Gencatan senjata selama tiga hari antara Pemerintah Afghanistan dan Taliban dicederai oleh serangan bom oleh NIIS yang menewaskan sedikitnya 36 orang.
Awalnya, Presiden Afghanistan Ashraf Ghani sepakat dengan Taliban untuk melakukan gencatan senjata selama tiga hari dimulai saat Idul Fitri, Jumat (15/6/2018), dan berakhir Senin (18/6/2018). Kesepakatan itu disambut baik oleh sebagian besar rakyat Afghanistan, ditandai ketika para pejuang Taliban dengan pakaian khas bergembira memasuki kota Kabul.
Pejuang Taliban itu membawa bendera, tetapi tidak membawa senjata. Mereka menaruh senjata di perbatasan kota dan berswafoto hingga menyebabkan kemacetan di jalanan. Bahkan, ada sekitar 80 warga Afghanistan yang rela berjalan sejauh 600 kilometer untuk merayakan gencatan senjata itu.
Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS), yang tidak ikut ambil bagian dalam kesepakatan itu, melakukan serangan bom Sabtu (16/62018) saat anggota Taliban dan warga Kabul berpesta. Serangan bom di provinsi Nangarhar, dekat Jalalabad, ini membuat sedikitnya 36 korban meninggal dan 65 orang terluka.
Warga sipil, anggota Taliban, dan tentara Afghanistan ikut tewas ketika mereka berbaur bersama dengan cara yang belum pernah terjadi. Minggu kemarin terjadi lagi serangan bom yang menyebabkan 10 orang meninggal.
Sebuah video menunjukkan kerumunan orang yang berteriak dan bersiul ketika menyambut Taliban. Di beberapa distrik di kota timur Jalalabad, warga menawarkan buah kering, permen, ataupun es krim kepada militan Taliban. Wartawan Reuters di Jalalabad melihat lebih dari selusin gerilyawan Taliban menikmati makanan mereka dan ikut bermain dengan anak-anak warga setempat.
Melihat warga bersukacita, Presiden Ghani menyampaikan terima kasih kepada Taliban. ”Saya berusia 40 tahun dan tahun ini adalah Idul Fitri terbaik yang pernah saya alami dalam hidup saya. Saya melihat seorang anggota Taliban berbaur bersama warga biasa,” ujar seorang warga Kandahar.
Sebaliknya, Baz Muhammad (26), seorang komandan Taliban cabang Haqqani, menyatakan, ”Kami disambut hangat oleh semua orang. Saya merasakan untuk kali pertama dalam delapan tahun hidup saya sebagai jihadis, saya setidaknya merasa aman.”
Melihat antusiasme warga, dengan kejadian bom itu, wajar Presiden Ghani meminta perpanjangan waktu gencatan senjata selama sembilan hari lagi. Meski masih harus menunggu jawaban resmi Taliban, apa yang diusulkan Ghani dapat kita pahami.
Pemerintah Indonesia sempat mengupayakan perdamaian di antara mereka yang berkonflik di Afghanistan. Kita tahu, upaya itu tidak mudah, tetapi apa yang dilakukan pemerintah paling tidak ikut mendorong kelompok Taliban, yang awalnya menentang upaya damai oleh Indonesia, untuk duduk bersama dan berdamai dengan Pemerintah Afghanistan. Tidak ada jalan lain untuk dapat meningkatkan kesejahteraan warga, kecuali keamanan dan kedamaian menjadi salah satu syarat.