”DNA” Madrid di Liga Champions bukan omong kosong belaka. Namun, ada faktor lain yang membawa mereka ke final lagi.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
MADRID, KAMIS — Real Madrid, tim tersukses dalam sejarah Liga Champions, kembali melaju ke partai puncak untuk ke-18 kali. Lagi-lagi, mereka meraih tiket final dengan dramatis dan penuh momen ajaib. Namun, semua itu lebih dari tentang ”DNA” sebagai penguasa Eropa yang selalu melekat dalam identitas klub.
Waktu normal hanya tersisa kurang dari tiga menit di Stadion Santiago Bernabeu, Kamis (9/5/2024) dini hari WIB. Tim tamu Bayern Muenchen sudah unggul 1-0 lewat pemain pengganti Alphonso Davies. Mereka hanya perlu mempertahankan skor untuk bertemu dengan tim asal Jerman lain di final, yaitu Borussia Dortmund.
Meskipun begitu, puluhan ribu penonton tuan rumah tetap bersorak di tribune. Mereka seperti sudah mengetahui apa yang akan terjadi. Benar saja, dalam tiga menit berselang, tim asuhan Carlo Ancelotti itu membalikkan keadaan jadi 2-1. Sepasang gol yang seperti jatuh dari langit dicetak penyerang pengganti Joselu.
”Ini adalah Real Madrid! Kami selalu, selalu percaya. Sungguh ajaib bisa bermain untuk tim ini, berada di stadion ini, dan melakukan (pencapaian hebat) berkali-kali. Tadi hanyalah salah satu contoh, kami selalu percaya diri sendiri dan bisa menang apa pun yang terjadi,” kata penyerang sayap Madrid, Vinicius Jr.
Gol pertama Madrid terasa janggal. Kiper Bayern Manuel Neuer sudah pasti menjadi pemain terbaik jika laga hanya sampai menit ke-87. Dia melakukan lima kali penyelamatan krusial sebelum gol. Namun, tiba-tiba, dia gagal menangkap tembakan cukup pelan dari Vinicius Bola itu terlepas ke kaki Joselu.
Gol penentu kemenangan ”El Real” sangat dramatis. Gol Joselu sempat dianulir asisten wasit karena berada dalam posisi offside. Ada dua momen sekaligus yang berpotensi offside, Joselu dan sang pemberi asis Antonio Ruediger. Namun, video asisten wasit (VAR) mengesahkan gol itu. Kedua pemain lolos dari offside.
Selepas injury time 15 menit dan peluit panjang berbunyi, Joselu dan rekan-rekannya berpelukan sampai tiduran di rumput. Neuer hanya menunduk. Bek Bayern Matthijs de Ligt melampiaskan emosi kepada asisten wasit karena golnya dianulir pada menit-menit akhir. Beragam emosi itu cukup menggambarkan betapa dramatis laga kedua semifinal tersebut.
Ini adalah Real Madrid! Kami selalu, selalu percaya. Sungguh ajaib bisa bermain untuk tim ini, berada di stadion ini, dan melakukan (pencapaian hebat) berkali-kali.
Madrid pun lolos ke final dengan keunggulan agregat 3-2 atas Bayern. Mereka mengalahkan tim-tim terbaik untuk ke partai puncak, termasuk juara bertahan Manchester City di perempat final. Jude Bellingham dan rekan-rekan akan bertemu Dortmund di Stadion Wembley pada akhir Mei.
Michael Ballack, gelandang legendaris Bayern, berkata, ”DNA” Madrid di Liga Champions bukan omong kosong belaka. ”Itu (hasil yang) brutal. Seperti ada energi di stadion ini yang memberikan keyakinan mereka bisa bangkit di detik-detik akhir. Sekali lagi terbukti hari ini walaupun itu dari kesalahan lawan. Klub ini memiliki karisma,” ujarnya.
Pertaruhan Tuchel dan reaksi tepat Ancelotti
Antiklimaks Bayern disebabkan banyak faktor. Selain blunder Neuer dan mentalitas Madrid, Pelatih Bayern Thomas Tuchel sangat berperan merusak momentum. Pada menit ke-85, dia menarik keluar penyerang Harry Kane dan gelandang serang Jamal Musiala sekaligus. Thomas Mueller dan Eric Choupo-Moting dimasukkan.
Padahal, Kane dan Musiala merupakan kunci dari strategi Bayern yang mengandalkan transisi serangan balik. Setelah unggul, mereka terus mengancam pertahanan lawan yang memainkan garis semakin tinggi. Terutama Kane yang memberikan asis untuk gol pembuka. Adapun Mueller dan Choupo-Moting yang lebih segar diharapkan lebih bisa membantu bertahan.
Tanpa ancaman di lini serang, Bayern memberikan keleluasaan penuh kepada tim lawan untuk menyerang. Hasilnya, tiga menit setelah pergantian itu, Madrid menyeimbangkan kedudukan. Setelah skor seimbang, tim tamu langsung kebingungan karena tidak memiliki senjata terbaik di lini serang.
Tuchel, termasuk memasukkan bek tambahan Kim Min-jae untuk menggantikan penyerang sayap Leroy Sane pada menit ke-76, terlalu mencari aman. Padahal, keunggulan 1-0 di Santiago Bernabeu masih sangat rentan. Apalagi dengan sejarah berkali-kali kebangkitan ”El Real” pada pengujung laga.
”(Kekalahan) itu menyakitkan, tetapi kami sudah memberikan segalanya di lapangan. Terlalu banyak pemain yang cedera, banyak pemain yang mengalami keram, alhasil harus banyak pergantian juga. Lalu Manu (Neuer), yang menyelamatkan kami sepanjang malam, membuat kesalahan yang tidak akan diulangi 100 tahun ke depan,” kata Tuchel.
Di sisi lain, Ancelotti sangat reaktif setelah tertinggal pada menit ke-68. Sang pelatih memasukkan empat pemain yang bertipe lebih ofensif, antara lain Joselu (menggantikan Rodrygo) dan Luka Modric (menggantikan Toni Kroos). Pergantian dengan Joselu sangat efektif karena Madrid bermain tanpa penyerang murni sejak sepak mula.
Joselu menawarkan presensi lebih nyata di kotak penalti untuk mengacaukan ”parkir bus” Bayern. ”Joselu adalah cerminan luar biasa dari tim ini. Tidak banyak menit bermain musim ini, tetapi sangat membantu kapan pun dibutuhkan. Dia tidak pernah kehilangan kepercayaan diri,” puji Ancelotti.
Adapun Ancelotti tidak langsung memainkan gaya defensif total setelah berbalik unggul. Dia baru memasukkan pemain bertahan ekstra saat injury time sudah berlangsung sembilan menit, tinggal tiga menit tersisa. Gelandang Jude Bellingham digantikan bek tengah Eder Militao.
Selain Joselu, salah satu penampil terbaik dalam laga tadi adalah Vinicius. Pemain tim nasional Brasil itu mengacaukan sisi kanan pertahanan Bayern yang diisi bek sayap Joshua Kimmich. Vinicius berkali-kali bisa melewati Kimmich dengan mudah, terutama pada babak kedua, termasuk dalam proses gol penyeimbang Madrid.
Dua tahun lalu, Joselu datang ke Paris untuk mendukung Madrid di final Liga Champions. Mantan pemain akademi Madrid itu kemudian bergabung pada musim ini dengan status pinjaman dari klub divisi dua Espanyol. Kali ini, dia mengantar Madrid dengan tangan sendiri untuk kembali ke partai puncak. (AP/REUTERS)