Kesepakatan gencatan senjata yang disepakati di Swedia hanya berlangsung dalam hitungan menit sebelum kembali terjadi pertempuran di Hodeidah.
Pertempuran itu meletus pada Selasa (18/12/2018) di kota pelabuhan yang sangat vital bagi masuknya bantuan dari luar untuk korban perang di Yaman. Hodeidah selama ini dikuasai kelompok Houthi, dan dengan gencatan senjata ini, Houthi harus meninggalkan kota strategis itu.
Kedua belah pihak, kelompok Houthi dan pemerintahan Yaman di pengasingan yang dipimpin Presiden Abdurrabuh Mansour Hadi, mencapai gencatan senjata dalam pembicaraan yang disponsori Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Swedia. Hodeidah yang terletak 140 kilometer sebelah barat Sana’a diambil alih oleh Houthi pada akhir 2014. Namun, sejak Juni 2018, pasukan koalisi Arab yang dipimpin Arab Saudi, didukung pasukan loyalis Hadi, terus membombardir kota ini.
Sebagai kota pelabuhan, Hodeidah menjadi tumpuan hidup hampir dua pertiga rakyat Yaman, yang hampir sepenuhnya mengandalkan impor makanan, obat-obatan, dan bahan bakar. Lebih dari 22 juta warga Yaman membutuhkan bantuan, dan delapan juta orang tidak tahu bagaimana mendapatkan makanan untuk hari-hari berikutnya.
Menurut rencana, gencatan senjata akan diikuti dengan penarikan pejuang dari Hodeidah oleh semua pihak, pertukaran sekitar 15.000 tahanan, serta dicapai saling pengertian untuk memfasilitasi pengiriman bantuan ke kota ketiga di Yaman, Taiz, yang berada di bawah kendali loyalis, tetapi dikepung pemberontak. Mereka bahkan sepakat untuk bertemu lagi pada akhir Januari nanti.
PBB dan Amerika Serikat memunculkan ide pembicaraan damai soal Yaman yang disambut pemimpin G-20 saat bertemu di Argentina. Utusan Khusus PBB untuk Yaman, Martin Griffiths, lalu bertemu pemimpin Houthi dan wakil Pemerintah Yaman.
Berdasarkan data PBB tahun 2016, lebih dari 10.000 orang tewas. Save the Children memperkirakan, sejak 2015 sekitar 85.000 anak balita kelaparan hingga meninggal. Konflik di Yaman sangat kompleks karena tak hanya melibatkan Houthi dan kubu Presiden Hadi, tetapi juga ajang perang proksi antara Arab Saudi dan Iran. Sebelumnya, upaya damai pernah dilakukan di Kuwait tahun 2016 dan perundingan di Geneva, Swiss, September 2018.
Banyak pihak memperkirakan gencatan senjata ini tidak akan berumur panjang. ”Kami bangga dengan kesepakatan gencatan senjata, tetapi kami ragu apakah kelompok Houthi akan menaatinya,” ujar Iman Azis, seorang guru di Hodeidah.
Pekan depan, PBB akan mengirim tim pemantau ke Hodeidah. Sekjen PBB Antonio Guterres menegaskan, jika gencatan senjata tidak terlaksana, 14 juta orang yang membutuhkan bantuan pangan terancam kelaparan, tahun 2019.
Kita mendukung upaya damai yang digagas AS dan PBB, apalagi dengan mendahulukan bantuan kemanusiaan yang sangat diperlukan rakyat Yaman. Ke depan, perlu dipikirkan cara melaksanakan gencatan senjata yang lebih efektif.