Angin Segar dari Semenanjung Korea
Angin segar berembus dari Semenanjung Korea. Untuk pertama kali dalam dua tahun terakhir, ada pertemuan delegasi Korea Utara dan Korea Selatan.
Tatap muka kedua belah pihak digelar di Desa Panmunjom, di kawasan perbatasan kedua negara. Pertemuan berlangsung hangat. Pejabat Korut dan Korsel tertawa bersama saat wartawan mengambil gambar mereka.
Pertemuan itu membahas rencana Korut mengirim kontingen ke Olimpiade Musim Dingin di Korsel, bulan depan. Namun, dalam pertemuan yang sama, kedua belah pihak menghasilkan pula kesepakatan untuk menghidupkan kembali jalur komunikasi militer.
Mengingat ketegangan di Semenanjung Korea sepanjang 2017 akibat uji coba nuklir dan rudal balistik oleh Pyongyang, pertemuan di Panmunjom pada Selasa silam cukup menggembirakan. Peristiwa itu seperti embusan angin yang menyejukkan setelah sekian lama suasana terasa panas dan pengap. Tak bisa tidak, siapa pun yang menghendaki perdamaian di Semenanjung Korea akan senang menyaksikan anggota delegasi kedua negara saling bersalaman.
Korsel paham betul bahwa kesediaan Korut mengirim delegasi ke Olimpiade bukan tujuan akhir dari pendekatan yang berlangsung sekarang. Hasil akhir dari pendekatan itu adalah wilayah semenanjung yang bebas dari senjata nuklir. Meski demikian, apa yang terjadi di Panmunjom harus tetap diapresiasi karena bisa menjadi awal terwujudnya zona bebas nuklir di Semenanjung Korea.
Di sisi lain, Seoul juga paham bahwa dialog dengan Pyongyang tidak boleh sampai membuat ”retak” hubungan Korsel dengan Amerika Serikat. Maka, sehari sesudah dialog di Panmunjom, Presiden Korsel Moon Jae-in memuji Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang dinilainya berkontribusi bagi terselenggaranya pertemuan Korsel-Korut. Dalam perkembangan terbaru hubungan Seoul-Pyongyang, Moon tampak tidak ingin Korsel terkesan ”meninggalkan” AS, yang merupakan sekutunya.
Sampai sekarang, sikap Washington masih sama, yakni bersedia berunding dengan Pyongyang asalkan agenda pembahasan dalam pertemuan mereka adalah pelucutan senjata nuklir Korut. Belum ada sinyal apa pun hingga saat ini dari Pemimpin Korut Kim Jong Un bahwa dirinya mau memulai negosiasi pelucutan senjata nuklir meski sanksi berat sudah diterapkan atas negaranya. Kenyataan ini tetap tak boleh menghalangi inisiatif pendekatan yang dilakukan Korsel.
Pertemuan di Panmunjom dan pembukaan komunikasi militer antara Korsel dan Korut adalah langkah yang sangat awal. Rasanya masih diperlukan tahap-tahap lain sebelum Korut mau membahas pelucutan senjata nuklir. Kita hanya bisa menunggu apakah di ujung nanti Pyongyang bersedia mengakhiri pengembangan senjata.