Saya sungguh berharap, Ramadhan dan Idul Fitri yang baru saja berlalu menjadi landasan untuk merekatkan kembali keutuhan bangsa. Soalnya, belakangan ini kekhawatiran akan mudahnya masyarakat berbenturan cukup tinggi, gara-gara ada elite politik yang merasa punya massa dan merasa paling benar.
Dasar negara Pancasila diutak-atik mau diganti dengan yang lain, sungguh tidak bisa dibiarkan. Mestinya DPR cepat tanggap dengan segera menyelesaikan Undang-Undang Antiteror, jangan membuat berbagai alasan yang tidak dimengerti oleh rakyat.
Berkembangnya paham radikalisme itu, sadar atau tidak sadar, karena tidak paham terhadap dasar negara Pancasila. Padahal, dengan Pancasila masyarakat bisa bergotong-royong, saling membantu satu sama lain menuju masyarakat yang sejahtera, adil, dan makmur.
Jangan hanya menyalahkan pemerintahan sekarang yang harus menyelesaikan warisan seribu satu persoalan. Sejak zaman Orde Baru, sudah terjadi pemisahan kaya miskin. Di antaranya pembangunan kompleks perumahan yang dibatasi dengan pagar tembok tinggi sehingga terpisah dengan lingkungan masyarakat sekelilingnya.
Hal itu bisa menimbulkan kecemburuan sosial, apalagi anak-anak penghuni kompleks biasanya sekolah bukan di sekolah terdekat, tetapi mencari sekolah favorit di tempat lain. Pembedaan sekolah umum yang ditangani Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan sekolah berlandaskan agama yang ditangani Kementerian Agama, bisa menjadi pemicu lain. Alangkah baiknya kalau semua sekolah, baik di tingkat PAUD, TK, SMP, maupun SLA, seluruhnya di bawah Kemdikbud.
Untuk mencegah timbulnya silang pendapat dalam masyarakat, semestinya semua pendidikan pada semua tingkat ditekankan pendidikan budi pekerti serta kearifan lokal. Alangkah baiknya jika penyampaian materi pelajaran dari PAUD, TK sampai kelas III SD yang menggunakan bahasa daerah masing-masing, karena sangat sarat budi pekerti.
Budi pekerti dan kearifan lokal merupakan cerminan Pancasila yang selalu bergotong royong, saling membantu, dan bertoleransi dari semua golongan tanpa ada perbedaan suku, agama, ras, dan antargolongan.
Akhir kata dari orang yang sudah lanjut usia ini, saya mengharapkan generasi milenium menjadi Pancasilais sejati yang mewujudkan rukun agawe sentosa. Merdeka!
Slamet Kartosumarto, Jl Komir Kartama, Tasikmalaya 46112
Tanggapan soal ”Easy Shopping”
Menanggapi surat lbu Ati Sri Duriat berjudul ”Waspadai lklan” (Kompas, 3/6), kami berterima kasih atas partisipasinya dalam program promosi Easy Shopping. Isi iklan kami sepenuhnya benar, setiap orang dapat berpartisipasi dan berkesempatan memenangi hadiah Rp 399 juta setelah menjawab kuis dan mengirimkan kupon atau menelepon pusat panggilan.
Memang terdapat syarat dan ketentuan promosi untuk menjadi pemenang, yang tertulis pada amplop surat atau situs web kami. Kami sarankan pelanggan lebih teliti membaca dan memahami syarat dan ketentuannya.
Aero Widiarta, Media & Marketing Manager, PT Karisma Bahana Gemilang, Wisma 77 Tower 1, 6th Floor, Jl S Parman Kav 77, Jakarta 11410
Tanggapan AXA Mandiri
Menanggapi surat Bapak Jowono Heruwardojo (Kompas, 30/5), kami mohon maaf atas ketidaknyamanan yang dialami. Dapat kami informasikan, Bapak Juwono memiliki produk asuransi Mandiri Rencana Sejahtera.
Asuransi di atas merupakan produk asuransi unitlink yang memberi manfaat perlindungan jiwa sekaligus investasi. Pada produk tersebut dikenakan biaya asuransi dan administrasi sesuai usia tertanggung dan besarnya uang pertanggungan.
Hasil investasi mengikuti kinerja dana investasi pilihan nasabah dan dinamika pasar. Informasi terkait polis asuransi telah kami sampaikan ke alamat yang bersangkutan.
Maika Randini, Head of Marketing & Corporate Communications, PT AXA Mandiri Financial Services, AXA Tower Lt 9, Kuningan City, Jakarta 12940