Nyaman Berkendara... Masih "Mahal"
Copet di Metromini
Metromini adalah salah satu transportasi umum yang sering digunakan warga Jakarta. Namun, tingginya tindak kriminalitas dan kurangnya keamanan di metromini, sering membuat warga masih merasa tidak nyaman dan waswas saat menaikinya. Saya pun, pernah menjadi korban.
Beberapa bulan lalu, tepatnya Maret 2017, saya kecopetan di metromini P19 jurusan Tanah Abang-Ragunan. Siang itu seluruh bangku metromini yang saya naiki penuh penumpang. Tepat di seberang Ratu Plaza saya turun, tetapi saat itu juga saya menyadari bahwa barang berharga saya hilang.
Setelah beberapa detik turun, saya mencoba mengejar metromini tersebut sambil berteriak-teriak, tetapi sopir tidak menghentikan kendaraannya. Karena jalanan lengang, metromini itu langsung hilang dari pengejaran.
Mungkin tak hanya saya yang pernah mengalami kejadian ini. Oleh karena itu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta harus membuat kebijakan untuk menjamin keamanan dan kenyamanan penumpang kendaraan umum, khususnya metromini. Entah dengan cara memasang kamera pemantau di setiap kendaraan umum, pengontrolan yang lebih ketat, dan seterusnya, yang penting meminimalkan kejahatan dan tindak kriminalitas di transportasi umum.
Dengan demikian, warga tidak perlu waswas dalam menggunakan transportasi umum.
Ferry Budi Saputra, Mahasiswa IISIP Jakarta
Pasar Pondok Labu Semrawut
Jalan Raya Fatmawati merupakan jalan yang padat. Lewat jalan tersebut bisa ke Cinere, Blok M, dan Lebak Bulus. Di jalan Raya Fatmawati itu, terdapat Pasar Pondok Labu.
Setiap hari Pasar Pondok Labu dilewati oleh ribuan orang yang akan beraktivitas. Dari orang kantoran, anak sekolah, pedagang pasar, hingga pedagang kaki lima. Karena jalan di depan Pasar Pondok Labu relatif kecil, jalan pun menjadi padat.
Hal lain yang membuat Pasar Pondok Labu semrawut adalah aktivitas jual beli di pasar tersebut. Banyak pedagang berdagang di trotoar sekitar pasar, bahkan barang dagangannya sampai menyeruak ke pinggir jalan. Kemacetan makin parah pada jam-jam sibuk. Belum lagi para tukang ojek yang memarkir motornya di pinggir jalan, padahal sudah jelas ada rambu dilarang parkir, dan angkutan umum (angkot) yang membandel, suka ngetem sembarangan.
Sudah sering polisi lalu lintas menindak para sopir angkot itu. Demikian juga satpol PP dan dinas perhubungan yang berusaha menertibkan area Pasar Pondok Labu. Namun, sepertinya hal tersebut belum memberikan efek jera.
Kiranya, pihak-pihak berwenang semakin aktif lagi untuk menertibkan Pasar Pondok Labu. Dengan demikian, para pengguna jalan bisa menikmati perjalanan dengan santai sekaligus memberi efek jera bagi para pelanggar.
Yaspita, Kompleks RS Fatmawati, Cilandak, Jakarta Selatan
Perlebar Pagar
Saya ingin menyampaikan masukan berupa penambahan jarak antara pagar dengan rel di lintasan sesudah Stasiun Lenteng Agung ke arah Stasiun Tanjung Barat.
Sebagai pengguna kereta kommuter, saya memperhatikan ada beberapa kondisi yang berpotensi membahayakan, yaitu apabila sewaktu-waktu terjadi kecelakaan kereta terguling. Dengan posisi atau jarak antara pagar dengan rel di lintasan yang terlalu mepet ke rel kereta, sementara bentuk ujung pagar meruncing, hal ini bisa menimbulkan masalah baru bila ada kereta terguling di situ.
Menurut perkiraan saya, dengan tingkat kemiringan kereta pada lintasan dari Stasiun Lenteng Agung menuju Stasiun Tanjung Barat dan kepadatan penumpang di kereta pada jam-jam sibuk, jarak yang sangat dekat antara pagar dengan kereta jadi mengkhawatirkan. Posisi saya saat kereta penuh adalah persis di depan pintu sehingga pagar itu seperti menghadap ke muka saya.
Karena itu, saya memberikan masukan dan meminta penambahan jarak antara pagar dengan rel kereta di sepanjang lintasan sesudah Stasiun Lenteng Agung menuju Stasiun Tanjung Barat.
Cicilia Dessy, Malaka Sari, Duren Sawit, Jakarta Timur
Melawan Arus
Saya mahasiswa semester 5 di Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Saya merasa resah terhadap para pengendara sepeda motor yang sering melawan arah di putaran balik KFC Gardu Lenteng, dekat Kampus Universitas Pancasila.
Struktur jalan menyebabkan para pengendara roda dua melawan arah, padahal sudah jelas terpasang rambu dilarang melawan arah. Kenyataannya, masih banyak pengendara roda dua yang tidak menaati peraturan tersebut.
Petugas keamanan seharusnya turun langsung untuk menertibkan, karena hanya dengan dipasang rambu dilarang melawan arah, tidak membuat pengendara sepeda motor jera apalagi menyadari kesalahan yang mereka lakukan. Semakin memprihatinkan, karena di antara para pelawan arus ini adalah banyak anak sekolah yang tidak memakai helm. Saya mohon perhatian pihak keamanan untuk menindak tegas para pengendara sepeda motor yang masih melawan arah tersebut.
Saya sempat melihat beberapa petugas keamanan, tetapi penjagaan tidak berlangsung lama. Pagi, waktu ada petugas para pengendara tertib, tetapi ketika saya kembali sore harinya sudah banyak pengendara yang melanggar, termasuk mahasiswa.
Fauzi Nur Alamsyah, Jl Harsono, Ragunan, Jakarta Selatan
JPO Diabaikan
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sudah bersusah-payah menyiapkan jembatan penyeberangan orang (JPO) untuk para pejalan kaki, tetapi JPO-JPO tersebut kebanyakan sepi. Salah satunya di Stasiun Lenteng Agung.
Miris memang melihat fasilitas yang serba gratis disediakan demi kenyamanan dan keamanan bersama, tetapi diabaikan. Di Stasiun Lenteng Agung, tepatnya di jalan yang mengarah ke Pasar Minggu, saya sering melihat banyak pejalan kaki yang menyeberang sembarangan, padahal ada JPO.
Saya sebagai pengguna kendaraan roda empat merasa sangat khawatir, karena selain mengganggu, mereka bisa memicu kecelakaan yang membahayakan diri sendiri dan orang lain.
Semoga pihak yang berwenang bisa menyelesaikan permasalahan ini sekaligus mengurangi kebiasaan buruk para pejalan kaki.
Muhammad Ibnu Hazar, Pengadegan Timur, Pengadegan, Cilandak, Jakarta Selatan