logo Kompas.id
OpiniPancasila, Esa dan Ketuhanan...
Iklan

Pancasila, Esa dan Ketuhanan Kita

Oleh
SYAIFUL ARIF
· 5 menit baca

Ruang publik kita sempat diramaikan oleh munculnya diskursus tentang ketuhanan menurut Pancasila akibat pernyataan kontroversial Eggi Sudjana yang menyebut teologi non-Islam sebagai teologi yang bertentangan dengan Pancasila.

Artikel ini hendak menjernihkan persoalan tersebut sehingga kita tidak terjebak dalam kesilap-pandangan massal. Sejatinya, pemahaman kita terhadap sila Ketuhanan Yang Maha Esa masih belum menyentuh konsepsi dasarnya sendiri. Sebab, arti esa sebagai satu tak sepenuhnya tepat karena ia tak menggunakan definisi awalnya. Dalam bahasa Sanskerta, arti satu diwakili oleh kata tunggal, sebagaimana seloka Bhinneka Tunggal Ika (Beragam itu, Satu itu).  Sementara kata esa hanya bisa dipahami dalam terminologi Buddhisme. Ia tak merujuk pada arti satu, melainkan kekosongan (Sunnata) yang adalah prinsip dasar dari segala sesuatu, serta hakikat dari kondisi spiritual (Iqbal, 2017).

Sunnata (kekosongan dari diri) merupakan jalan spiritual untuk menghilangkan ego yang telah menyebabkan kemelekatan. Kemelekatan inilah yang menjadi dosa besar bagi Buddhisme karena ia menciptakan dhuka. Jadi duka itu sebenarnya kondisi kegelapan spiritual ketika seseorang terlalu melekat pada dunia dan kediriannya (Sankhittena pancupadanakkhanda-dukkha).

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000