Mendukung Indonesia berarti mendukung semua timnya. Di Piala Asia Putri U-17 2024, suporter ”adil” sejak dalam dukungan.
Oleh
REBIYYAH SALASAH
·3 menit baca
Tribune timur Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar, Bali, Kamis (9/5/2024) malam, hampir tak pernah sepi. Bukan perkara kuantitas orang yang menempati area itu. Jumlahnya hanya sekitar 20 orang. Namun, sedikit orang bukan berarti tidak bisa menimbulkan banyak suara.
Sepanjang pertandingan antara tim putri Indonesia U-17 dan Korea Selatan malam itu, mereka yang merupakan bagian dari kelompok suporterUltras Garuda ini melantunkan nyanyian dukungan untuk tuan rumah. Ada yel-yel disertai tabuhan drum, ada pula pekik semangat.
Saat laga berakhir dengan kekalahan 0-12 untuk Indonesia, para pemain beserta pelatih menghampiri Ultras Garuda. Seperti pada laga perdana melawan Filipina, 6 Mei 2024, kelompok suporter ini lantas berusaha menguatkan hati para pesepak bola belia yang datang dengan air mata. Mereka kemudian menyanyikan lagu kebangsaan ”Indonesia Pusaka” bersama-sama.
”Kami mencoba memberikan dukungan ke mereka, apalagi usia mereka masih di bawah 17 tahun dan tentu butuh mental baja untuk melewati kekalahan seperti ini. Sejak awal, kami sudah sepakat, apa pun hasil mereka, tetap kami akan memberi semangat,” ujar Koordinator Ultras Garuda sezione (wilayah) Bali.
Apa yang menarik dari dukungan itu tak semata-mata karena mereka setia hadir kendati hasil laga dapat menimbulkan rasa sedih atau kecewa. Kehadiran mereka juga menjadi bentuk komitmen untuk siapa pun yang membela Indonesia, yang juga berkonsekuensi untuk bersikap ”adil” atas semua timnya.
Apalagi, laga tim putri Indonesia U-17 hanya berselang sejam dengan pertandingan tim putra Indonesia U-23 yang digelar pada hari yang sama. Tim putri bermain pukul 18.00 WIB. Sementara tim putra pukul 20.00 WIB. Tim putra memperjuangkan kesempatan terakhir ke Olimpiade Paris 2024 melalui playoff melawan tim Guinea U-23 di Lapangan Clairefontaine-en-Yvelines, Paris, Perancis.
Ultras Garuda wilayah Bali memutuskan mendukung tim putri karena menilai para pemain belia ini membutuhkan dorongan semangat langsung. Sementara untuk tim putra, kelompok suporter ini berpandangan, publik sudah ramai mendukung dengan acara nonton bareng dan sebagainya.
”Ditambah kami ada di Bali. Kami punya pedoman, saat Indonesia berlaga di daerah, kami akan mendukung langsung. Kami tidak memandang putra-putri, senior atau kelompok umur, selama membawa nama ’Garuda’ dan Indonesia, kami akan hadir memberi semangat,” ucap Koordinator Ultras Garuda wilayah Bali.
Kalau mau membangun sepak bola putri, ya, jangan tanggung-tanggung. Bangun juga kompetisinya.
Selain memberikan dukungan, Ultras Garuda wilayah Bali juga mendesak federasi untuk segera menggelar kompetisi putri. Menurut kelompok suporter di Bali yang terbentuk pada tahun 2023 ini, kompetisi berperan penting dalam pengembangan sepak bola putri.
”Kalau mau membangun sepak bola putri, ya, jangan tanggung-tanggung. Bangun juga kompetisinya. Dari situ bisa terlihat bibit-bibit untuk memperkuat timnas. Tidak bisa instan, semua butuh proses,” lanjutnya, menambahkan.
Adapun dukungan di stadion juga datang dari warga Bali lainnya. Arifin (29), misalnya, juga sengaja datang ke Stadion Kapten I Wayan Dipta alih-alih datang ke acara nonton bateng. Warga Gianyar ini ingin mendukung Indonesia secara langsung, tim apa pun itu.
”Mumpung ada pertandingan Indonesia di Bali, saya memilih menonton langsung di sini. Kalau tim U-23, saya bisa sambil live streaming,” kata Arifin.
Dukungan untuk tim putri U-17 juga datang dari para pelajar di Gianyar yang turut meramaikan Kapten I Wayan Dipta dalam dua pertandingan Indonesia. Dinas Pendidikan, Kepemudaan, dan Olahraga mengerahkan mereka untuk datang dan mendukung langsung ke stadion.
Keberpihakan terhadap sepak bola putri Indonesia memang bisa ditunjukkan melalui hal sederhana, seperti mendukung mereka saat bertanding. Hasil pertandingan kerap tidak sesuai harapan, tetapi pada momen-momen seperti itulah dukungan dibutuhkan. Adil dalam pikiran, adil dalam dukungan.