logo Kompas.id
OpiniGamelan Pulang Kampung
Iklan

Gamelan Pulang Kampung

Oleh
Aris Setiawan
· 4 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/bGU_0Ib7AR55d0PI5njmmQ0lAAY=/1024x683/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2018%2F07%2F20180719luk-DiasporaChicago.jpg
DOKUMENTASI INDONESIAN DIASPORA NETWORK-UNITED

Pagelaran Gamelan oleh Chicago Balinese Gamelan dalam rangka Proklamasi hari “Diaspora Indonesia di Illinois”, Sabtu (7/7/2018), di Chicago, Amerika Serikat.

Tahun 1889, untuk memperingati 100 tahun Revolusi Perancis digelar pameran bertajuk I’Exposition Universelle di Paris. Di pameran tersebut terdapat paviliun Belanda yang memamerkan kebudayaan negeri jajahannya (kolonialisme) bernama Le Village Javanias (Desa Jawa). Dalam keramaian pengunjung, gamelan Sari Oneng dari Desa Parakan Salak, Sukabumi, Jawa Barat, ditabuh untuk mengiringi empat penari jelita dari Keraton Mangkunegaran Solo.

Bagaimana mungkin gamelan Sunda digunakan untuk mengiringi tari Jawa? Begitulah kenyataannya. Suara gamelan ternyata menarik minat Claude Debussy (1862-1918), komponis dunia paling berpengaruh kala itu, untuk berlama-lama mendengarkannya. Sesudah peristiwa itu, lahirlah karya berjudul ”Pagodes” (1903), komposisi piano, yang entah mengapa terasa aneh, nyentrik, unik, dan janggal. Dalam komposisi itu, alur melodi yang digunakan seolah tak pernah mencapai kata klimaks, berputar seperti siklus yang tak pernah usai. Ternyata Debussy bermain- main di wilayah lima nada, sama seperti konsep pentatonik dalam gamelan.

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000