Manusia adalah makhluk paling ”unik”. Tanpa keraguan, ia terus mengembangkan senjata yang bisa menghancurkan satu-satunya planet tempat dirinya tinggal.
Salah satu keunggulan manusia dibandingkan hewan tak lain kemampuannya untuk membuat perkakas. Meski pada sejumlah riset terindikasi bahwa kelompok kera besar juga mampu membuat peralatan sederhana, manusia tetap yang paling unggul.
Dari sekian banyak perkakas yang dibuatnya, salah satu yang terpenting tetaplah senjata. Dengan senjata yang sederhana, manusia purba dulu memburu hewan-hewan besar. Seiring perjalanan waktu, senjata yang juga digunakan untuk berperang melawan sesama manusia itu semakin canggih.
Ratusan tahun silam, dengan senjata api dan bubuk mesiu, manusia dari Eropa mampu menjajah separuh belahan bumi yang lain. Seperti disebutkan oleh Jared Diamond dalam buku Guns, Germs, and Steel, kemajuan teknologi senapan yang dimiliki bangsa-bangsa Eropa memungkinkan kolonialisasi terjadi.
Pada 6 dan 9 Agustus 1945, dunia menyaksikan pencapaian terbaru dari kemampuan manusia membuat senjata. Bom atom dijatuhkan oleh militer Amerika Serikat di dua kota industri di Jepang, yakni Hiroshima dan Nagasaki. Ratusan ribu manusia meninggal akibat ledakan bom tersebut. Kobaran api yang sangat besar serta efek radiasi membuat jumlah korban bom nuklir jauh lebih banyak ketimbang senjata konvensional.
Persaingan pembuatan senjata nuklir mencapai puncaknya pada saat Perang Dingin antara Blok Barat yang dipimpin Amerika Serikat dan Blok Timur yang mendapat sokongan dari Uni Soviet. Setelah berakhirnya persaingan Blok Barat dengan Blok Timur, jumlah itu berkurang. Seperti dikutip harian ini, data Federasi Ilmuwan Amerika (FAS) menunjukkan jumlah senjata nuklir di dunia berkurang signifikan sejak Perang Dingin. Dari sekitar 70.300 unit pada 1986 (puncak persaingan), senjata nuklir di dunia diperkirakan berjumlah 14.485 pada awal 2018.
Adapun Lembaga Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm (SIPRI) mencatat, sekarang total senjata nuklir yang dimiliki sembilan negara—AS, Rusia, Inggris, Perancis, China, India, Pakistan, Israel, dan Korut—14.465 unit di awal 2018, berkurang dari 14.935 senjata nuklir pada awal tahun lalu.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh komunitas internasional untuk terus mengurangi jumlah senjata nuklir. Perjanjian untuk menolak penyebarluasan senjata nuklir dibuat dan disepakati. Namun, ancaman senjata nuklir tetap tidak hilang. Negara pemilik senjata nuklir enggan melucutinya. Kepemilikan senjata nuklir diyakini memberi poin khusus dalam diplomasi dan negosiasi kepentingan antarnegara. Meski jumlahnya berkurang, senjata nuklir seiring perkembangan zaman semakin canggih.
Dalam peringatan pengeboman atas Hiroshima, Wali Kota Kazumi Matsui mengingatkan, ancaman perang nuklir belakangan menguat seiring kebangkitan nasionalisme di sejumlah negara dan upaya memodernisasi senjata itu. Karena itu, upaya penghapusannya harus terus dilakukan, dan kita semua tidak boleh menyerah mewujudkan dunia tanpa senjata nuklir.