Portugal Vs Spanyol, ”Perang Iberia” Penentu Juara Grup B
Rivalitas sepanjang enam abad antara Portugal dan Spanyol menemukan momentumnya kembali saat dua kekuatan utama sepak bola Eropa ini bertemu di laga pertama mereka di ajang Piala Dunia 2018, Sabtu dini hari WIB.
Persaingan teritorial dan supremasi ekonomi yang dimulai pada abad ke-15 kini berlangsung di lapangan hijau saat Portugal sekarang bisa membusungkan dada sebagai tim juara Eropa yang bukan lagi sekadar ”kuda hitam” dalam persaingan elite sepak bola dunia.
Spanyol di sisi lain tetap favorit dalam setiap turnamen akbar meski pasukan berjuluk ”Furia Roja” ini hancur lebur di Piala Dunia 2014 Brasil dan Piala Eropa 2016 Perancis.
Sebagai juara dunia 2010 dan back to back juara Eropa 2008 dan 2012, Spanyol kembali menemukan jati diri sebagai tim yang bukan saja memeragakan permainan memesona, melainkan juga mematikan.
Ditangani manajer baru, Julen Lopetegui, Spanyol seolah tersenyum kembali setelah penampilan tanpa elan di dua perhelatan besar setelah mereka merebut tiga gelar utama.
Krisis yang ditinggalkan pelatih Vicente del Bosque seolah tidak berbekas di tangan Lopetegui yang memasukkan sejumlah ”amunisi” muda, seperti Thiago Alcantara, Alvaro Odriozola, dan Marco Asensio, untuk membuat Spanyol terlahir kembali sebagai kekuatan utama dunia.
Lopetegui memang masih menyertakan sejumlah pemain senior yang terakhir berlaga di Perancis 2016, bahkan Brasil 2014. Namun, dengan tambahan bintang-bintang muda yang tampil cemerlang bersama klub-klub mereka di kompetisi elite Eropa, Spanyol menjadi favorit terkuat untuk melaju ke babak 16 besar dari Grup B.
Dengan polesan Lopetegui, Spanyol nyaris tak dapat dibendung siapa pun dalam babak kualifikasi. Mereka tidak terkalahkan dalam 10 laga dan memenangi sembilan di antaranya. Satu-satunya hasil imbang mereka dapatkan saat menghadapi Italia yang kali ini absen di putaran final Piala Dunia.
Sejumlah pemain muda dengan teknik individu kelas dunia juga kini menjadi tulang punggung pasukan Portugal. Dalam kendali pelatih bertangan dingin Fernando Santos, tim berjuluk ”Selecao” ini pun melewati babak kualifikasi nyaris sempurna dengan memenangi sembilan dari 10 laga.
Cristiano Ronaldo dan kawan-kawan juga tidak terkalahkan dalam enam laga persahabatan internasional dan terakhir mereka mengalahkan Aljazair 3-0.
Spanyol setali tiga uang. Penampilan cantik di babak kualifikasi berlanjut di enam laga persahabatan internasional. Gerard Pique dan kawan-kawan tidak terkalahkan dalam enam laga, termasuk menahan favorit Eropa Jerman dan menghancurkan tim kuat Amerika Latin, Argentina, 6-1.
Rivalitas satu abad
Selain persaingan teritorial jajahan dan penguasa ekonomi perdagangan selama berabad-abad, rivalitas dua negara yang terletak bersebelahan di Semenanjung Iberia ini juga membentang hampir satu abad.
Dalam ranah persaingan dua negara di lapangan hijau, rivalitas kedua negara ini sering disebut ”Perang Iberia” atau ”Derbi Iberia” yang bermula pada 18 Desember 1921. Dalam laga resmi kedua negara dalam bentuk persahabatan di Madrid itu, Portugal kalah 1-3.
Sepanjang sejarahnya, kedua negara telah bertemu 36 kali dengan delapan di antaranya laga kompetitif. Spanyol jauh lebih dominan dibandingkan tetangganya di barat tersebut.
Dalam laga kompetitif, kedua tim bertemu di semifinal Piala Eropa 2012. Pada pertemuan kompetitif keenam tersebut, Spanyol masih sangat kental dengan gaya permainan tiki-taka yang mereka lanjutkan sejak menjuarai Eropa empat tahun sebelumnya.
Motor lini tengah Spanyol adalah duet fenomenal Barcelona, Xavi Hernandez dan Andres Iniesta. Xavi sudah pensiun di timnas Spanyol, tetapi Iniesta yang baru saja mengakhiri kariernya di Barcelona masih menjadi andalan Lopetegui untuk menjadi motor penggerak di lini tengah.
Laga ini berlangsung seimbang dan Portugal berhasil mengimbangi permainan cantik Spanyol lewat aksi-aksi individual Ronaldo yang sempat mendapatkan peluang emas tetapi gagal menaklukkan kiper Iker Casillas.
