Iseng-iseng, mari kita bertanya kepada beberapa teman kita mengenai kebiasaan mereka menonton televisi. Kapan terakhir menonton televisi? Berapa lama menonton televisi dalam sehari? Apa yang ditonton? Jawaban-jawaban ini bisa menjadi sinyal bagi para pemilik televisi agar segera waspada. Disrupsi yang semula menerjang industri media cetak kini sudah mulai menggerus industri televisi.
Laporan keuangan Netflix, media berisi film yang berbayar, pada triwulan ketiga tahun ini yang dikeluarkan pekan ini menunjukkan kenaikan jumlah pengguna sebanyak 7 juta konsumen selama 3 bulan. Angka ini jauh di atas perkiraan. Semula mereka menduga penambahan pengguna sekitar 5 juta orang setelah beberapa waktu lalu sempat jeblok. Tambahan ini menjadikan jumlah pengguna media ini naik menjadi lebih dari 137 juta orang di seluruh dunia. Raihan ini menjadikan harga saham Netflix melonjak 11 persen.
Peralihan penonton televisi ke Netflix sudah lama terjadi. Generasi milenial dan generasi berikutnya lebih familiar dengan Netflix dibandingkan dengan stasiun televisi yang sudah lama menyediakan berbagai jenis konten. Netflix ini hanyalah satu dari sejumlah kanal yang menjadikan orang memilih media baru ini dibandingkan media konvensional yaitu televisi.
Youtube juga menjadi penggerus industri televisi. Di dalam salah satu riset disebutkan apabila generasi Z menonton televisi kurang dari 1 jam, sementara mereka menghabiskan waktu hingga 4 jam menggunakan kanal Youtube untuk mencari hiburan dan sekaligus menggunakan kanal ini untuk mencari bahan-bahan untuk dipelajari. Apabila mereka mengalami kesulitan untuk memahami masalah, mereka lari ke Youtube.
Kembali ke pertanyaan di awal. Beberapa orang, bahkan dari generasi sebelum milenial, mengatakan, mereka sudah jarang menonton televisi. Media ini ditonton paling banter apabila ada berita-berita penting dan siaran langsung. Lebih dari itu, mereka jarang menonton televisi. Waktu menonton juga makin pendek. Pada masa lalu mereka berjam-jam menonton televisi tetapi sekarang hanya sekilas.
Perkecualian untuk televisi yang menyasar ke pasar kelas menengah dan bawah, maka televisi masih banyak ditonton. Mereka masih duduk berlama-lama menonton televisi sebagai sarana hiburan murah meriah. Acara-acaranya pun mulai dari sinetron hingga panggung musik yang mendayu-dayu. Akan tetapi, jangan salah, pengelola televisi pun sudah memahami apabila bisnis mereka harus menggunakan teknologi digital untuk memahami pasar mereka di kelas menengah dan bawah.
Salah satu grup media telah membangun jaringan mahadata (big data) dan mempekerjakan saintis data (data scientist) untuk menangkap fenomena pasar menengah-bawah serta membuat produk yang sesuai dengan keinginan mereka. Tak ayal lagi, ke depan, grup ini akan menggunakan analisis mahadata untuk bisnis-bisnis lainnya. Dengan kata lain, kanal-kanal konvensional mereka dan juga kanal baru mereka akan menjadi ”kendaraan” untuk menjaring data.
Ke depan tantangan makin berat karena kompetitor Netflix mulai bermunculan. Salah satunya yang berasal dari grup besar, seperti Amazon, yang mengembangkan konten berbasis video. Mereka akan berinovasi setiap saat sehingga tak hanya media konvensional yang terancam, tetapi juga media-media baru yang menjadi petahana.
Untuk itulah, semisal Netflix, terus berinvestasi, baik dalam teknologi maupun konten. Mereka melakukan investasi besar-besaran di dalam produksi konten untuk menarik lebih banyak lagi penonton.
Inovasi menjadi jalan satu-satunya. Apabila tidak, pendapatan sejumlah televisi yang turun bakal terus turun dan membahayakan bisnis mereka. Repotnya umur model bisnis tak lagi lama. Semisal Facebook yang muncul pada 2014 mulai terlihat bermasalah secara bisnis.
Mereka mulai melirik ke pasar baru mereka, yaitu Instagram dan WhatsApp, karena kedua media itu lebih cocok untuk generasi pasca-milenial. Oleh karena itu, model dan strategi bisnis berkejaran dengan waktu. Televisi yang menyasar milenial harus segera melakukan reposisi karena format mereka mungkin bakal tertinggal karena generasi baru bakal muncul.