Faktor STY jadi modal Indonesia untuk menaklukkan Korea Selatan. Efek domino bakal dialami Korsel U-23 andai kalah.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
DOHA, RABU — Walaupun memiliki kecintaan besar kepada tanah airnya, Korea Selatan, Pelatih Indonesia U-23 Shin Tae-yong tidak akan memberikan kompromi bagi tim U-23 Korsel pada laga perempat final Piala Asia U-23 2024, Jumat (26/4/2024) pukul 00.30 WIB, di Stadion Abdullah bin Khalifa, Doha, Qatar. Shin berpeluang memutus tren partisipasi Korsel di Olimpiade sejak edisi Seoul 1988.
Shin menghabiskan 12 tahun karier sebagai pesepak bola profesional dan satu dekade pertamanya menjadi pelatih di negara kelahirannya. Serupa di Indonesia, ia pun telah merasakan tiga level timnas Korsel, mulai dari U-20, U-23, sampai tim senior. Ia pun telah menangani Korsel di dua ajang sepak bola terakbar, yaitu Piala Dunia dan Olimpiade.
Meski begitu, Shin menegaskan latar belakang dan sejarah kehidupannya itu tidak akan mengganggu ambisinya untuk menciptakan sejarah lain bagi sepak bola Indonesia. Shin hanya butuh satu kemenangan lagi untuk memenuhi target dirinya dan PSSI untuk menembus babak semifinal Piala Asia U-23 2024, lalu dua hasil positif demi menembus Olimpiade Paris 2024. Untuk itu, ia harus terlebih dahulu menyingkirkan Korsel.
Dengan menembus semifinal, Indonesia akan membutuhkan satu kemenangan lagi dari dua laga tersisa, yaitu semifinal dan final atau perebutan tempat ketiga, untuk menyabet satu tiket otomatis ke Olimpiade Paris 2024. Pemenang laga Indonesia kontra Korsel akan jumpa pemenang duel Uzbekistan versus Arab Saudi di babak empat besar.
”Sejujurnya sangat berat melawan Korsel karena saya pernah melatih tim U-20, U-23, dan senior, menyanyikan lagu kebangsaan bersama pemain Korsel, dan menghadapi tim-tim lain bersama tim Korsel. Meski begitu, olahraga adalah olahraga, pertandingan adalah pertandingan. Jadi, saya akan berusaha keras untuk membantu tim saya mendapat hasil terbaik,” ucap Shin dalam konferensi pers jelang laga di Stadion Abdullah bin Khalifa, Rabu (24/4/2024).
Jika bisa mengalahkan negaranya, Shin akan mengakhiri capaian gemilang Korsel yang tak pernah absen di cabang sepak bola putra Olimpiade sejak menjadi tuan rumah 1988. Dengan sembilan kali beruntun tampil di pesta olahraga terakbar dunia itu, Korsel adalah duta Asia dengan rekor penampilan beruntun terbanyak di Olimpiade.
”Saya sejujurnya ingin kami (Indonesia dan Korsel) bertemu di final agar sama-sama menembus Olimpiade. Namun, hasil turnamen tidak bisa semau kita,” tutur Shin yang membawa Korsel menembus perempat final Olimpiade Rio de Janeiro 2016.
Kekuatan terbaik
Keyakinan Shin untuk bisa menciptakan kejutan lainnya di Piala Asia U-23 2024 didasari kondisi skuad Indonesia yang telah dalam kondisi terbaik. Selain bekal kemenangan penting atas Australia dan Jordania di fase gugur, semua pemain skuad ”Garuda Muda” siap diturunkan sejak awal.
Nathan Tjoe-A-On, pemain serbabisa, telah mendapatkan izin dari klubnya, SC Heerenveen, untuk merampungkan tugas negara bersama Indonesia di Piala Asia U-23 2024.
