Kembali Bekerja
Setelah liburan akhir tahun berlalu, kita harus kembali bekerja. Mungkin sebagian dari kita merasa belum cukup ”recharge” energi dan sudah terbayang kembali berbagai tuntutan dan stres kerja yang harus dihadapi.
Tumpukan pekerjaan menggunung di atas meja. Birokrasi yang rumit dan menghambat efektivitas. Mencari celah inovasi, tetapi belum juga menemukannya. Menghadapi atasan, rekan kerja, atau bawahan yang sulit.
Berangkat pagi, pulang malam, dan terjebak macet. Mendampingi anak dan memastikan keluarga dalam keadaan baik di tengah itu semua. Bagaimana mengelola semuanya dan memastikan tetap sehat jiwa raga?
Mengelola waktu
Harus berjibaku membereskan semua tanggung jawab dalam keluarga dan di tempat kerja bukan hal yang mudah. Pekerjaan demikian banyak, waktu yang ada sangat terbatas.
Kita perlu belajar dari para perempuan bekerja yang sekaligus adalah ibu rumah tangga mengenai multitasking dan keluwesan untuk memanfaatkan waktu yang ada secara maksimal.
Jam istirahat seperti makan siang dapat sekaligus digunakan untuk membereskan tugas keluarga, seperti menelepon anak dan membayar iuran listrik.
Dapat pula dilakukan time-shifting jika memungkinkan. Misalnya, sebagian pekerjaan dilakukan dari rumah, masuk kerja lebih pagi (karena sambil mengantar anak), tetapi berupaya untuk sebelum jam macet sudah meninggalkan tempat kerja. Bisa pula sebaliknya, datang lebih siang setelah membereskan urusan domestik dan pulang sekaligus malam untuk menghindari macet.
Penting pula menyisihkan waktu untuk relaksasi, menenangkan diri, dan memperoleh hiburan yang positif. Sebagian orang mampu berdisiplin memanfaatkan akhir pekan untuk sungguh-sungguh beristirahat.
Sementara yang lain memilih bekerja di akhir pekan dan mengambil libur di hari kerja. Intinya, kita perlu menemukan strategi penyesuaian yang paling efektif di dalam berbagai keterbatasan yang ada.
Sesibuk apa pun, penting untuk menyisihkan waktu berkualitas khusus hanya untuk keluarga, terlebih jika masih memiliki anak yang sangat memerlukan perawatan, dampingan, dan arahan dari orangtua. Saat waktu tersebut, gadget dan media sosial ditinggalkan dan perhatian diberikan seutuhnya bagi anggota keluarga.
Restrukturisasi
Apabila semua tugas terasa sangat menekan, mungkin itu tanda bahwa kita perlu melakukan restrukturisasi. Barangkali kita perlu menurunkan tuntutan kepada diri sendiri.
Apabila semua bekerja di luar dan tidak ada yang dapat membereskan rumah, tidak perlu menuntut diri sendiri untuk mengelap perabotan dan mengepel lantai setiap hari.
Sekarang juga sudah ada yang dapat meringankan pekerjaan rumah tangga melalui jasa cuci baju, bersih-bersih rumah, hingga pesan makanan secara daring.
Cukup sering terjadi ketika ibu atau istri harus menjalankan banyak peran, sementara anggota keluarga lain taking for granted, terbiasa nyaman dan terus menuntut untuk dilayani. Sementara itu, ibu atau istri harus menjalankan berbagai kewajiban tanpa dapat memberikan perhatian dan kepedulian cukup bagi diri sendiri.
Oleh karena itu, akan sangat baik jika restrukturisasi dilakukan dalam keluarga. Bukan hanya ibu yang berkewajiban membereskan semua tugas rumah tangga dan mengurus keperluan anak.
Ayah, ibu, dan anak dapat berbagi tugas memasak, mencuci baju, dan mencuci piring, membersihkan rumah, mengurus binatang peliharaan, mengantar anak yang terkecil dan belum dapat mandiri untuk beraktivitas (berangkat dan pulang sekolah, les berenang), atau mengerjakan tugas lain.
Apabila ada yang sedang sakit atau mengalami masalah khusus, kita perlu menunjukkan kepedulian dan memberikan bantuan. Jika perlu, yang dalam kondisi lebih baik dapat sementara waktu mengambil alih peran, sampai yang lain dapat berfungsi kembali dengan efektif.
Dapat dilaksanakannya saling dukung dan pembagian peran yang relatif adil menunjukkan kedewasaan dan sikap saling menghormati dari ayah-ibu-anak.
Syukur bahwa saat ini sudah lebih banyak pasangan muda yang mampu menyepakati restrukturisasi peran ini sehingga konflik dapat diminimalkan dan kepuasan hidup berkeluarga juga dapat ditingkatkan.
Prinsip umum
Kita sering lupa pada beberapa prinsip umum yang harus terus diingat dan diterapkan dalam menjalani berbagai tantangan hidup. Penting untuk selalu mempersiapkan diri, tidak bersikap reaktif.
Memilah tugas besar menjadi capaian-capaian yang lebih kecil. Menerima keterbatasan yang ada dan menetapkan standar yang realistis.
Sementara itu, untuk mengelola emosi yang kadang demikian tertekan, kita perlu melatih diri untuk tetap bersikap tenang dan bicara positif kepada diri sendiri dan orang lain.
Perlu disadari bahwa masing-masing orang memiliki minat, ide, dan kepribadian berbeda. Apabila memungkinkan, pembagian peran dapat mempertimbangkan hal ini pula untuk dapat menemukan yang nyaman bagi semua.
Penting untuk bersikap terbuka terhadap perubahan, bahkan mampu mengantisipasinya dan bersikap strategis memanfaatkan perubahan tersebut.
Yang harus dirangkul dan dimanfaatkan positif adalah peran teknologi yang luar biasa besar baik dalam keluarga, hubungan sosial, maupun dalam bekerja.
Jangan lupa mempraktikkan pola hidup sehat. Akhirnya, jika batin sangat tertekan, cari jeda, keluar sebentar untuk mengambil libur. Selamat bekerja kembali. Semoga tahun 2019 dapat kita isi dengan lebih baik daripada tahun sebelumnya.