Momentum Timnas Indonesia Mengejar Level Asia
Timnas Indonesia tak pantas terus berkubang di Asia Tenggara. Dengan kekuatan sekarang, level Asia adalah target berikut
Performa tim nasional Indonesia kala menantang tuan rumah Vietnam di Stadion My Dinh, Hanoi, Selasa (26/3/2024), melampaui ekspektasi. Tidak hanya berhasil mematahkan kutukan selama 20 tahun tidak pernah menang di tanah Vietnam, tim ”Garuda” juga untuk pertama kalinya bisa mencetak lebih dari satu gol sejak Oktober 2023.
Tidak seperti pertemuan pertama dengan Vietnam di Jakarta, timnas Indonesia kali ini tampil lebih percaya diri dan dinamis, bahkan mampu mengontrol jalannya pertandingan di babak pertama.
Tiga gol dari Jay Idzes, Ragnar Oratmangoen, dan Ramadhan Sananta mengembalikan ingatan publik sepak bola Indonesia terhadap kemenangan terakhir di Vietnam pada 2004 dengan skor yang identik. Ini menjadi kemenangan ketiga beruntun Indonesia atas Vietnam dalam jangka waktu tiga bulan terakhir. Dalam tiga pertemuan itu, tidak satu kali pun Vietnam mampu membobol gawang Indonesia.
Kemenangan yang mempertebal dominasi Indonesia atas ”Pasukan Bintang Emas” itu disambut dengan begitu sukacita oleh masyarakat. Pencapaian ini memang belum berarti apa-apa karena jalan Indonesia menuju putaran final Piala Dunia masih sangat jauh dan berliku. Akan tetapi, kemenangan ini menyiratkan secercah harapan terhadap prestasi timnas.
Baca juga: Menang atas Vietnam, Presiden Jokowi Tegaskan Komitmen Perbaikan Sepak Bola Indonesia
Selama satu dekade ke belakang, Vietnam telah berproses dan menjelma menjadi rival yang sulit ditandingi Indonesia, selain Thailand. Timnas Indonesia pernah menjalani periode sulit dengan tidak pernah menang atas Vietnam sejak Desember 2016 hingga Januari 2024. Dalam jangka waktu tersebut, tim Garuda pernah hancur lebur, 0-4, dari Vietnam di kualifikasi Piala Dunia 2022.
Pelatih Shin Tae-yong dengan mengandalkan pemain-pemain naturalisasi yang merumput di Eropa mengakhiri penderitaan itu. Satu halangan terbesar Indonesia untuk beranjak menatap level yang lebih tinggi sudah disingkirkan.
Selama ini, prestasi timnas Indonesia terus berkutat di kawasan Asia Tenggara. Kini, dengan tiga kemenangan beruntun atas Vietnam, tembok yang selalu menjadi momok, sudah selayaknya itu menjadi momentum untuk meningkatkan kualitas timnas ke level yang lebih tinggi.
”Ini (kemenangan atas Vietnam) menjadi bukti perubahan, baik dari sisi kualitas maupun mental bertanding (timnas) yang mengalami peningkatan signifikan,” ucap Ketua Umum PSSI Erick Thohir.
Baca juga: Dibantai Indonesia, Vietnam Pecat Philippe Troussier
Meski sukses meruntuhkan hambatan terbesar di Asia Tenggara, euforia terhadap hal tersebut seyogianya tidak membuat khalayak lupa bahwa ada pencapaian lain yang tidak kalah penting untuk jadi target. Setelah Asia Tenggara mulai bisa ditaklukkan, sekaranglah saatnya timnas Indonesia mengejar level Asia.
Jurang perbedaan
Saat tampil di Piala Asia pada Januari lalu, timnas Indonesia hanya berhasil mengemas satu kemenangan dari empat pertandingan. Satu-satunya kemenangan Indonesia diraih atas Vietnam. Tim Garuda tidak berdaya ketika menghadapi raksasa-raksasa Asia seperti Irak, Jepang, dan Australia. Melawan tiga negara kuat tersebut, Indonesia kebobolan 10 gol dan hanya mampu melesakkan dua gol. Ini menunjukkan besarnya jurang perbedaan kualitas timnas Indonesia dengan para raksasa Asia.
