Dalam 70 menit terakhir laga kedua kontra PSG, nasib Barcelona berubah 180 derajat. Kartu merah Araujo dimanfaatkan PSG.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·3 menit baca
BARCELONA, RABU – Datang dengan kekalahan agregat, lalu kemasukan gol cepat, tidak meruntuhkan sejengkal pun keyakinan pemain-pemain Paris Saint-Germain untuk bisa melaju ke babak semifinal Liga Champions. Ketekunan dan kesabaran ”Les Parisiens” menyebabkan Barcelona kehilangan arah pada laga kedua perempat final, Rabu (17/4/2024) WIB, di Stadion Olimpiade Lluis Companys.
PSG meraih kemenangan besar 4-1 di gim kedua. Itu menegaskan keunggulan agregat 6-4 atas Barca sehingga tim raksasa Perancis itu bisa kembali tampil ke semifinal Liga Champions sejak edisi 2019-2020.
”Semua orang percaya (kami bisa lolos) meski kami kalah di laga pertama 2-3. Kami sempat kemasukan gol pertama, tetapi kami tidak menyerah,” tutur Ousmane Dembele, penyerang sayap PSG, yang menyamakan kedudukan bagi PSG di menit ke-40, kepada Canal+.
Sejak awal laga, atensi PSG untuk membawa pulang kemenangan sudah terlihat. Mereka lebih gigih untuk menguasai bola dan mengurung pertahanan Barca. Meski sempat kemasukan gol melalui sontekan sayap Barca, Raphinha, yang diawali serangan perdana tim tuan rumah di menit ke-12, hal itu tidak membuat pemain PSG panik dan mengubah gaya permainan.
Upaya mereka mulai menunjukkan hal positif setelah pergerakan penyerang sayap Bradley Barcola menyebabkan wasit Istvan Kovacs menarik kartu merah dari saku bajunya untuk bek tengah Barca, Ronald Araujo, di menit ke-29. Araujo menarik tubuh Barcola yang sudah tinggal berhadapan dengan kiper Barca, Marc-Andre ter Stegen.
Bermain hanya dengan 10 pemain membuyarkan rencana permainan Barca. Itu diperparah dengan keputusan keliru Pelatih Barca Xavi Hernandez yang mengorbankan penyerang remaja Lamine Yamal untuk ditukar dengan bek tengah Inigo Martinez pada menit ke-34.
Bermain tetap dengan empat bek ternyata tidak membantu Barca bisa menghindari parade gol PSG. Lini pertahanan Barca, terutama di sisi kanan, justru menderita sejak akhir babak pertama karena Jules Kounde tidak mendapat dukungan dari pemain di depannya.
Ketika Yamal masih tampil, pemain remaja itu selalu turun untuk membantu Kounde mengawasi penguasaan bola dari Barcola. Tak hanya itu, Yamal juga pemberi asis bagi gol Raphinha.
”Kami memilih mengganti Lamine (Yamal) secara terpaksa. Apa yang terjadi adalah konsekuensi dari pengurangan pemain kami menjadi 10 orang,” tutur Xavi menjelaskan keputusannya itu.
Di babak kedua, Vitinha mencetak gol indah melalui sepakan jarak jauh di menit ke-54. Tiket ke semifinal milik PSG disegel melalui sumbangan brace atau dua gol dari penyerang andalan Kylian Mbappe. Masing-masing tercipta dari eksekusi penalti pada menit ke-61, kemudian sepakan di muka gawang Barca pada menit ke-89.
”Kami bekerja sepanjang pekan secara taktik dengan pelatih. Taktiknya berjalan sempurna. Kami tahu cepat atau lambat kami bisa mencetak gol di sini (markas Barca). Usaha besar dari seluruh tim,” lanjut Dembele yang dinobatkan sebagai pemain terbaik pada laga itu.
Ketika ditarik keluar lapangan untuk digantikan Randal Kolo Muani pada menit ke-88, Dembele mendapat siulan dari fans Barca, tim yang dibelanya pada 2017-2023. Pemain berusia 26 tahun itu pun hanya tersenyum, lalu memberikan tepuk tangan apresiasi kepada suporter PSG di tribune pendukung tamu.
Vitinha, gelandang PSG, pun memuji Pelatih PSG Luis Enrique yang menyiapkan tim, baik secara taktik maupun mental, dengan sangat baik. Serupa dengan Dembele, Vitinha pun selalu mencetak gol pada dua gim kontra Barca pada musim ini.
”Sempat tertinggal dua gol secara agregat adalah situasi yang amat sulit secara mental, tetapi kami tetap tenang. Pelatih berkata kepada kami bahwa gim seperti ini dimenangi dengan kepala kami. Kami terus memburu gol dan memproduksi performa fantastis,” ucap Vitinha.
Selain lebih mendominasi permainan dengan catatan 62 persen penguasaan bola dan 21 tembakan, PSG juga menyajikan performa jauh lebih klinis dibandingkan pada perjumpaan pertama di Paris. Mereka mencetak empat gol dari expected goals 2,56. Di sisi lain, Barca hanya bisa mengoleksi tujuh tembakan.
Tiga kartu merah
Penderitaan Barca terasa semakin dalam ketika dua ofisial tim juga diganjar kartu merah karena protes berlebihan kepada wasit. Pelatih Xavi Hernandez dihukum kartu merah pada menit ke-56 setelah menendang papan di zona petugas kamera televisi yang berada di pinggir lapangan.
Menyusul kemudian, pelatih kiper Barca Jose de la Fuente juga harus meninggalkan area teknis tim di sisi lapangan karena menerima kartu merah. Asisten Pelatih Barca, Oscar Hernandez, pun dihukum kartu kuning oleh wasit. Tiga kartu merah untuk satu pemain dan dua ofisial tim menegaskan salah satu malam terburuk Barca di Liga Champions.
”Ketika 11 lawan 11, kami terorganisasi dengan baik. Situasi berubah secara komplet setelah kartu merah. Saya penasaran apa yang akan terjadi jika pemain yang bertanding tetap 11 melawan 11,” kata Xavi dilansir Marca.
Xavi pun sempat menghampiri wasit pada akhir pertandingan. ”Saya katakan kepada wasit bahwa ia adalah bencana. Ini sangat memalukan bahwa kami tersingkir akibat kesalahan wasit,” katanya.
Kounde pun mengakui kekurangan satu pemain di lapangan membuat segalanya sulit bagi Barca. Upaya maksimal, lanjut Kounde, telah ditampilkan timnya, tetapi mereka tetap tidak bisa mengimbangi keunggulan kuantitas pemain PSG.
”Bermain kurang satu pemain selama 70 menit melawan tim sekaliber PSG, dengan pemain dan tim yang mereka miliki, adalah hal yang sulit. Pertandingan seperti ini ditentukan oleh detail. Kami bermain baik di laga pertama dan awal gim kedua, tetapi semuanya berubah,” tutur Kounde seperti dikutip laman UEFA.