Anak laki-laki saya yang berumur 7 tahun, kelas dua sekolah dasar, baru saja terserang penyakit campak. Di kelasnya ada tiga orang yang juga menderita campak. Setelah istirahat di rumah sekitar 7 hari, sekarang dia sudah baik. Saya sewaktu kecil pernah juga tertular penyakit campak. Waktu itu penyakit campak sering mengenai anak-anak dan dianggap merupakan penyakit yang biasa saja. Demam tinggi, ruam seluruh badan, kemudian biasanya sembuh. Dulu, penderita, selain perlu istirahat, juga harus minum banyak, bahkan ibu saya menyuruh saya minum air kelapa.
Anak saya semula juga menunjukkan gejala yang biasa, demam tinggi, mata merah, serta timbul ruam di seluruh tubuh. Namun, yang agak mengkhawatirkan saya adalah timbul batuk-batuk yang cukup keras sehingga saya membawanya ke dokter. Menurut dokter, anak saya memang menderita penyakit campak, tetapi disertai komplikasi pneumonia. Anak saya masih boleh berobat jalan, tetapi perlu dikontrol secara ketat agar dokter dapat memantau apakah pneumonianya membaik atau menjadi lebih parah. Untunglah, antibiotik yang dipilih dokter untuk anak saya bekerja baik sehingga pneumonianya dinyatakan sembuh.
Setelah anak saya membaik, dokter menjelaskan sedikit mengenai penyakit campak. Di luar dugaan saya, ternyata penyakit campak dapat berbahaya, bahkan dapat menimbulkan kematian atau komplikasi berat. Seingat saya, anak saya yang pertama ini belum mendapat imunisasi campak, sedangkan adiknya sudah diimunisasi campak ketika berumur 9 bulan. Sebagai ibu, saya merasa lalai juga tak melengkapi imunisasi anak saya.
Apakah ada perubahan mengenai penyakit campak? Apakah penyakit campak yang sekarang lebih ganas sehingga dapat menimbulkan komplikasi penyakit yang berbahaya? Bagaimana menghindari penyakit campak? Saya membaca berita tentang rencana pemerintah mengadakan imunisasi campak dan rubela, apakah rencana imunisasi ini disebabkan penyakit campak semakin ganas? Mohon penjelasan Dokter.
J di S
Penyakit campak sudah lama dikenal masyarakat kita. Penyakit ini disebabkan virus. Penyakit campak sering menyerang anak-anak, ditularkan lewat udara melalui butiran ludah pada waktu batuk dan bersin. Pada umumnya, setelah mengalami demam dan ruam kulit, kadang disertai pembengkakan kelenjar limfe, pasien akan sembuh. Namun, sebagian penderita dapat mengalami komplikasi yang berbahaya, seperti pneumonia dan radang otak (ensefalitis).
Anak yang tak mendapat imunisasi campak berisiko tertular campak. Lebih dari 95 persen kematian akibat campak terjadi di negara yang dengan pendapatan penduduk rendah serta layanan kesehatan kurang baik. Gejala penyakit campak biasanya berat pada anak-anak yang mengalami kurang gizi serta defisiensi vitamin A. Ibu hamil yang terkena campak juga berisiko mengalami komplikasi dan dapat mengalami keguguran atau melahirkan bayi dengan berat badan rendah.
Bagaimana gambaran penyakit campak di dunia? Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebenarnya penyakit campak sebelum adanya imunisasi setiap tahun menimbulkan kematian pada sekitar 2,6 juta orang. Vaksin campak mulai digunakan sejak tahun 1963 dan dapat menekan angka kejadian dan kematian akibat campak. Manfaat imunisasi campak selama tahun 2000 sampai 2016 ternyata dapat menurunkan angka kematian sekitar 84 persen. Ini berarti imunisasi campak dapat mencegah kematian 20,4 juta orang. Karena itu, vaksin campak dianggap salah satu vaksin yang amat bermanfaat dalam mencegah kematian akibat campak. Vaksin ini juga aman dan harganya terjangkau.
Di Indonesia, menurut survei kesehatan rumah tangga (SKRT), penyakit campak menduduki posisi ke-5 sebagai penyakit utama pada bayi dan anak. Untuk itulah, pemerintah telah memasukkan vaksin campak dalam program imunisasi nasional sehingga semua anak Indonesia mendapatkan kesempatan untuk memperoleh imunisasi campak.
