Bagaimana Atlet Angkat Besi Latihan Saat Ramadhan?
Persiapan kualifikasi Olimpiade dengan latihan intensitas tinggi bukan halangan bagi beberapa lifter untuk berpuasa.
Oleh
REBIYYAH SALASAH
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Memasuki hari kesembilan puasa Ramadhan, intensitas latihan di pemusatan latihan nasional angkat besi tidak menurun. Beberapa atlet tetap menjalani puasa Ramadhan di tengah persiapan menuju kualifikasi terakhir Olimpiade Paris 2024, Kejuaraan Dunia Angkat Besi, Phuket, Thailand, kurang dua pekan lagi.
Para atlet angkat besi berlatih dengan jadwal dan intensitas yang sama seperti saat di luar bulan Ramadhan. Mereka berlatih selama lima kali dalam sepekan. Terdapat tiga hari di mana mereka berlatih dalam dua sesi, yakni pukul 09.00-11.00 dan 16.00-18.30.
Pada Rabu (20/3/2024), 14 lifter melakoni latihan pagi di pemusatan latihan nasional angkat besi di Mess Kwini, Jakarta. Kendati beberapa lifter tengah menjalani puasa Ramadhan, mereka tetap berlatih dengan porsi latihan seperti biasanya. Fokus latihan pada minggu ini penyempurnaan teknik.
Setelah belatih sesi pagi dan beristirahat pada siang hari, para lifter melanjutkan latihan pada sore harinya. Intensitas latihannya pun tetap tinggi karena tengah memasuki “minggu berat” dengan beban volume latihan mencapai 95 persen.
Pelatih pelatnas angkat besi, Dirdja Wihardja mengatakan tidak ada halangan bagi para atlet untuk berpuasa Ramadhan. Namun, para atlet juga perlu lebih disiplin mengatur makan dan waktu istirahat. Mereka pun perlu memahami batas kemampuan masing-masing.
Di sisi lain, pelatih rajin berkonsultasi dengan dokter dan ahli gizi untuk menyesuaikan asupan nutrisi atlet yang berpuasa. Dengan demikian, puasa dan latihan tetap beriringan.
”Kami tidak bisa mengurangi durasi dan porsi latihan selama Ramadhan. Itu akan berpengaruh pada fisik dan kekuatan angkatan atlet. Sementara itu, Kejuaraan Dunia sudah dekat sehingga tidak ada lagi waktu untuk memulihkan kondisi,” ucap Dirdja.
Kejuaraan Dunia Angkat Besi, Phuket, Thailand, akan digelar pada 31 Maret-11 April 2024. Ajang tersebut bersifat wajib bagi para lifter yang mengejar tiket ke Olimpiade Paris 2024 merupakan kualifikasi terakhir.
Tubuh juga rasanya lebih bugar kalau latihan sambil puasa. Jadi, latihan bisa lebih maksimal, pahala juga dapat.
Sejauh ini, baru dua lifter Indonesia yang berada pada posisi aman ke Olimpiade Paris 2024, yakni Rahmat Erwin Abdullah dan Eko Yuli Irawan. Keduanya berada dalam 10 besar daftar peringkat kualifikasi yang menjadi syarat ke Paris.
Berdasarkan daftar peringkat kualifikasi per 4 Maret 2024, Rahmat memimpin kelas 73 kilogram dengan total angkatan 363 kilogram. Adapun Eko berada peringkat ketiga kelas 61 kg dengan total angkatan 300 kg.
Eko menjadi salah satu atlet yang menjalani latihan sambil berpuasa pada Ramadhan tahun ini. Lifter berusia 34 tahun ini mengatakan, tubuhnya telah terbiasa menjalankan dua hal tersebut karena telah melakukannya sejak belia.
Eko pun terbiasa mengatur asupan gizi dan pemenuhan hidrasi secara mandiri, termasuk mengatur pola makan sahur dan berbuka. Lantaran merasa tubuhnya mampu, atlet kelahiran Lampung ini meminta porsi latihan tidak berkurang sekalipun sedang berpuasa.
Selain sebagai ibadah, Eko juga menjadikan puasa sebagai momentum untuk menurunkan berat badan. Setiap mendekati kompetisi, peraih empat medali Olimpiade ini selalu memiliki bobot tubuh di atas kelasnya bertanding.
“Tubuh juga rasanya lebih bugar kalau latihan sambil puasa. Jadi, latihan bisa lebih maksimal, pahala juga dapat,” tutur Eko.
Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Perkumpulan Angkat Besi Seluruh Indonesia (PB PABSI) Djoko Pramono mengatakan, demi hasil maksimal di kualifikasi Olimpiade, para atlet terus dipantau perkembangan kesehatannya oleh dokter dan ahli gizi. Selama latihan, mereka juga didampingi terapis dan masseur.
Angkat besi merupakan cabor yang memiliki tradisi kuat lolos ke Olimpiade. Atlet dari cabor ini selalu menyumbang medali sejak Olimpiade Sydney 2000. Selama enam edisi Olimpiade, angkat besi sudah meraih total 15 medali.