Perkembangan cukup penting terjadi terkait rencana Amerika Serikat menarik pasukannya dari Suriah. Penarikan akan diberi sejumlah syarat.
Saat Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Desember, menyatakan akan menarik mundur tentara dari Suriah, muncul respons negatif dari sekutunya. Milisi Kurdi di Suriah yang selama ini bahu-membahu dengan militer AS untuk memerangi Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) menyebut penarikan itu sebagai pengkhianatan. Israel juga kecewa. Sebuah harian di negara itu menilai penarikan mundur tentara AS akan memperkuat kehadiran Rusia serta Iran di Suriah. Stasiun televisi di Israel menyebut pula keputusan AS sebagai pukulan terhadap mereka. Sebaliknya, bagi Turki, Rusia, serta Suriah, pengumuman Trump menjadi kabar gembira.
Milisi Kurdi di Suriah, YPG, selama ini diincar Turki. Alasannya, YPG adalah perpanjangan Partai Pekerja Kurdi, organisasi yang dinyatakan sebagai kelompok teror oleh Ankara dan Washington. Mundurnya militer AS dari Suriah jelas mengancam YPG yang selama ini memerangi NIIS.
Bagi Israel, mundurnya AS membuat pengaruh Iran kian besar di Suriah. Teheran memang pendukung utama Presiden Suriah Bashar al-Assad. Pengaruh Iran yang kuat di Suriah akan mengancam Israel. Selama ini, Israel telah berkali-kali melakukan serangan udara di Suriah untuk menghancurkan kekuatan Iran. Pendukung utama Assad lainnya ialah Rusia.
Pengumuman Trump pada Desember 2018 diikuti pula dengan pengunduran diri Menteri Pertahanan AS Jim Mattis. Merasa sering tidak cocok dengan Presiden, Mattis memilih angkat kaki dari kabinet Trump.
Dalam situasi itu, pernyataan Penasihat Keamanan Nasional AS John Bolton di Israel, Minggu, seolah menjadi angin segar bagi sekutu negara itu. Menurut Bolton, penarikan mundur tentara AS dilakukan jika ada jaminan keamanan dari Turki terhadap milisi Kurdi. Bolton juga memberi isyarat, AS tidak akan meninggalkan Israel.
Setelah berkunjung ke Israel, Bolton terbang ke Turki. Ia bersama Kepala Staf Gabungan Militer AS Jenderal Joseph Dunford dan Perwakilan Khusus AS untuk Suriah James Jeffrey bertemu pejabat Turki. Perbincangan kedua pihak diperkirakan tidak mudah mengingat Ankara sangat ingin menghancurkan kekuatan bersenjata Kurdi di Suriah.
Kalangan politisi dalam negeri AS menilai, Bolton sesungguhnya sedang memperbaiki ”kesalahan” yang dilakukan Trump yang mengumumkan penarikan segera tentara AS dari Suriah. Selain menempatkan sekutu AS dalam posisi sulit, penarikan militer AS dari Suriah secara tergesa-gesa dinilai akan membuat kekuatan NIIS bangkit lagi dan menciptakan ketidakstabilan baru.
Kita tunggu hingga beberapa waktu ke depan bagaimana hasil dari misi Bolton. Di satu sisi Trump ingin tentara AS ditarik dari Suriah, sementara di sisi lain sekutu yang selama ini setia kepada AS masih memerlukan kehadiran militer AS.