Kecemasan terhadap Nuklir di Hawaii
Masuk akal jika penduduk Hawaii dilanda ketakutan, Sabtu pagi lalu, setelah muncul alarm memperingatkan adanya serangan rudal balistik.
Memang, kurang dari satu jam kemudian muncul koreksi. Namun, ketakutan telanjur muncul. Bisa dipahami jika warga Hawaii, termasuk para turisnya, dilanda kecemasan karena peringatan yang muncul serius: ”Ancaman rudal balistik tengah menuju Hawaii. Segera cari perlindungan. Ini bukan latihan.” Warga paham, banyak di antara mereka tak mungkin menyelamatkan diri karena—seperti dilaporkan CNN—hanya ada waktu 15 menit untuk mencari perlindungan.
Setelah disebutkan bahwa itu satu kekeliruan, warga lega. Namun, tidak sedikit yang menilai ini soal sangat serius. Muncul pertanyaan, mengapa AS yang sudah lepas dari Perang Dingin kini dihadapkan lagi pada ancaman serangan nuklir?
Bayangan serangan rudal nuklir ke wilayah AS kembali hidup setelah Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menyatakan negaranya kini sudah punya rudal nuklir yang bisa menjangkau wilayah AS. Kim menegaskan, dirinya kini sudah punya tombol penyerangan nuklir yang siap di mejanya.
Presiden AS Donald Trump tidak keliru ketika merespons pernyataan itu dengan menyebut bahwa ia juga punya tombol serupa untuk kekuatan nuklir yang lebih besar dan lebih dahsyat. Namun, berbalas ancaman seperti itu oleh sejumlah kalangan dinilai keliru karena bisa menambah ketegangan.
Persenjataan nuklir yang digolongkan sebagai senjata pemusnah massal adalah jenis senjata yang sangat mengerikan. Meski dalam sejarah senjata jenis ini baru digunakan untuk pengeboman Hiroshima dan Nagasaki pada Perang Dunia II, dunia sudah sadar akan efeknya yang sangat menghancurkan.
Meski penyebarannya tidak meluas seperti dikhawatirkan sebelumnya, karena sejauh ini hanya ada sembilan negara yang diketahui memiliki senjata nuklir, dunia layak khawatir. Perang meletus bukan hanya karena keputusan politik, melainkan bisa terjadi karena kecelakaan atau kesalahan teknis. Inilah yang amat dikhawatirkan jika hal seperti itu terjadi di antara kekuatan nuklir.
Elite nuklir, khususnya AS, sangat keras mengawasi upaya penyebarluasan nuklir, seperti kita saksikan sikapnya terhadap Korut, Iran, dan juga terhadap India dan Pakistan. Akan tetapi, negara adidaya ini diam menutup mata terhadap Israel.
Selain itu, seperti kita baca di harian ini Senin (15/1), ada upaya AS untuk pemutakhiran doktrin dan elemen kunci sistem pertahanan nuklir ini. Semua itu tentu menjadi sorotan dunia. Ibaratnya, kami ditekan-tekan, sementara Anda leluasa memilih kebijakan dan melakukan pemutakhiran.
Memang, dibandingkan dengan era puncak Perang Dingin tahun 1980-an, jumlah hulu ledak nuklir dunia sudah menurun. Namun, tinggal berapa pun jumlahnya, senjata tersebut terus membelenggu dunia. Negara seperti Korut mengikuti jejak elite nuklir karena meyakini kelangsungan hidupnya ada pada senjata pemusnah massal ini. Dan, kejadian alarm salah di Hawaii kembali mengingatkan dunia akan bahaya perang nuklir.