tahun.
”Jangan sampai telat memahami tubuh atlet. Cedera hamstring parah pada usia 20 bisa berdampak banyak hal. Itu mengubah risiko cedera di masa depan, mengubah mekanisme lari, bahkan pada usia 23 pemain bisa mendapat masalah (otot) adductor atau lutut,” kata Walsh.
Alhasil, tak heran banyak pemain yang digadang-gadang sebagai wonderkid gagal menggapai sinar terang dalam kariernya ketika sudah berusia di atas 25 tahun.