Timnas Indonesia U-23 nyaris sempurna jika menaklukkan tim lebih mahal di Piala Asia. Harga tidak menjamin kemenangan.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·4 menit baca
Ada kisah menarik setelah Inter Milan menjuarai Liga Italia 2024/2025. Di tengah pesta pora, Marcus Thuram, penyerang Inter, menelepon sejumlah rekan setimnya menggunakan aplikasi video di telepon genggam.
Ikut disaksikan jutaan orang, Hakan Calhanoglu, Lautaro Martinez, Federico Dimarco, dan sejumlah pemain Inter lainnya ikut bergabung. Mereka bersenda gurau dan tak habis-habisnya saling mengejek pun berbangga ria.
Akan tetapi, sebelum telepon ditutup, Presiden Inter Milan Steven Zhang bergabung. Zhang tidak bisa ikut perayaan di kota Milan saat itu. Dia beralasan sedang tidak enak badan.
Dalam telepon video yang disiarkan langsung dalam akun media sosial itu, Thuram nyeletuk, ”Tuan Presiden, Anda kan mendatangkan saya dan Hakan secara gratis kan?”
Calhanoglu menimpali, ”Bahkan harga segelas kopi lebih mahal dari kami.”
Thuram dengan kacamata hitamnya lalu berujar, ”Presiden, kami berdua harganya 0 euro. Anda harus kasih kami hadiah.”
Ketiganya terbahak-bahak tak karuan. Steven Zhang langsung membalasnya dengan mengatakan, ”Kayaknya kesalahan besar saya mau diajak live bareng kalian.”
Kisah itu menegaskan kehebatan Inter Milan musim ini. Mereka menyegel gelar ke-20 Liga Italia dengan skuad superhemat. Mereka menjual kiper Andre Onana, bek sayap Achraf Hakimi, hingga melepas Romelu Lukaku.
Sebagai gantinya, meski berharga Rp 1.042 miliar, Thuram datang tanpa biaya dari Borussia Mönchengladbach. Calhanoglu, senilai Rp 695 miliar, juga didapat gratis setahun sebelumnya dari rival sekota, AC Milan.
Meski begitu, mereka tetap berprestasi. Racikan Pelatih Simone Inzaghi, yang belum pernah membawa tim asuhannya juara liga, membuahkan hasil manis. Anomali Inter berseberangan dengan tim yang mengeluarkan modal besar musim ini.
Data CIES Football Observatory, misalnya, menyebut Manchester United merupakan klub dengan nilai skuad paling mahal di Liga Inggris. Nominalnya bahkan menjadi yang termahal di dunia.
Skuad ”Setan Merah” itu mendatangkan Mason Mount, Andre Onana, dan Rasmus Hojlund. Pemain baru melengkapi kebintangan Bruno Fernandes, Casemiro, hingga Marcus Rashford. Nilai skuad United mencapai 1,150 miliar euro.
Selanjutnya adalah Chelsea, sesama tim Inggris. Nilai skuad ”The Blues” sebesar 1,134 miliar euro.
Todd Boehly, pemilik Chelsea, mendatangkan Christoper Nkunku, Nicolas Jackson, dan Robert Sanchez, hingga Moises Caicedo, salah satu pemain bintang musim lalu. Sebelumnya, di tim ini ada Enzo Fernandes, pemain muda terbaik Piala Dunia edisi terakhir.
Akan tetapi, uang tidak menjamin. Baik United maupun Chelsea gagal menjadi yang terbaik. Kedua tim belum padu. Juara Liga Inggris hanya mimpi untuk keduanya musim ini. Harga yang mahal disebut mubazir oleh sebagian penggemar sepak bola.
Di Liga Jerman, tim kaya raya langganan juara, seperti Bayern Muenchen, juga gagal juara. Tim senilai Rp 16.181,4 miliar, menurut data Transfermarkt, takluk pada Bayern Leverkusen yang berharga Rp 10.334,25 miliar. Leverkusen bahkan belum terkalahkan musim ini.
Timnas Indonesia U-23
Timnas Indonesia U-23 juga nyaris membuat sempurna fenomena itu tahun ini. Indonesia bernilai Rp 83,43 miliar menaklukkan tim yang lebih mahal di ajang Piala Asia 2024 U-23. Setelah menundukkan Australia (Rp 116,02 miliar), timnas menang dari Korea Selatan (Rp 168,17 miliar).
Langkah Indonesia baru berhenti saat dikalahkan Uzbekistan. Negara pecahan Uni Soviet itu terlalu kuat. Bernilai Rp 301,57 miliar, hampir empat kali lipat lebih besar, Uzbekistan unggul 2-0 dari ”Garuda Muda”.
Akan tetapi, kisah fenomenal itu belum berhenti. Gagal juara tapi mimpi masuk Olimpide setelah 68 tahun lalu masih terbuka. Indonesia bakal ditantang Irak memperebutkan tempat ketiga dan satu tiket ke Olimpiade Paris 2024.
Meski terbilang lebih rendah ketimbang Australia dan Korsel, Indonesia bukan yang termurah. ”Garuda Muda” bahkan menjadi yang termewah di Asia Tenggara. Timnas Malaysia, misalnya, berharga Rp 36,5 miliar, Vietnam (Rp 37,98 miliar), dan Thailnad (Rp 36,94 miliar).
Nilai tinggi timnas tidak lepas dari kehadiran empat pemain naturalisasi. Di atas mereka semua hanya ada kapten Rizky Ridho. Bek asal Persija Jakarta itu berharga Rp 6,95 miliar.
Bek Justin Hubner yang membela tim Jepang Cerezo Osaka dihargai Rp 3,48 miliar, Jenner yang dilatih tim Belanda FC Utrech berharga Rp 5,21 m,iliar dan Tjoe-A-On yang datang dari Hereeveen, tim asal Belanda, berharga Rp 6,03 miliar.
Struick yang memperkuat ADO Den Haag asal Belanda menjadi pemain naturalisasi dengan nilai paling terendah. Pemain pencetak dua gol ke gawang Korsel ini hanya berharga Rp 1,3 miliar.
Sejauh ini, dengan harga itu, Indonesia membuktikan yang terbaik di Asia Tenggara. Fakta itu jelas bukan hal mengecewakan.
Akan tetapi, pembuktian antara harga dan kualitas masih akan berlanjut saat Indonesia memperebutkan tempat ketiga melawan Irak. Nilai tim ini jauh lebih murah, Rp 34,33 miliar.
Meski gelar bukan segalanya, jika bisa menang, timnas tidak perlu mengikuti United atau Chelsea yang banyak dikritik sebagai tim mahal yang masih berjuang mencari tempat terbaik.