Berkat imunisasi campak, di seluruh dunia kematian akibat campak menurun tajam. Meski demikian, tahun 2016 masih terdapat kematian sekitar 89.000 orang. WHO mencanangkan pada tahun 2020 penyakit campak sudah dapat dieliminasi. Untuk itu, semua negara diharapkan dapat menjalankan imunisasi campak dengan cakupan yang tinggi. Menurut pantauan WHO, pada tahun 2016 sekitar 85 persen anak yang berumur 1 tahun sudah mendapat imunisasi campak.
Guna mempercepat eliminasi penyakit campak dan mengendalikan penyakit rubela (campak jerman), pemerintah kita telah mengadakan imunisasi massal (catch up campaign) tahun 2017 pada anak usia 9 bulan sampai 15 tahun. Jumlah bayi dan anak yang perlu disuntik vaksin MR (morbili rubela) di seluruh Indonesia diperkirakan 70 juta orang. Penyuntikan di Pulau Jawa telah selesai dilakukan dan akan dilanjutkan dengan imunisasi bayi dan anak di luar Pulau Jawa dalam waktu dekat ini. Sebenarnya negara kita terlambat mengadakan imunisasi MR dibandingkan negara lain di kawasan Asia. India, negara yang penduduknya sekitar 1 miliar jiwa, telah menyelesaikan imunisasi MR ini pada sekitar 300 juta orang.
Kita telah pernah membahas mengenai penyakit rubela di ruang ini. Virus rubela jika menyerang ibu yang sedang hamil muda dapat menyebabkan kecacatan atau kematian pada janin yang dikandung. Sindrom rubela kongenital berupa gangguan penglihatan, pendengaran, gangguan neurologi, bahkan juga gangguan jantung dapat timbul pada bayi yang lahir dari ibu yang menderita rubela.
Di Amerika Serikat, sebelum ada vaksin rubela, ribuan anak mengalami sindrom rubela kongenital ini. Namun, setelah pemerintah melaksanakan imunisasi rubela, sindrom rubela kongenital sudah hampir tak ditemukan. Kita dapat membayangkan kesulitan yang dihadapi orangtua dalam mengasuh anak yang mengalami sindrom rubela kongenital ini. Sudah tentu kita ingin anak-anak Indonesia sehat dan Pemerintah Indonesia bersama pemerintah lain di seluruh dunia mendukung inisiatif WHO untuk mengendalikan rubela di samping mengeliminasi campak.
Jadi, imunisasi rutin campak melalui program imunisasi nasional serta imunisasi massal MR yang diadakan tahun 2017 dan tahun ini merupakan upaya Indonesia mengeliminasi campak dan mengendalikan rubela pada tahun 2020. Perjalanan penyakit campak dulu dan sekarang sama saja. Seperti yang sudah disebutkan, penyakit ini akan menjadi berat disertai komplikasi apabila menyerang anak-anak yang kurang gizi, terutama juga yang defisiensi vitamin A. Itulah sebabnya di samping upaya imunisasi, gizi anak harus diperhatikan serta anak perlu mendapat tambahan vitamin A yang diberikan di puskesmas dan layanan kesehatan lain.
Kita bersyukur imunisasi MR di Pulau Jawa telah selesai, sekarang akan dilanjutkan dengan imunisasi MR di luar Jawa. Dukungan masyarakat dan tokoh-tokoh agama merupakan faktor penting dalam keberhasilan imunisasi MR di negeri kita. Kita telah berpengalaman dalam imunisasi nasional polio yang cakupannya tinggi. Kita bangga telah berhasil menekan penyakit polio sehingga tidak ada lagi kasus polio baru di Indonesia dalam 8 tahun terakhir. Mudah-mudahan kita pun berhasil menekan penyakit campak.
Anak-anak kita setelah imunisasi campak akan mengalami kekebalan seumur hidup terhadap penyakit campak. Dengan demikian, risiko tertular campak, baik pada waktu anak maupun dewasa, akan menurun.
Semoga anak Anda sudah dapat pulih dan sekolah kembali.