Pasukan Demokratik Suriah dikabarkan menangkap banyak pemimpin asing Negara Islam di Irak dan Suriah selama pertempuran di Raqqa.
Juru bicara Pasukan Demokratik Suriah (SDF), Talal Silo, menyatakan telah menangkap pemimpin asing Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) lewat operasi khusus. ”Kami menangkap banyak emir (NIIS) dari seluruh dunia,” kata Silo.
Meski demikian, Silo menolak mengatakan berapa banyak pemimpin yang ditangkap dan ditahan. Mereka sedang diinvestigasi dan akan diajukan ke pengadilan. ”Kami punya sistem peradilan yang independen untuk mengadili mereka,” katanya.
Dua hari setelah merebut Kota Raqqa dari NIIS, SDF membersihkan kota itu. Milisi NIIS meninggalkan ranjau dan bahan-bahan peledak yang harus dibersihkan untuk menghindarkan korban sipil kembali berjatuhan.
Jatuhnya Raqqa ke tangan SDF membuat NIIS kehilangan besar. Apalagi, SDF dan milisi langsung bergerak ke Provinsi Deir el-Zor, Suriah timur. Milisi SDF bertempur melawan milisi NIIS di area timur Sungai Eufrat. Di barat sungai, pasukan Pemerintah Suriah didukung Rusia dan Iran juga ikut menggempur NIIS.
Deir al-Zor dibelah Sungai Eufrat. Koalisi pimpinan AS dan militer Rusia berkoordinasi untuk mencegah kemungkinan bentrokan antara kedua pihak dalam menggempur NIIS.
Dengan bantuan pesawat tempur dan pasukan khusus, milisi SDF bertempur sejak Juni lalu dan Raqqa baru berhasil dibebaskan Oktober ini. Raqqa adalah kota yang direbut NIIS awal 2014 sebelum meraih kemenangan dan merebut kota lain di Irak.
Perburuan terhadap NIIS juga berlangsung di Irak yang lebih dulu membebaskan Mosul dari NIIS pada 10 Juli lalu. Baru awal Oktober lalu, pasukan Irak berhasil membebaskan Hawija, kota di perbatasan dengan Suriah, dari NIIS. Untuk membangun kembali kota Mosul saja diperkirakan dibutuhkan biaya sedikitnya 1 miliar dollar AS.
Kemenangan besar di Irak dan Suriah atas NIIS tidak boleh membuat kita lengah. Kemungkinan akan dapat dan terus bertahan tidak boleh diabaikan mengingat NIIS mulai berkembang di negara-negara di Afrika utara. Libya dan Somalia adalah dua negara yang diperkirakan dapat menjadi pusat pengembangan NIIS baru.
Dalam beberapa hari terakhir ini, ledakan bom mengguncang Mogadishu, ibu kota Somalia, yang menyebabkan 80 lebih orang tewas. Dua pemerintahan saling berebut pengaruh di Libya. Pemerintah yang didukung PBB (GNA) bermarkas di Tripoli berebut pengaruh dengan orang kuat militer Khalifa Haftar. Situasi kacau dan penuh teror baik di Somalia maupun Libya bisa dimanfaatkan NIIS masuk dan melibatkan diri di dalamnya.