logo Kompas.id
OpiniDemokrasi dan Zona Kebencian
Iklan

Demokrasi dan Zona Kebencian

Oleh
Max Regus
· 3 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/t83ehFFPnJ1RAKrHV-JxOa8w1oM=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2018%2F04%2Fkompas_tark_26883938_0_2.jpeg
KOMPAS/WISNU WIDIANTORO

Presiden Joko Widodo dan Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya Prabowo Subianto (kanan) menyempatkan diri untuk berkuda bersama disela-sela pertemuan mereka di Padepokan Garuda Yaksa Bojong Koneng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (31/10/2016). Selain sebagai bentuk silaturahmi, pertemuan itu juga untuk mendiskusikan berbagai permasalahan di Indonesia.

Publik Indonesia akan segera tahu kontestan Pilpres 2019. Sebelum sampai di situ, kita harus terus ingat bagaimana Pilpres 2014 mengobrak-abrik konstelasi politik sekaligus meremukkan hubungan sosial. Secara drastis, pertarungan politik empat tahun silam memunculkan garis permusuhan sosial. Kategorisasi sosial, yang merujuk pada pengelompokan pendukung dua gerbong besar kekuatan politik, membentuk zona-zona kebencian. Tragisnya, kita justru menghadapi Pilpres 2019 dengan asumsi pesimistik akan demokrasi di semua level.

Freedom House memperlihatkan pergeseran signifikan kualitas kebebasan sipil dan demokrasi di seluruh dunia. Ada suatu masa di mana jumlah negara yang tergolong bebas (free) meningkat pada periode 1970-an hingga awal 2000-an. Pasca-Perang Dingin, banyak negara Amerika Latin beralih dari pemerintahan militer ke demokrasi. Sebagian besar negara Eropa Timur juga mengikuti arus ini.

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000