logo Kompas.id
OpiniKeniscayaan Ketahanan Pangan
Iklan

Keniscayaan Ketahanan Pangan

Oleh
Adhi S Lukman
· 4 menit baca

Tonggak sejarah baru dibuat perekonomian dunia, dengan China menginisiasi Forum Kerja Sama Internasional Sabuk dan Jalan (Belt and Road Forum for International Cooperation) di  Beijing, 14-15 Mei 2017. Forum ini kelanjutan dari the Silk Road Economic Belt and the 21st Century Maritime Silk Road yang diinisiasi tahun 2013 oleh Presiden Xi Jinping. B&R dihadiri 130 pimpinan negara dan 60 lembaga internasional, menunjukkan perubahan peta kekuatan ekonomi. Dengan target konektivitas Asia dengan Eropa, Afrika dengan Amerika Latin, tidak disangkal lagi peta ekonomi dunia akan berubah cepat. "Kami sadar ekonomi dunia sedang mengalami perubahan besar, menghadirkan peluang dan tantangan. Inilah era peluang, di mana negara terus bercita-cita untuk perdamaian, pembangunan, dan kerja sama. Agenda Pembangunan Berkelanjutan PBB 2030 dengan serangkaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan pada intinya memberikan cetak biru kerja sama internasional yang baru," demikian pernyataan bersama para pemimpin negara. Ini wujud kesadaran memanfaatkan peluang untuk pembangunan berkelanjutan. Konsep Sabuk dan Jalan (B&R) akan mewujudkan, antara lain, sinergi  konektivitas pembangunan kebijakan dan strategi; memperdalam kerja sama infrastruktur; memperluas investasi industri dan perdagangan; memperluas kerja sama keuangan dan promosi konektivitas keuangan; investasi lebih banyak ke kehidupan masyarakat, dan memperdalam pertukaran antarmanusia.Sebenarnya inisiatif B&R cukup komprehensif menawarkan  konsep, kontribusi, visi, dan tindakan China dalam mempromosikan kerja sama energi, pertanian serta maritim. Sayangnya, belum ada kerja sama nyata di bidang ketahanan pangan. Indonesia dipimpin langsung Presiden Joko Widodo membawa beberapa kesepakatan, antara lain pembangunan kereta cepat, perluasan investasi industri dan perdagangan, kerja sama keuangan dalam industri kimia, metalurgi, dan petrokimia. Sektor pertanian dan pangan belum masuk dalam kesepakatan kali ini.Inisiatif ketahanan panganMewujudkan kerja sama ketahanan pangan (termasuk gizi) di kawasan B&R merupakan keniscayaan. Wujud kerja sama ini akan berdampak positif bagi perwujudan kerja sama lain, perdamaian serta kemanusiaan yang merupakan bagian dari target B&R untuk pembangunan berkelanjutan. Karena pangan adalah kebutuhan pokok dan hak asasi manusia paling dasar serta menjadi kewajiban negara untuk memenuhi dan dampak politisnya cukup besar jika terjadi kekurangan pangan, Indonesia perlu menginisiasi kerja sama ketahanan pangan dalam pertemuan berikutnya, dengan beberapa tahapan tindak lanjut.Pertama, negara peserta perlu menyatakan, kerja sama ketahanan pangan merupakan hal strategi yang harus dilaksanakan sebagai dasar dari semua kerja sama lain, termasuk perwujudan perdamaian dan kemanusiaan di kawasan. Kedua, perlu merumuskan komoditas pangan dan pertanian strategis yang akan dikerjasamakan. Pangan pokok yang bisa dijadikan cadangan pangan bagi semua negara peserta B&R bisa disimpan sebagai cadangan jangka menengah-panjang dan mudah didistribusikan.  Ketiga, semua negara peserta melakukan pemetaan  produksi dan kebutuhan konsumsi dan melaporkannya kepada komite pangan B&R sebagai dasar kerja sama ketahanan pangan. Keempat, perlu disepakati pembiayaan, jumlah cadangan pangan dan perhitungan kontribusi masing-masing negara. Misalnya, setiap negara mencatatkan cadangan pangan 10 persen dari produksi dan mencadangkan kebutuhan darurat pangan sebesar 10 persen berdasar jumlah penduduk. Komite pangan akan memformulasikan berapa cadangan pangan B&R dan bagaimana menyimpan, di mana disimpan dan mendistribusikannya. Pembiayaan cadangan bisa diformulasikan berdasarkan kemampuan dan jumlah penduduk masing-masing negara.Kelima, komite pangan B&R menentukan skema/tata cara penggunaan cadangan pangan, mutasi stok, serta kriteria apa saja untuk bisa  menggunakan cadangan itu. Tentu saja prioritas cadangan pangan  untuk bencana alam, kelaparan, dan pembangunan manusia berkeadilan.Kerja sama bisa diperluas dalam intervensi perbaikan gizi masyarakat peserta B&R sehingga target B&R dalam investasi ke kehidupan masyarakat akan bisa diwujudkan sebagai dasar pembangunan berkelanjutan. Scaling Up Nutrition (SUN) Movement dan SBN (SUN Business Network) yang diinisiasi PBB bisa dijadikan panutan membangun kerja sama di B&R. Perwujudan ketahanan pangan regional adalah cermin kerja sama yang baik, simbol perdamaian kawasan serta modal dasar keberhasilan kerja sama di semua bidang ekonomi dan politik. Dengan demikian, kerja sama B&R akan jadi kuat dengan basis pangan yang kuat serta masyarakat yang sehat.Adhi S Lukman·Ketua Umum GAPMMI, Anggota Pokja Ahli Dewan Ketahanan Pangan Indonesia

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000