Bandar Udara Lombok
Namanya Bandara Internasional Lombok. Memang betul internasional, karena sudah ada penerbangan dari Singapura, Kuala Lumpur, dan Seoul. Namun, kualitas bangunan dan layanannya sangat memprihatinkan.
Saat ke Lombok, kami sering transit terlebih dahulu di Bandara Ngurah Rai, Bali. Begitu mendarat di Bandara Internasional Lombok, sangat terasa bedanya. Yang paling menonjol adalah kualitas lantai dan marmer murahan, yang terlihat tidak bersih.
Ada baiknya juga meja-meja penjualan jasa transportasi—baik sebelum dan sesudah pintu keluar—dipindahkan ke ruang depan dengan kualitas counter yang lebih bagus. Sebagai gantinya tempatkan berbagai materi promosi pariwisata Lombok dengan penyajian yang menarik, tidak seperti sekarang, yang masih terlihat asal-asalan.
Pintu ruang info pariwisata lebih baik terbuka sehingga jadi lebih menonjol. Di samping pintu juga bisa diletakkan rak berisi peta dan lain-lain agar menarik untuk dilihat.
Di halaman luar, taksi sebaiknya dikelola karena penempatannya sangat tidak teratur. Di bagian dalam, pada ruang keberangkatan, kami beberapa kali menyaksikan antrean panjang di toilet wanita. Menyedihkan, karena beberapa wanita adalah turis asing, mengapa tidak ditambah sebuah toilet lagi?
Presiden Joko Widodo telah meresmikan beroperasinya Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika pada 20 Oktober 2017. Seharusnya kualitas Bandara Internasional Lombok juga ditingkatkan setara dengan bandara di Bali untuk menunjang KEK Mandalika.
Sumantri Yuniargo, Dukuh Utara, Semper, Jakarta Utara
Pelaporan Pajak
Pada 6 Juli 2017, saya menerima surat dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Wonocolo dengan Nomor S-493/PPT.LKPSPT/WPJ.11/KP tertanggal 22 Juni 2017 perihal Permintaan Kelengkapan SPT Tahunan PPh 1770.
Disebutkan bahwa SPT Tahun 2016 saya tidak dilengkapi dengan elektronik sehingga jika dalam waktu 30 hari sejak tanggal diterbitkan surat tidak menyampaikan kelengkapan SPT, maka SPT Tahun 2016 Pajak Penghasilan yang saya sampaikan dianggap tidak disampaikan.
Menurut petugas KKP Surabaya Wonocolo yang saya datangi pada Jumat, 7 Juli 2017, dalam data saya tercantum pernah mengisi e-filling sehingga seterusnya harus mengisi e-filling. Padahal, saya tidak pernah mengisi e-filling dan bukti sah penerimaan SPT tahunan mulai 2013-2016 bukan secara elektronik dan sudah sesuai peraturan.
Pada 17 Juli, saya menulis surat kepada Ibu Menteri Keuangan dengan tembusan pihak-pihak yang terkait (terlampir). Pada 12 September 2017, Komite Pengawas Perpajakan mengirim dua anggot stafnya dan mendiskusikan permasalahan saya.
Dalam diskusi ditemukan ada yang meng-input e-filling data SPT Tahun 2014 dengan status nihil, padahal saya telah membayar kurang bayar sesuai SPT Tahun 2014 yang saya laporkan.
Bagaimana mungkin tanpa surat kuasa, ada yang mengisikan e-filling? Bukankah ini bertentangan dengan etika dan peraturan perundangan?
Stefanus Lawuyan, Sidosermo Indah, Surabaya 60239
Air Mati
Saya pelanggan dengan nomor rekening 000440833, kecewa pada PT PAM Lyonnaise Jaya karena sejak September 2017 sampai hari ini, hampir setiap hari air mati atau mengalir, tetapi sangat kecil. Kalau mengalir pun hanya bisa di satu lokasi dan lokasi lain mati.
Hal itu sudah saya sampaikan kepada layanan pelanggan (CS) PT PAM Lyonnaise Jaya berkali-kali, setiap hari saat air mati.
Pada September 2017, air mengalir normal hanya 10-14 hari. Pada Oktober 2017, air mati berhari-hari, kalaupun menyala tidak dalam kondisi normal karena hanya mengalir sangat kecil di malam hari.
Puncaknya, 30 Oktober, air kembali kecil dan mati lagi. Pada 1 November air baru menyala di malam hari dengan kondisi sangat kecil. Saat komplain, CS menyatakan tidak ada masalah dengan pipa mereka, tidak ada kebocoran atau kerusakan.
Pada 3 November, tidak lama setelah saya komplain dan dijawab tidak ada gangguan, saya mendapat SMS dari PT PAM Lyonnaise Jaya bahwa pekerjaan perbaikan pipa bocor di Jalan Gatot Subroto sudah selesai.
Namun, air terus mati-hidup hingga saya menulis surat ini pada Selasa (7/11). Saya sangat kecewa terhadap pelayanan PT PAM Lyonnaise Jaya yang tidak memedulikan pelanggan.
Irene, Tebet, Jakarta Selatan