Pancasila dalam Perbuatan
Keberadaan negara tercinta yang plural ini akan langgeng jika unsur-unsur Pancasila diwujudkan pada perbuatan sehari-hari, terutama di masa perkembangan, saat kanak-kanak.
Sewaktu saya duduk di kelas IV sekolah rakyat—sekarang sekolah dasar—di Karanganyar, Jakarta Utara, setiap hari Sabtu ada hari krida. Pada hari itu murid-murid mengadakan acara masak-memasak di ruang kelas.
Sebelum hari-H, ketua kelas mengadakan musyawarah dengan seisi kelas, intinya merundingkan makanan apa yang akan dibuat, siapa membawa apa, dan sebagainya. Musyawarah ini secara tidak sadar mewujudkan sila keempat dalam Pancasila. Mereka yang rumahnya dekat dengan sekolah juga tidak berkeberatan ditugasi membawa perlengkapan berupa alat-alat masak.
Ketika kegiatan dimulai, para murid membersihkan ruang kelas bersama-sama, terasa sila ketiga terwujud pada acara bersih-bersih ini. Begitu juga ketika makanan telah selesai dibuat lalu disajikan, sebelum dimakan bersama-sama, terlebih dulu diadakan doa menurut agama masing-masing. Sila pertama nyata terwujud pada doa sebelum makan.
Ketika makanan berlebih, kelebihan disumbangkan kepada para tukang becak yang mangkal di luar pintu utama sekolah. Kami belajar berbela rasa kepada mereka yang membutuhkan. Sila kelima pun diwujudkan.
Manakala di SLTP, juga di Jakarta, di sekitar Kecamatan Gambir, sebulan sekali para murid mengadakan kerja bakti. Ini tentunya atas inisiatif guru, terutama guru Olahraga. Kerja bakti berupa menyapu di pinggir jalan, bukan di dalam atau di halaman sekolah. Bahkan terkadang agak jauh sampai di Jalan Sabang dan sekitarnya.
Sekali waktu kerja bakti juga dilakukan di seberang Stasiun Gambir di depan Gereja Imanuel. Walau saya dan teman-teman kebanyakan Muslim, kami tidak merasa berat melakukan kerja bakti bersih-bersih ini. Malah yang muncul senda gurau pertanda rukun dalam kebersamaan.
Kegiatan ini juga memberi pelajaran agar siswa tidak merasa malu membawa sapu lidi atau pengki dari rumah, yang masih malu-malu membawa sapu biasanya membungkus sapunya dengan koran bekas. Gotong royong membuat erat persahabatan.
Empati terhadap kehidupan para pekerja kebersihan dan pekerja kasar lainnya terasa tumbuh dan bersemai. Para penghuni sekitar pun dengan ikhlas menyediakan minuman beraneka jenis yang menyegarkan.
Didi Marsidi, Jalan Pasir Slamet, Nanggeleng, Sukabumi 43145
Listrik Padam
Melalui surat ini, saya bertanya kepada PLN Kota Bekasi, mengapa aliran listrik di RT 008 RW 014, Pekayon Jaya (Taman Galaxi Indah), kerap padam.
Dalam tempo kurang dari tiga pekan sudah tiga kali aliran listrik padam dan semua berlangsung mendadak tanpa pemberitahuan. Terakhir pada 5 Juni 2017. Anehnya, mengapa hanya lingkungan kami yang padam, sedangkan di sekitar terang benderang.
Laporan melalui telepon 123 sudah, surat pun sudah, semua seakan tak ada pengaruhnya. Ke mana lagi kami harus mengadu?
Iwang Dwiartha, Warga RT 008 RW 014 Pekayon Jaya, Bekasi Selatan, Bekasi
Data Nasabah
Hari Senin (19/6), saya dihubungi seseorang berinisial AE. Ia mengaku dari NTB, salah transfer dan masuk ke rekening saya di BRI. Uang yang diklaim masuk Rp 2 juta pada 5 Juni 2017.
Saya terkejut, dari mana dia mengetahui nomor telepon saya. Jawabnya, dari pihak BRI.
Karena hal ini adalah tanggung jawab bank bukan nasabah, saya persilakan dia melapor ke bank bersangkutan. Namun, AE terus mendesak saya untuk mengembalikan ke rekeningnya.
Saya merasa sangat terganggu, apalagi saudara AE selalu berbicara urusan dunia akhirat apabila saya tidak mengembalikan.
Saya sudah menghubungi Bank BRI di Jalan Martadinata, Bandung, Selasa (20/6). Saya disarankan untuk pasif karena khawatir ada tindak penipuan. Alasannya, jika ada masalah seperti ini, yang menyelesaikan adalah pihak bank, bukan nasabah.
Saya meminta pertanggungjawaban bank yang membeberkan data pribadi kepada pihak lain. Apabila benar ada kesalahan transfer, tentu akan saya kembalikan melalui jalur yang benar.
Cornelius Helmy, RE Martadinata, Bandung