Setelah 90 menit plus perpanjangan waktu, Spanyol menang lewat adu tendangan penalti dan lolos ke final sebelum menjadi juara setelah menghancurkan Italia, 4-0, di laga puncak di Stadion Olimpiade Kiev.
Setelah pertemuan di Kiev, kedua tim tidak pernah bertemu lagi dalam laga kompetitif. Namun, Portugal menjelma menjadi kekuatan utama dunia berkat penampilan mereka di Piala Eropa 2016. Tangan dingin Santos telah membuat tim ini tidak saja tampil utuh, tetapi juga sulit dikalahkan siapa pun meski sisi terlemah mereka tetap di sektor pertahanan.
Posisi bek tengah adalah bagian paling membuat Santos pening. Dia masih mengandalkan pemain veteran Pepe dan belum ada mitra yang benar-benar solid untuk laga seakbar Piala Dunia. Sejauh ini, Santos hanya mempunyai Bruno Alves dan pemain kawakan Jose Fonte yang kini bermain di liga China.
Meski pertahanan masih menyisakan masalah, Santos kini mempunyai opsi serangan yang jauh lebih berkualitas dibandingkan dua tahun lalu saat menjuarai Eropa.
Peanmpilan pemain-pemain, seperti Bernardo Silva, Andre Silva, dan Gelson Martins, meningkat pesat dalam satu tahun terakhir, terutama Bernardo Silva yang sukses menjuarai Inggris bersama Manchester City. Bernardo Silva mampu menjadi alternatif serangan yang mematikan dari sisi sayap kiri.
Jimat Portugal masih berada di sosok Cristiano Ronaldo, yang pada usia 33 tahun saat ini, masih prima. Pemain bernomor punggung 7 ini juga punya ambisi besar melengkapi rentetan gelar, baik individu, bersama klub, maupun berkostum Portugal.
Musim lalu, pemain berteknik tinggi ini membawa Real Madrid juara Liga Champions untuk ketiga kali secara beruntun. Meski di La Liga, El Real kalah bersaing dengan Barcelona, CR7 tetap tampil gemilang dengan mencetak 26 gol dalam 27 penampilan, sementara di Liga Champions dia melesakkan 15 gol dalam 13 penampilan.
Sebagai tim, Portugal sangat solid meski mendapat kritik pedas dalam cara bermain yang dinilai banyak pengamat sebagai ”kurang bertenaga”. Santos tidak membantah, tetapi dia menekankan, di Rusia berharap timnya mampu mengeluarkan kemampuan terbaik seperti di Euro 2016.
Tulang punggung yang menua
Jika Portugal masih mengandalkan Ronaldo dan Pepe, dua pemain paling senior, demikian pula Spanyol meski Lopetegui lebih berani memainkan bintang-bintang muda.
Sebanyak tujuh pemain eks Euro 2016 masih menjadi tulang punggung Furia Roja dan uniknya mereka tetap mampu menjadi skuad paling andal di kualifikasi grup Eropa.
Mereka adalah kiper David de Gea, duet bek tengah Sergio Ramos dan Pique, bek sayap Jordi Alba, gelandang jangkar Sergio Busquet, playmaker Andres Iniesta, dan gelandang kreatif David Silva.
Di tangan Lopetegui, gaya bermain Spanyol nyaris tidak berubah sejak mereka menjuarai Eropa 2008. Passing game dan dominasi penguasaan bola tetap menjadi andalan berkat keterampilan individu para pemainnya yang memang di atas rata-rata pemain Eropa lainnya.
Lini tengah Spanyol diisi oleh sejumlah pemain dengan naluri umpan-umpan bola yang sangat akurat serta pergerakan tanpa bola yang sulit dideteksi lawan.
Pemain seperti Silva, Isco, atau Iniesta bisa membuat lawan ibarat menjaga angin sebab mereka bergerak begitu gesit dan cepat, dengan atau tanpa bola.
Hanya di lini depan Lopetegui harus menyelesaikan masalahnya sebelum menjalani laga pertama melewan Portugal, siapa yang akan mendampingi Diego Costa, Iago Aspas atau Rodrigo?
Di luar semua statistik dan formasi yang akan diturunkan, baik oleh Fernando Santos maupun Lopetegui, laga dua tetangga di Semenanjung Iberia ini akan menjadi penentu siapa juara Grup B.
Portugal dan Spanyol memang diunggulkan lolos ke babak 16 besar mengingat kekuatan dua negara lain penghuni grup, Maroko dan Iran, rata-rata masih di bawah dua raksasa Eropa tersebut.
Baik Portugal maupun Spanyol sangat berkepentingan menjadi juara grup untuk menghindari bertemu juara Grup A di babak 16 besar yang kemungkinan akan diraih oleh raksasa Amerika Latin, Uruguay.