Para ”Influencer” Palsu Memakan 200 Juta Dollar AS
Dunia influencer terus dibahas sejak beberapa pekan lalu. Berbagai penyimpangan di dunia media sosial itu diungkap.
Banyak perusahaan yang dirugikan karena sudah telanjur mengeluarkan biaya besar untuk promosi di media sosial, tetapi tidak mendapat dampak pemasaran yang diinginkan. Secara global, kerugian yang diderita para pemilik merek sekitar 200 juta dollar AS atau hampir 11 persen anggaran yang dikeluarkan perusahaan-perusahaan dunia untuk promosi melalui orang-orang yang berpengaruh itu.
Laporan sebuah perusahaan pemasaran Captiv8 yang dipublikasikan oleh The New York Times beberapa waktu lalu menyebutkan, banyak perusahaan yang membuang-buang duit untuk promosi melalui akun-akun media sosial milik orang berpengaruh. Mereka tidak mengetahui ternyata mereka memasuki akun-akun palsu dan juga tindakan-tindakan tidak terpuji lainnya. Secara umum, nilai bisnis influencer mencapai 1,5 miliar dollar AS-2,1 miliar dollar AS.
Laporan lainnya menyebutkan, beberapa merek terkenal ternyata masuk ke dalam akun-akun media sosial dengan pengikut palsu. Jumlah pengikut palsu itu mencapai 19 persen sampai 78 persen. Salah satu dari mereka yang terkenal di industri perhotelan ternyata berada di peringkat pertama yang berisi para pengikut palsu. Banyak di antara akun-akun itu terlihat ingin menjadi influencer untuk produk-produk tertentu dan juga membeli pengikut.
Seperti dibahas sebelumnya, influencer palsu itu ketika mereka menggunakan bot dan akun palsu untuk menambah pengikut sehingga mereka terlihat memiliki pengikut dalam jumlah banyak. Mereka juga mengunggah beberapa promosi yang seolah-olah asli. Padahal, pemilik akun tidak mempunyai kesepakatan bisnis dengan merek tertentu.
Cara itu dipakai agar perusahaan melihat seolah-olah akun tersebut mempromosikan produk-produk tertentu dan mempunyai kesepakatan bisnis. Cara ini dipakai untuk menaikkan nilai jual promosi produk.
Cara-cara tidak terpuji itu telah meresahkan perusahaan teknologi di bidang media sosial dan juga para pembuat aturan periklanan. Perusahaan media sosial resah karena akan merusak otentitas perilaku di media sosial sehingga pada ujungnya mengganggu bisnis mereka.
Semakin banyak tindakan tidak terpuji di salah satu platform media sosial, maka bisa menghancurkan reputasi bisnis mereka.
Semakin banyak tindakan tidak terpuji di salah satu platform media sosial, maka bisa menghancurkan reputasi bisnis mereka. Sementara para pembuat aturan berusaha melindungi konsumen dari perilaku penipuan. Produk bisa dipromosikan berlebihan.
Beberapa kalangan juga mulai membahas cara-cara menandai perilaku tidak terpuji itu. Di dalam situs Meltwater disebutkan beberapa cara untuk mendeteksi perilaku-perilaku tidak terpuji. Salah satunya adalah mengecek akun-akun pengikut dan mengecek keasliannya, semisal di Twitter, yaitu tanda verifikasi.
Perusahaan pemegang merek juga bisa mengecek pertumbuhan pengikut. Ada salah satu alat gratis bernama Social Blade yang bisa digunakan untuk memantau pertumbuhan pengikut akun media sosial.
Banyak akun palsu yang pertumbuhan pengikutnya tidak stabil, semisal dalam sehari langsung bertambah 10.000, tetapi pada masa sebelumnya sangat kecil. Pertumbuhan tidak wajar itu bisa menjadi panduan pemilik merek untuk waspada terhadap akun-akun tidak jelas itu. Akun-akun asli biasanya memiliki pertumbuhan yang stabil.
Cara lainnya adalah memantau jumlah tanda suka dan komentar. Terlalu sedikit tanda suka dan komentar perlu diwaspadai, tetapi terlalu banyak tanda suka dan komentar juga sama saja.
Sebagai panduan, secara normal jumlah tanda suka dan komentar berkisar 1-5 persen dari jumlah pengikut. Cara ini digunakan untuk mengukur interaksi antara pemilik akun dan pengikutnya. Semisal kita memiliki pengikut 1.000, maka jumlah interaksi itu berkisar 10 sampai 15 tanda suka atau komentar.
Ada juga cara untuk mengecek keaslian pengikut sebuah akun adalah dengan mengecek komentar mereka. Komentar-komentar dengan kata atau kalimat standar, seperti ”Love it”, ”Awesome”, dan ”So great”, adalah contoh komentar yang generik dan perlu diwaspadai sebagai pengikut palsu. Sebaliknya, komentar-komentar yang natural dan terlihat berkomunikasi dengan pemilik akun maka bisa dipastikan itu adalah akun asli.
Pemilik merek juga bisa mengecek sejauh mana akun-akun yang digunakan sebagai influencer produk-produk mereka dilihat oleh publik. Mereka bisa menggunakan alat yang bisa menghitung jumlah orang yang melihat akun-akun para orang berpengaruh.
Mereka juga bisa memantau interaksi antara pemilik akun dan pengikutnya. Keterlibatan mereka dalam event-event tertentu menjadi cara bagaimana mereka berinteraksi dan berjaringan sehingga bisa digunakan untuk memastikan keaslian akun-akun para influencer dan pengikutnya.