Ganda Campuran
Kalau saya bertanya pada hari Minggu ini, apakah Anda munafik? Maksud saya, apakah Anda ”berkepribadian ganda campuran”. Maksudnya begini. Anda berteriak tentang kebaikan, tetapi pada waktu yang berbeda Anda juga maling. Apakah Anda demikian?
Dua dunia
Maaf, saya tak bermaksud membuat hari Minggu Anda menjadi begitu menjengkelkan dengan pertanyaan di atas. Dan sama sekali tak bermaksud menyindir. Sama sekali tidak. Beberapa hari lalu, sebelum tenggat waktu menyetor tulisan ini, saya membaca di sebuah akun media sosial pernyataan seseorang yang membuat saya kesetrum dan kemudian saya terinspirasi menanyakannya kepada Anda dan membuat tulisan ini.
Pernyataannya begini. ”Semakin nampak saleh seorang pejabat, semakin besar kena OTT (operasi tangkap tangan) KPK. Semakin besar korupsinya, semakin berpenampilan saleh di depan kamera.” Membaca itu, saya seperti dilempar kotoran langsung di wajah saya. Karena pada dasarnya saya itu ya seperti itu, hanya saja saya ini bukan pejabat dan saya belum pernah kena operasi tangkap tangan. Yang pernah saya alami adalah ditangkap oleh tangan pasangan orang lain.
Saya yakin Anda tahu tulisan saya ini bertahun lamanya. Ada yang mengatakan sudah membosankan karena enggak ada geregetnya lagi. Artinya, tulisan saya sudah lebih tumpul dari sebelumnya. Tetapi, dalam kehidupan sehari-hari, yang tumpul hanya tulisan saja. Mulutnya belum tumpul-tumpul juga. Berkurang sudah, tumpul masih jauh.
Saya ini rajin berdoa, jarang sekali absen. Membaca Alkitab pun setiap pagi, begitu selesai berdoa pada subuh hari. Setiap hari saya berterima kasih atas penyelenggaraan hidup selama 24 jam. Bahkan, dalam media sosial, tak jarang saya mengunggah foto dengan menuliskan kalimat macam ”terima kasih Tuhan untuk segala yang Kau berikan”. Pokoknya kalimat yang membuat orang lain memiliki bayangan saya ini orang saleh.
Tetapi, setelah saya tersindir dengan pernyataan di akun media sosial di atas, saya jadi berpikir. Sejatinya saya ini berdoa untuk apa, sih? Saya ini minta maaf untuk apa? Saya ini berterima kasih untuk apa? Apakah untuk hari yang sejahtera karena saya tidak celaka, atau karena saya tidak ditimpa kemalangan? Atau saya ini sejujurnya mengucap terima kasih untuk sebuah pertandingan hidup yang tidak baik tanpa rasa bersalah dan tanpa rasa malu?
Serigala, domba, ular, merpati
Selama kira-kira 10 jam masa kerja setiap harinya, tak jarang saya bekerja dengan mulut yang seperti belati. Kalau mulutnya tak berteriak, hatinya yang mengumpat. Dulu, saya mampu membuat agenda yang palsu untuk melakukan presentasi dengan klien, tetapi pada kenyataannya saya makan siang dengan pasangan orang lain yang kebetulan menjadi klien saya.
Pada masa jam kerja itu saya dapat menjadi orang saleh, saya bercerita tentang kebaikan Tuhan pada orang yang saya jumpai hari itu, tentang kesederhanaan hidup yang membuat orang lain menggelengkan kepala terkagum, meski pada kenyataannya saya jauh dari apa yang saya ceritakan. Saya tak pernah menceritakan kalau saya ini juga seorang maling.
Kalau dimisalkan, saya ini seperti serigala berbulu domba atau seperti merpati dan ular yang mampu mematok mangsa dengan kelembutan seekor merpati. Bulu domba dan kelembutan merpati itu saya pakai bak seragam suster di rumah sakit untuk menutupi keserigalaan dan keularan saya. Seragam yang menyamankan dan mengamankan setiap hari perjalanan hidup, dan dengan seragam itu saya menghadap Yang Maha Kuasa untuk berterima kasih.
Sekarang saya tahu tujuan saya berterima kasih. Saya berterima kasih dapat hidup di dua dunia. Saya berterima kasih karena bisa menggandakan kepribadian, saya berterima kasih dapat berperan menjadi serigala, domba, ular, dan merpati dengan sempurna.
Seragam itu dengan sukses membuat saya mampu menyodorkan kebenaran yang lahir dari sebuah ketidakbenaran. Dengan seragam itu saya datang ke rumah ibadah, kadang saya menangis dan mulai meminta pengampunan. Tetapi tangisan itu hanya berlangsung sekian jam saat berada di rumah ibadah.
Dengan seragam itu saya dengan bangga menyumbang dana dari hasil mencuri atau dari uang yang saya dapatkan karena menjadi simpanan, meski diberikan pada saat saya sedang berulang tahun. Jadi saya tak merasa bersalah karena kado ulang tahun bisa datang dalam bentuk apa pun, bukan?
Dan ketidakbenaran itu lama-kelamaan terasa menjadi sesuatu yang sungguh-sungguh mulia. Dan seperti Anda dan saya ketahui, katanya merpati tak pernah ingkar janji, bukan? Maka setiap hari saya tak pernah ingkar janji untuk terlihat saleh, tetapi dalam waktu bersamaan, saya tak pernah ingkar janji untuk menjadi serigala dan atau ular yang penuh bisa.
Nah, kalau artikel ini dibuka dengan sebuah pertanyaan, maka saya mau menutupnya dengan sebuah pertanyaan. Apakah Anda munafik seperti saya? Apakah Anda berkepribadian ganda campuran?
Sekali lagi saya katakan, saya tak bermaksud menyinggung dan membuat hari libur Anda terusik. Sungguh. Saya hanya bertanya. Dan saya sangat menghormati kalaupun Anda tak menjawab, atau hanya menjawab di dalam hati.