Setelah menghadapi Vietnam, Indonesia akan menemui ujian sesungguhnya saat menjamu Irak di Jakarta. Tiket terakhir putaran ketiga kualifikasi Piala Dunia 2026 sudah bisa dipastikan jadi milik Indonesia tanpa perlu mengalahkan Filipina di laga terakhir, tetapi dengan syarat mampu mengalahkan Irak pada 6 Juni mendatang.
Dengan tambahan tiga poin dari Irak, perolehan poin Indonesia akan jadi 10 poin sehingga tidak mungkin lagi dikejar Vietnam (tiga poin) di peringkat ketiga Grup F meskipun mereka mampu menyapu bersih dua kemenangan di laga tersisa.
Baca juga: Vietnam Vs Indonesia: Kalahkan Vietnam 3-0, Asa Tim ”Garuda” Menyala
Menurut saya, pemain mana pun yang memiliki darah Indonesia bisa berkontribusi di timnas Indonesia.
Permasalahannya, Indonesia punya rekor pertemuan yang tidak bagus menghadapi Irak. Dalam dua pertemuan terakhir, Indonesia selalu kalah dan jadi lumbung gol Irak.
Menyongsong pertemuan penting dengan Irak, PSSI, dengan program naturalisasi pemainnya, masih terus mencari pemain naturalisasi baru yang dibutuhkan Shin untuk memperkuat timnas. Terkait pemain naturalisasi berikutnya, Shin enggan membocorkan dan memilih menjawab secara diplomatis.
”Menurut saya, pemain mana pun yang memiliki darah Indonesia bisa berkontribusi di timnas Indonesia,” ujar Shin menjawab pertanyaan mengenai pemain yang mungkin dinaturalisasi PSSI berikutnya.
Naturalisasi pemain bukanlah satu-satunya strategi bagi Indonesia dalam upaya mengejar level Asia. Dalam jangka pendek, naturalisasi memang menyediakan kemudahan dan kemewahan dalam mengejar prestasi secara instan. Efek sampingnya, program naturalisasi berpotensi membuat petinggi-petinggi PSSI ketagihan meneruskannya, bahkan bisa menjadikannya sebagai strategi bawaan (default/template).
Baca juga: Vietnam Vs Indonesia, "Garuda" Harus Menang jika Ingin Lolos
Banyak cara yang bisa ditempuh untuk mengangkat level timnas Indonesia, selain dengan hanya mengandalkan naturalisasi. Kritik mantan Ketua Umum PSSI Edy Rahmayadi yang menyebut lapangan sepak bola di Indonesia lebih sedikit dibandingkan lapak berjualan barangkali ada benarnya.
Akan sulit bagi PSSI menemukan calon-calon pesepak bola hebat bila jumlah lapangan yang ada di Indonesia terus berkurang seiring masifnya alih fungsi lahan. Kunci dari menemukan bakat-bakat pesepak bola adalah mengupayakan semakin banyak orang bermain sepak bola. Bagaimanapun, probabilitas menemukan pesepak bola berbakat akan jauh lebih mungkin jika ada 100.000 orang yang bermain sepak bola dibandingkan hanya 1.000 orang. Tidak cukup dengan menyediakan lapangan, ada baiknya PSSI memperdalam piramida kompetisi di Indonesia yang saat ini hanya terdiri atas tiga level, mulai Liga 1 hingga Liga 3.
Sebagai perbandingan, Australia yang bukan dikenal sebagai negara penggila sepak bola saja memiliki piramida kompetisi dengan 10 tingkatan. Tidak mengherankan bila akan selalu ada pesepak bola hebat lahir dari kompetisi domestik Australia karena banyak bakat yang akan terpantau federasi dengan banyaknya tingkatan kompetisi.
Dengan banyaknya orang yang terlibat dalam permainan sepak bola, tugas berikutnya bagi PSSI adalah memperbanyak pelatih dan wasit yang mumpuni. Bila langkah ini disandingkan dengan program naturalisasi, bisa dibayangkan betapa menakutkannya kekuatan timnas Indonesia di masa yang akan datang.