Korea Utara melakukan uji coba senjata ”taktis” modern pekan lalu. Pertanyaannya, apakah uji coba ini mengancam denuklirisasi di Semenanjung Korea?
Seperti ditulis Kompas pada Sabtu (17/11/2018), Korea Utara dilaporkan kembali melakukan uji coba senjata, disaksikan oleh Pemimpin Kim Jong Un. Menurut kantor berita Korea Selatan, Yonhap, yang melansir kabar mengenai uji coba senjata oleh Korut itu, tes berlangsung sukses. Uji coba senjata yang terakhir kali dilakukan Korut adalah tes rudal balistik pada 2017.
Kabar mengenai uji coba senjata taktis modern pada pekan lalu itu muncul di tengah kebuntuan upaya denuklirisasi Semenanjung Korea. Setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump bertemu dengan Kim pada Juni lalu di Singapura, hampir tidak ada kemajuan berarti dalam perwujudan denuklirisasi.
Pertemuan antara Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo dan pejabat senior Korut di New York, misalnya, ditunda. Namun, pertemuan kedua antara Trump dan Kim tetap direncanakan berlangsung tahun depan. Dalam pertemuan ini akan ditekankan hal-hal yang lebih konkret.
Setelah pertemuan Trump dan Kim di Singapura, analisis citra satelit menunjukkan Korut menutup situs uji coba nuklir bawah tanah di Punggye-ri. Korut juga membongkar bagian dari situs peluncuran satelit Sohae di Tongchang-ri. Korut lalu mengundang wartawan untuk menyaksikan peledakan pintu terowongan di Punggye-ri, dan mengatakan negaranya bersedia mengizinkan pemeriksa internasional untuk menyurvei situs tersebut.
Menurut Pyongyang, mereka akan bersedia mengizinkan para pengawas mengunjungi lokasi peluncuran, dan membongkar fasilitas penelitian nuklir Yongbyonnya, asalkan AS mengambil langkah yang tidak disebutkan secara spesifik oleh Korut, tetapi diyakini berupa pengurangan sanksi dan perwujudan perjanjian damai secara formal guna mengakhiri Perang Korea.
Dua hal tersebut, pengurangan sanksi dan perjanjian damai formal, selama ini memang menjadi tuntutan utama Korut.
Namun, AS belum bersedia mewujudkan keinginan Korut karena menilai belum ada langkah spesifik yang bisa diukur dan diawasi secara transparan dalam proses denuklirisasi. Selain itu, AS juga menginginkan daftar fasilitas nuklir dan rudal Korut.
Hal itu disampaikan Washington dalam negosiasi denuklirisasi selama ini. Namun, Korut merasa harus berhati-hati karena khawatir saat semua keinginan AS dipenuhi oleh Pyongyang, imbalan berupa perjanjian damai untuk mengakhiri Perang Korea serta pengurangan sanksi tidak diperolehnya.
Di titik inilah, kebuntuan denuklirisasi terjadi. Bagi kelompok yang pesimistis, uji coba senjata taktis baru yang modern dapat dilihat sebagai sinyal dari Korut, bahwa mereka siap meninggalkan negosiasi denuklirisasi, jika tidak ada kemajuan berarti.
Namun, pengamat lain menyebutkan, uji coba senjata modern baru itu lebih bertujuan meyakinkan militer, bahwa Korut tetap pada jalur peningkatan teknologi persenjataan. Kita menanti perkembangan negosiasi denuklirisasi.