Untuk menghentikan kasus penembakan massal di sekolah di Amerika Serikat, Presiden Donald Trump mengusulkan mempersenjatai guru-guru sekolah.
Jika mengikuti pola pikir Trump yang ucapan serta kebijakannya menimbulkan ketegangan dan situasi yang makin panas di berbagai kawasan di dunia, gagasan itu menjadi ”bisa dipahami”. Prioritas Trump adalah bagaimana ia dapat memuaskan keinginan pendukungnya yang telah membawanya ke kursi nomor satu di AS.
Salah satu pihak yang memiliki lobi sangat kuat dengan Gedung Putih dan kubu Republik di Kongres adalah National Rifle Association (NRA). NRA memiliki dana berlimpah untuk melindungi kepentingannya dalam urusan persenjataan, termasuk melindungi UU yang mengizinkan warga berusia 18 tahun membeli dan memiliki senjata secara legal.
Inilah yang terjadi pada Nikolas Cruz (19), penembak yang menewaskan 17 orang di Sekolah Menengah Marjory Stoneman Douglas, di Parkland, Florida. Cruz yang merupakan murid bermasalah di sekolah itu sudah memiliki senjata api sejak ia berusia 18 tahun.
Jika dirunut ke belakang, sebagian besar pelaku penembakan massal di sekolah AS adalah remaja atau dewasa muda yang memiliki senjata secara legal. Di antaranya penembakan di Chardon, Ohio (3 orang tewas); Sekolah Dasar Sandy Hook, Connecticut (20 orang tewas); serta Januari 2018 di Marshal County, Connecticut (2 orang tewas dan 16 orang terluka).
Namun, baru kali ini murid dan para guru bereaksi keras dengan turun ke jalan serta menyuarakan keprihatinan mereka. Dengan mengendarai bus, murid dari Parkland ini menempuh ratusan kilometer untuk bertemu dengan para wakil rakyat di Florida dan dilanjutkan dengan menemui Trump di Gedung Putih. Dalam pertemuan yang emosional itu, mereka mengajukan satu pertanyaan yang menusuk: ”Masih berapa banyak korban lagi yang harus tewas untuk menghentikan kegilaan ini?”
Namun, alih-alih mengakui ada yang salah dalam kebijakan kepemilikan senjata api di AS, Trump memilih tutup mata dan mengusulkan gagasan absurd yang disambut dengan sukacita oleh kubu NRA, yaitu mempersenjatai guru.
Kita boleh tercengang, tapi mengingat usulan itu muncul dari presiden yang mengancam akan menekan tombol nuklir ke Korea Utara, yang tak percaya bahwa saat ini telah terjadi pemanasan global, gagasan itu sepertinya terdengar ”normal”.
Maret mendatang, demonstrasi raksasa sudah disiapkan oleh para murid Parkland di Washington DC yang mendapat simpati besar dari sejumlah tokoh ternama di Hollywood, seperti George Clooney, Steven Spielberg, dan Oprah Winfrey. Tuntutan mereka satu: larang penjualan bebas senjata api dan senapan mesin otomatis (high capacity magazines). Gelombang penentangan juga datang dari para ibu, guru, dan mahasiswa yang mengorganisasi diri dalam sebuah gerakan massal yang belum pernah terjadi sebelumnya. Ini sebuah langkah awal yang signifikan dari kubu alas rumput, yang kelak akan menjadi penentu suara untuk kursi di Kongres dan Gedung Putih.