Kemenangan ganda Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon di All England 2018 hanya setitik dari harapan besar prestasi di arena bulu tangkis.
Prestasi ganda putra yang dijuluki ”Minions” itu membuat Indonesia bangga. Kevin/Marcus memenangi laga final All England dengan menekuk ganda Denmark, Mathias Boe/Carsten Mogensen, dua set langsung, 21-18, 21-17.
Namun, untuk kembali berjaya di Piala Thomas dan Uber pada Mei 2018 di Thailand, prestasi Kevin/Marcus hanyalah secercah dari harapan besar untuk membawa pulang piala tersebut. Belum lagi, mereka akan berlaga pada Kejuaraan Dunia dan Asian Games pada Agustus nanti. Di Asian Games, bulu tangkis diharapkan dapat menyumbang minimal satu medali emas.
Dalam waktu singkat, tersisa kurang dari dua bulan, rasanya sulit bagi kita untuk dapat kembali meraih Piala Thomas dan Uber. Apalagi, melihat kelemahan pemain tunggal putra dan putri kita yang tertinggal jauh dari pemain negara lain.
Sebelum All England, PBSI melihat peluang dari sektor ganda campuran. Namun, tiga ganda campuran kita hanya sampai babak perempat final. Bahkan, unggulan pertama ganda campuran pemilik tiga gelar All England (2012-2014), Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, tersingkir di babak kedua, takluk dari lawan latih tandingnya di Cipayung, Hafiz Faizal/Gloria E Widjaja.
Optimisme untuk dapat merebut Piala Thomas dan Uber didasarkan pada hasil Kejuaraan Beregu Asia, Februari lalu. Tim putra menjadi juara dan tim putri masuk semifinal. Namun, optimisme itu kembali menipis menyusul hasil kurang bagus di All England.
Dari tiga pemain tunggal putra di All England, Jonatan Christie dan Tommy Sugiarto menyerah di babak kedua. Jonatan tidak terkalahkan pada Kejuaraan Beregu Asia, tetapi di babak kedua All England ia menyerah dari Son Wan-ho, 21-16, 21-12.
Memang, ada perbedaan aturan servis antara Kejuaraan Beregu Asia dan All England. Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) menerapkan aturan baru batasan tinggi servis 1,15 meter dari permukaan lapangan per 1 Maret 2018. Peraturan ini juga berlaku di turnamen besar, seperti All England, Piala Thomas-Uber, dan Kejuaraan Dunia nantinya.
Ketika tampil di Jerman Terbuka awal Maret, pasangan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, beberapa kali melakukan kesalahan dalam servis. Meski sedikit mengganggu persiapan, para pemain kita sudah dapat melakukan servis cukup bagus di All England.
Peraih emas Olimpiade Barcelona, Susy Susanti, yang sekarang menjadi Ketua Bidang Pembinaan Prestasi PBSI, mengakui banyak pekerjaan rumah menjelang perebutan Piala Thomas dan Uber. Menurut Susy, hanya pasangan Kevin/Gideon yang bermain konsisten di lapangan.
Tak hanya dibutuhkan kerja keras pelatih dan atlet agar kembali muncul optimisme pada Mei depan, tetapi mereka juga menyadari bahwa tampil konsisten di Piala Thomas dan Uber itu menjadi modal kebanggaan kita untuk dapat menatap Asian Games dengan penuh asa.