Reformasi dan Keterbukaan China
China baru saja menggelar China International Import Expo perdana, pameran berskala internasional yang pertama di dunia.
Keberhasilan ini mendapat apresiasi dunia. China International Import Expo (CIIE) diikuti lebih dari 3.600 perusahaan dari 172 negara, mendatangkan setidaknya 400.000 pengunjung dari kalangan importir China ataupun mancanegara. Total transaksi yang dibukukan mencapai 57,8 miliar dollar AS. Produk-produk Indonesia yang dipamerkan, seperti minyak sawit, kopi, kerupuk, dan mi instan, sangat menarik perhatian importir banyak negara. Sebanyak 43 perusahaan Indonesia yang turut acara itu meraup keuntungan memuaskan.
Keberhasilan penyelenggaraan CIIE merupakan salah satu hasil nyata kebijakan reformasi dan pintu terbuka yang telah dilaksanakan terus-menerus di China sejak 40 tahun silam.
Dampak reformasi
Tepat 40 tahun lalu, pada 1978, China atas inisiatif Deng Xiaoping mulai menerapkan kebijakan reformasi dan pintu terbuka. Reformasi dilakukan bertahap, dari desa hingga ke perkotaan, dari titik-titik uji coba hingga penyebarluasan ke semua wilayah, dari reformasi sistem ekonomi hingga menjadi reformasi mendalam dan menyeluruh di berbagai bidang. Sepanjang pelaksanaan reformasi, rakyat China memfokuskan perhatian dan energi pada pembangunan demi kemajuan bangsa dan negara.
Dalam perjalanan historis ini, China, di samping menekankan aspek kemandirian bangsa, juga membuka diri terhadap dunia luar dan bekerja sama dengan negara-negara lain di dunia. Proses reformasi ini juga terus membenahi berbagai kendala sistemis yang menghambat pertumbuhan China, hingga akhirnya China berhasil menemukan strategi pembangunan yang sesuai kondisi nasional China sendiri.
Dalam 40 tahun ini, ekonomi China tumbuh rata-rata 9,5 persen per tahun. Perdagangan internasional China juga tumbuh rata-rata 14,5 persen per tahun. Pertumbuhan ini membawa perubahan drastis bagi kehidupan masyarakat China, dari yang serba berkekurangan hingga menjadi berkecukupan. Jumlah penduduk miskin di China menurut standar kemiskinan PBB terbaru telah turun 700 juta jiwa atau lebih dari 70 persen dari jumlah warga dunia yang telah dientaskan dari kemiskinan. China telah menjadi kekuatan ekonomi terbesar kedua dunia sekaligus negara industri terbesar dan negara dengan kepemilikan cadangan devisa terbesar di dunia. China juga membangun sistem jaminan sosial yang mencakup jumlah penduduk terbesar di dunia sekaligus menjadi negara dengan populasi kelas menengah terbesar dan pertumbuhan kelas menengah yang terpesat di dunia.
Bukan hanya mengubah China sendiri, reformasi China juga berpengaruh bagi seluruh dunia. China telah memberikan kontribusi signifikan dalam mengatasi krisis finansial Asia ataupun krisis finansial dunia. Pertumbuhan China telah menyumbang lebih dari 30 persen pertumbuhan ekonomi dunia. Inisiatif Belt and Road(B&R) yang dicetuskan China telah menjadi kerangka kerja sama internasional terluas di dunia.
Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde, awal November 2018 di Shanghai, menyatakan, China telah membangun sebuah ”jembatan menuju dunia” lewat kebijakan reformasinya. Ia memuji reformasi China telah berjasa mengubah nasib ratusan juta manusia di dalam maupun luar China sekaligus mengubah perekonomian seluruh dunia.
China telah merasakan manfaat luar biasa dari reformasi ini sehingga membulatkan tekad untuk terus melangkah pada jalan reformasi ini. Bertepatan dengan peringatan 40 tahun reformasi, China menggelar pameran akbar CIIE, yang mencerminkan tekad China untuk terus memperluas reformasi dan keterbukaan terhadap dunia luar. Presiden China Xi Jinping dalam sambutannya pada CIIE menyatakan komitmen China untuk senantiasa memperluas keterbukaan, merangsang potensi impor, dan memperlonggar akses pasar.
Selain itu, menciptakan lingkungan bisnis berkelas internasional, mewujudkan ketinggian baru dalam hal keterbukaan terhadap dunia luar, mendorong pengembangan kerja sama multilateral dan bilateral lebih dalam.
Upaya China memperluas reformasi dan keterbukaan ini adalah upaya yang sistematis, komprehensif, dan nyata. Pada 2018 saja, China telah memangkas tarif impor secara drastis terhadap 1.449 produk konsumsi dan 1.585 produk industri. Pada 1 November 2018, China sekali lagi memberlakukan paket pemotongan tarif sehingga secara keseluruhan tingkat cukai di China telah turun menjadi 7,5 persen. Besaran penurunan tarif ini melebihi komitmen yang sebelumnya diberikan China kepada Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
China juga telah menerbitkan daftar negatif baru untuk investasi asing demi mendorong keterbukaan China di bidang industri finansial, otomotif, penerbangan, perkapalan, dan lain-lain. Dalam Doing Business Report terbaru Bank Dunia, peringkat kemudahan berbisnis China naik 32 peringkat dibandingkan sebelumnya. Ini bukti komitmen China untuk terus memperjuangkan reformasi dan keterbukaan.
Reformasi China memang sejalan dengan tuntutan segenap rakyat China akan pertumbuhan, inovasi, dan penghidupan yang lebih baik. Kebijakan reformasi China juga sejalan dengan arus zaman, yaitu tuntutan rakyat dari banyak negara di dunia untuk mewujudkan pertumbuhan, kerja sama, dan perdamaian.
Pada 2019, China akan menyelenggarakan KTT Forum Kerja Sama Internasional Sabuk dan Jalan Ke-2 dan pameran CIIE Ke-2. Dalam 15 tahun ke depan, China menargetkan impor 30 triliun dollar AS untuk produk komoditas dan 10 triliun dollar AS untuk produk jasa. Kami berharap negara-negara di dunia, termasuk Indonesia, senantiasa aktif berpartisipasi dan mendukung kebijakan reformasi dan keterbukaan China demi terciptanya kerja sama saling menguntungkan dan kemajuan bersama di berbagai bidang.
China-Indonesia
Saat ini, China dan Indonesia sedang berada dalam fase perkembangan yang sama dan mengemban tugas pembangunan serupa. Kedua negara sama-sama kekuatan ekonomi emerging yang penting di dunia sekaligus sama-sama anggota G-20 dan APEC. China dan Indonesia punya kepentingan bersama yang luas dalam berbagai isu internasional ataupun regional sehingga keduanya merupakan mitra kerja sama yang alamiah.
Saat menghadiri Pertemuan Informal Pemimpin Ekonomi APEC, November lalu, Presiden Xi Jinping dan Presiden Joko Widodo telah mengadakan pertemuan ketujuh kalinya dan telah mencapai sejumlah kesepakatan penting dalam memajukan hubungan kedua negara. China siap bekerja sama dengan berbagai kalangan di Indonesia dalam mengimplementasikan kesepakatan yang telah dicapai kedua kepala negara, juga memperluas penyelarasan strategi pembangunan nasional kedua negara, serta mendorong kerja sama saling menguntungkan di berbagai bidang demi mewujudkan kesejahteraan bagi kedua negara beserta segenap rakyatnya.
Xiao Qian Duta Besar Republik Rakyat China untuk Republik Indonesia