Angin perubahan bagi kesetaraan antara perempuan dan laki-laki terus bertiup di Arab Saudi. Kini perempuan dapat berkarier sebagai kopilot dan awak kabin.
Putra mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman tampak serius membawa Arab Saudi kembali ke ”Islam moderat”. Ia menggagas Visi Arab Saudi 2030 pada tahun 2017.
Visi ini bertujuan membuat negara kerajaan tersebut mampu menjawab suasana zaman menuju negara modern dan terbuka. Di dalam visi itu tercakup juga reformasi di bidang sosial dan ekonomi sebagai antisipasi berakhirnya era minyak.
Arab Saudi yang konservatif, seperti disebut Pangeran Mohammed dalam wawancara dengan media Inggris, Guardian, Oktober 2017, bukanlah Arab Saudi sesungguhnya.
Dia menyebut Revolusi Iran 1979 dan keinginan Iran menularkan revolusi ke negara lain sebagai penyebab Saudi menjadi ultrakonservatif.
Namun, sikap konservatif Arab Saudi menurut sejumlah cendekiawan berawal jauh sebelum itu, yaitu sejak abad ke-18 ketika keluarga Saud yang mendirikan Kerajaan Saudi menjadikan mazhab Wahabi sebagai ajaran resmi negara.
Dalam urusan dengan perempuan, mazhab ini menerapkan aturan perwalian yang mengharuskan perempuan mendapat izin laki-laki anggota keluarga, yaitu ayah, suami, atau saudara laki-laki, untuk berkegiatan di ruang publik.
Perubahan global, termasuk gerakan bersama banyak negara mengurangi penggunaan minyak bumi sebagai sumber energi terkait pemanasan global suhu muka bumi serta mengantisipasi penurunan cadangan minyak bumi, akhirnya memaksa kalangan kerajaan memikirkan sumber ekonomi baru. Untuk itu, reformasi sosial-ekonomi menjadi syarat mutlak.
Perempuan sebagai separuh penduduk negara merupakan sumber daya sosial-ekonomi penting. Kajian Bank Dunia dan kajian ekonomi lain, antara lain di Bangladesh, Brasil, Kanada, Etiopia, dan Inggris, menguatkan bukti mengikutkan perempuan dalam kegiatan ekonomi memberi keuntungan berlipat bagi negara bersangkutan. Tidak hanya menyumbang pada pertumbuhan ekonomi negara, perempuan yang memiliki pendapatan bernilai ekonomi cenderung menggunakan pendapatannya untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga: untuk nutrisi, kesehatan, dan pendidikan, dibandingkan dengan laki-laki.
Masyarakat dengan kesetaraan jender lebih baik, termasuk membolehkan perempuan bekerja di ruang publik, juga cenderung tumbuh lebih cepat dan lebih merata. Banyak bukti memperlihatkan penurunan kemiskinan, keberlanjutan lingkungan, pilihan konsumen, dan pengambilan keputusan dalam berbagai isu menjadi lebih menguntungkan masyarakat.
Masyarakat dunia terus mengamati sampai di mana Pemerintah Arab Saudi akan membawa perubahan sosial, terutama ketika berhadapan dengan para pemuka agama dan anggota keluarga kerajaan yang tidak semua serta-merta setuju dengan perubahan yang terjadi.
Bagi Indonesia, perubahan ini menjadi kesempatan kembali mendesakkan perlindungan lebih baik bagi para perempuan pekerja domestik kita yang banyak bekerja di sana.