Kalender sudah berganti. Berbagai niat baik biasanya juga terpatri pada awal pergantian tahun. Niat mau turun berat badan, mau menyelesaikan sekolah, mau mencari pekerjaan baru serta berbagai kemauan dan harapan yang baik lainnya. Ada pula yang berharap dan bertekad memiliki situasi keuangan yang lebih baik dari tahun lalu.
Sebelum memiliki harapan dan resolusi baru, ada baiknya memeriksa bagaimana pencapaian pada resolusi tahun sebelumnya. Jika pada awal tahun 2018 kita memiliki resolusi untuk menurunkan berat badan, tetapi pada akhir 2018 berat badan malahan naik 5 kilogram, tentu ada yang salah dengan perjalanan sepanjang tahun lalu.
Demikian pula dengan resolusi keuangan. Jika sejak tahun 2018 sudah merencanakan banyak perbaikan perihal keuangan, tetapi pada akhir tahun 2018 banyak hal pula yang belum dibenahi, tentu ada yang masih belum dilakukan sepanjang tahun lalu. Pada tahun baru ini, apakah kesalahan yang sama akan diulangi? Sehingga pada akhir tahun 2019 ini situasi yang sama, seperti berat badan masih naik dan kantong masih menipis akan terulang?
Kalau kejadian seperti itu berulang setiap tahunnya, tentu ada yang harus diperbaiki. Mau menurunkan berat badan, tetapi masih saja makan makanan yang mengandung karbohidrat dan glukosa tinggi atau tidak berolahraga dengan teratur. Hasilnya, bisa jadi berat badan bertambah.
Rencana keuangan pun serupa. Mau punya simpanan di akhir tahun, tetapi setiap ada acara potongan harga di mal, baik nyata maupun maya, selalu belanja. Keinginan baik untuk mulai berinvestasi tertunda karena belum sempat mengunggah kartu pengenal. Atau rencana memiliki rumah, belum juga terlaksana karena uang muka belum terkumpul akibat habis untuk berlibur ke luar negeri demi mendapatkan ”jempol” dan komentar di media sosial.
Tahapan
Untuk mewujudkan niat baik tersebut, ada langkah-langkah yang dapat dilakukan sehingga apa yang direncanakan pada awal tahun menjadi lebih mungkin tercapai, baik untuk urusan menurunkan berat badan maupun untuk keuangan.
Rencana tersebut sebaiknya dilakukan dengan menggunakan panduan, semisal SMART yang artinya spesifik, terukur (measurable), dapat tercapai (achievable), realistis, dan berjangka waktu (time bound). Metode ini dapat digunakan untuk mengukur tujuan dalam berbagai hal.
”Spesifik” berarti tujuan itu dinyatakan dengan jelas. Memiliki simpanan uang sebesar Rp 24 juta pada akhir tahun lebih jelas ketimbang niat memiliki simpanan saja. Dengan rencana memiliki simpanan sebesar Rp 24 juta, berarti dalam satu bulan harus ada tabungan Rp 2 juta. Dari mana uang sebesar itu didapatkan? Dari mengurangi biaya makan di luar rumah menjadi maksimal dua kali saja dari biasanya lima kali satu bulan. Ditambah dengan mengurangi paket klub kebugaran yang ternyata tidak digunakan.
Jika tujuan hanya dinyatakan memiliki simpanan uang saja, tanpa ada angka spesifik, pada akhir tahun kita sudah senang dengan memiliki tabungan sebesar Rp 500.000. Padahal, potensi kita lebih dari jumlah tersebut.
Kata ”terukur” bermakna tujuan itu ada awal dan akhirnya yang dapat digunakan sebagai ukuran. Misalnya, perihal menabung sebesar Rp 24 juta. Setelah mendapatkan uang tersebut, total tabungan akan menjadi Rp 50 juta, misalnya. Pertambahan Rp 24 juta cukup signifikan karena tabungan akan berlipat dua. Ukuran tersebut akan menjadi salah satu penanda apakah rencana yang kita lakukan sudah berada pada jalur yang benar atau belum.
Selanjutnya adalah ”dapat diterima”. Target-target yang telah ditetapkan dapat diterima, baik oleh kita maupun oleh tim atau orang di lingkungan kita. Misalnya, target menurunkan berat badan secara drastis puluhan kilogram dalam waktu singkat hingga membuat badan kurus kering tentu tidak dapat diterima dari sisi kesehatan.
Demikian pula target keuangan. Jika ada target keuangan keluarga, alangkah baiknya dibicarakan dulu cara mencapainya sehingga target itu dapat diterima anggota keluarga. Misalnya, mengurangi biaya makan di luar rumah, mestinya memerlukan kesepakatan semua anggota keluarga. Dengan target yang diterima semua pihak, akan terjalin kerja sama dalam keluarga yang membuat tujuan tercapai.
Target dan tujuan yang dibuat juga perlu realistis. Memiliki tabungan Rp 1 miliar pada akhir tahun sangat tidak realistis jika pendapatan keluarga kita Rp 10 juta per bulan. Sama mustahilnya dengan menurunkan berat badan 10 kilogram dalam dua hari. Ada risiko besar yang timbul karena target yang tidak realistis.
Target dan tujuan yang dibuat juga perlu realistis.
Terakhir adalah ”batas waktu”. Batas waktu yang spesifik misalnya 1-31 Desember 2019 untuk mencapai target tabungan sebesar Rp 24 juta akan lebih mudah diketahui hasilnya ketimbang tidak ada batasan waktu. Target menabung tanpa disertai batas waktu akan membuat tujuan menjadi tidak jelas. Ketika tiba batas waktu tercapai, dengan mudah dapat disimpulkan apakah target atau tujuan tercapai atau tidak. Tanpa batas waktu yang jelas, sulit diukur apakah tujuan sudah tercapai atau belum.
Memasuki Tahun Baru ini, menetapkan berbagai target dengan SMART, yakni spesifik, terukur, dapat diterima semua pihak, realistis, dan ada batas waktu, akan sangat membantu pencapaian akhir tahun kelak, termasuk target keuangan.
Editor:
Sri Rejeki
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.