logo Kompas.id
OpiniQatar dan Pengaruh Arab Saudi
Iklan

Qatar dan Pengaruh Arab Saudi

Oleh
· 2 menit baca

atar menolak kedaulatan jadi isu dalam dialog dengan Arab Saudi dan krisis di Teluk tetap "menggantung" kendati AS dan Rusia ingin segera berakhir. Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani menelepon Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman al-Saud, Jumat malam. Namun, Minggu (10/9), Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud membatalkan rencana dialog tersebut karena Qatar tidak mau isu kedaulatannya dijadikan salah satu agenda. Sehari sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Donald Trump menelepon Sheikh Tamim bin Hamad, Pangeran Mohammed bin Salman, dan Putra Mahkota Uni Emirat Arab Pangeran Mohammed bin Zayed al-Nahyan. Bahkan, dalam kunjungannya ke Jeddah, Menlu Rusia Sergey Lavrov pun meminta kepada negara bertetangga tersebut segera menyelesaikan krisis lewat meja perundingan. Menlu Arab Saudi Adel al-Jubeir menyatakan, Qatar perlu menunjukkan keseriusan sebelum maju ke perundingan. "Kami sangat ingin menemukan solusi untuk dapat mengimplementasikan beberapa prinsip, seperti tidak mendukung terorisme, tidak menyebar kebencian, dan tidak mengintervensi satu sama lain," katanya. Seperti diketahui, Arab Saudi, Bahrain, Uni Emirat Arab, dan Mesir memutus hubungan diplomatik dengan Qatar, 5 Juni 2017. Mereka menuduh Qatar mendukung terorisme, tetapi langsung dibantah oleh Qatar. Lavrov menegaskan, Rusia mendukung upaya damai oleh Kuwait dan AS. "Kami ingin melihat stabilitas di kawasan Timur Tengah dan Afrika utara," ujarnya.Meski kedua negara saling mendekat untuk membuka kembali kedutaan besar di tiap-tiap negara, Arab Saudi dan Iran tetap bersaing berebut pengaruh di Timur Tengah. Kedekatan Iran dengan Qatar juga menjadi pertimbangan ketika Arab Saudi dan kawan-kawan memutus hubungan diplomatik dengan Qatar.Kemajuan koalisi Rusia, Iran, dan Turki menyelesaikan krisis Suriah dan menguatkan posisi Presiden Bashar al-Assad mengganggu Arab Saudi. Belum lagi, Iran yang sejak jatuhnya Saddam Husein mulai menanam pengaruh di Irak. Arab Saudi mulai kehilangan pengaruh bagi negara tetangga di utaranya tersebut. Sebagai negara besar di kawasan, Raja Salman tak ingin kehilangan pengaruh di Qatar. Akibatnya, ketika Qatar berkeras tidak mau membahas soal kedaulatan, wajar Arab Saudi membatalkan rencana dialog. Pertanyaannya, mungkinkah Arab Saudi memaksa Qatar duduk berunding mencari solusi damai atas krisis diplomatik ini? Akankah Arab Saudi terus mengisolasi Qatar hingga stabilitasnya tidak kondusif? Ataukah (Emir) Qatar akan terus melawan dengan makin mendekat ke Iran? Di tengah suasana politik di Timur Tengah yang belum jelas, semua bisa menjadi mungkin.

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000