Performa pemain kelahiran Rotterdam, Belanda, itu sangat penting di lini tengah Indonesia. Bersama Ivar Jenner, Nathan bahu-membahu untuk mengontrol permainan, mengatur tempo, meredam serangan lawan, hingga menginisiasi transisi serangan balik Garuda Muda yang mematikan.
Di sisi lain, Indonesia juga berharap kepada performa terbaik trio bek yang terdiri dari Rizky Ridho, Muhammad Ferrari, dan Justin Hubner untuk tampil kokoh menghadapi serangan Korsel. Tak ketinggalan, performa apik kiper Ernando Ari juga bisa menjadi penentu untuk pemenuhan target Indonesia.
Permainan trisula penyerang, Marselino Ferdinan, Rafael Struick, dan Witan Sulaeman, yang sudah kian padu serta memahami satu sama lain adalah kunci bagi Indonesia untuk menaklukkan Korsel. Shin juga perlu mengasah performa ketiganya agar kian klinis di kotak penalti lawan.
Saya akan berusaha keras untuk membantu tim saya mendapat hasil terbaik.
Ridho, yang merupakan kapten Indonesia, mengungkapkan motivasi besar menyelimuti tim jelang melawan Korsel. Kehadiran kembali Nathan, tambah bek asal Persija Jakarta itu, disambut positif oleh semua pemain Garuda Muda.
”Jika menang (lawan Korsel), kami mungkin telah memiliki 50 persen tiket ke Olimpiade. Kami akan bekerja keras karena belum puas hanya bisa tampil di perempat final. Kami akan mempersiapkan diri bersama pelatih untuk fokus mengejar target lolos ke Olimpiade,” ucap Ridho.
Pelatih Korsel U-23 Hwang Sun-hong mengakui Shin adalah faktor utama yang membuat Indonesia menjadi tim yang kuat dan tidak boleh dipandang sebelah mata. Korsel menutup persaingan di Grup B dengan koleksi sembilan poin dan tidak kemasukan gol.
”Beberapa pemain naturalisasi Indonesia juga memberikan kontribusi besar bagi tim. Mereka bermain sangat efektif dan memiliki lini serang sangat bertalenta. Jadi, kami harus bersiap dengan baik serta memainkan gaya permainan kami untuk menang,” tutur Hwang yang mempersembahkan medali emas Asian Games Hangzhou 2022, Oktober 2023.
Lebih lanjut Hwang menyebut Indonesia memiliki organisasi tim yang sangat solid. Ia mengungkapkan, ”Pasukan Taegeuk” akan berusaha mengontrol permainan, lalu berusaha untuk mengantisipasi kehadiran ruang yang bisa dieksploitasi pemain-pemain Indonesia untuk menghadirkan ancaman di zona pertahanan mereka.
Tekanan lebih besar
Menyaksikan duel antara Shin dan Hwang sejatinya membuat pencinta sepak bola Korsel harap-harap cemas. Meskipun Hwang telah menyumbangkan medali emas Asian Games 2022, Shin masih tetap dianggap memiliki kemampuan kepelatihan yang lebih baik.
”Shin memiliki kemampuan strategi jauh lebih baik dari Hwang,” ucap Ahn Hong-seok, wartawan olahraga agensi berita Korsel, Yonhap, dalam perbincangan pesan singkat dengan Kompas.
Lebih lanjut Ahn menyebut tekanan lebih besar berada di pundak Hwang dan skuadnya. Selain menghentikan prestasi rutin tampil di Olimpiade, kekalahan dari Indonesia akan memberikan efek domino bagi masa depan Hwang dan pemain muda Pasukan Taegeuk di skuad U-23.
”Hwang sekarang telah diperbincangkan untuk melatih tim senior, sehingga jika gagal lolos ke Paris, hal itu mustahil terjadi,” kata Ahn.
”Gagal ke Olimpiade juga membuat pesepak bola top Korsel berusia di bawah 23 tahun saat ini akan bergabung dengan (wajib) militer. Itu akan memengaruhi perkembangan pemain dan tidak baik pula untuk tim-tim K-League (Liga Korsel),” tambahnya.