logo Kompas.id
OpiniKebudayaan Indonesia 2045
Iklan

Kebudayaan Indonesia 2045

Oleh
Saifur Rohman
· 4 menit baca

Dalam Temu Akbar Mufakat Budaya Indonesia III di Jakarta (23-25 November 2018), tak kurang dari 200 intelektual di republik ini berkumpul membahas  isu-isu fundamental tentang Indonesia sebagai negara-bangsa. Hasilnya adalah rumusan tentang pentingnya melakukan reaktualisasi nilai-nilai yang telah ditemukan para pendiri bangsa ke dalam tata kehidupan kontemporer.

Sebagai salah satu tim perumus, saya rasa hal itu tentu sangat menyederhanakan. Namun, persoalan yang lebih serius, ketika hasil refleksi tersebut diterjemahkan dalam bentuk kebijakan, strategi, hingga petunjuk praktis hidup kita sehari-hari, dari mana kita harus memulai? Sebagai refleksi yang padat, bagaimana menerjemahkan dalam kehidupan berbangsa masa kini?

Hari ini ada banyak kerisauan tentang masa depan Indonesia 2045 berikut atribut, langkah, dan filosofinya. Namun, keprihatinan itu bukan lagi konstruksi dikotomis antara desa dan kota, tradisi dan modern, Barat dan Timur, gunungan dan bahari, serta kolonial-imperial.  Kita mati- matian melampaui konsep itu untuk menemukan jati diri bangsa yang makin kabur. Untuk membangun kembali jati diri itu dalam konteks nalar yang bisa diterima, perangkat filosofis paling sederhana sebagaimana diajarkan Socrates 2.500 tahun lalu adalah pertanyaan dan jawaban.

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000