Grup WhatsApp (WA) khusus bagian bahasa di tempat saya bekerja mendadak ramai oleh sebuah kiriman pesan. Ada kata yang yang dipertanyakan pada judul sebuah artikel yang dimuat di rubrik Ekonomi. Kiriman di grup WA itu disertai foto berupa tangkapan layar ponsel yang memuat artikel tersebut. ”Mengapa kata yang pada judul berita ini ditulis dengan huruf awal kapital?” Begitu kira-kira pengantar pesan di grup WA itu.
Jam menunjukkan pukul 04.00 WIB. Mata masih berat. Tergagap-gagap, saya mencoba menjawab pesan itu sekenanya. Berharap setelah siuman, saya akan membahasnya lebih lanjut.
”Yang Alami untuk Yang Jelita”, begitu judul tulisan tersebut (Kompas, Sabtu, 27/1/2019, halaman 14). Dalam artikel itu diceritakan tentang seorang pengusaha produk kecantikan yang melakukan terobosan penggunaan bahan nonkimia pada produknya.
Saya memahami, bentuk kalimat ini, oleh penulisnya, ingin meniru bentuk-bentuk serupa lainnya, seperti ”Yang Muda, Yang Berkarya”. Begitu juga kita sering mendengar ”Yang Muda, Yang Bercinta”. Sebenarnya penulisan kata yang dengan huruf awal kapital sudah lumrah.
Saya mafhum, mengapa kalimat itu dipertanyakan. Sebab, akan halnya kata penghubung atau kata depan lainnya, seperti dalam, kepada, dengan, dan, di, dan ke, kata yang sebagai preposisi selalu ditulis dengan huruf awal kecil di judul. Namun, perlu diingat, kata yang pada konteks tertentu tidak melulu berlabel sebagai preposisi.
Merujuk Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) V, kata yang juga ada yang berlabel pronomina, yakni kata ganti atau kata yang menggantikan nomina atau frasa nomina, misalnya pada kalimat, yang kaya sama yang kaya, yang miskin sama yang miskin. KBBI memberikan makna kata yang dipakai sebagai kata pembeda.
Pada frasa yang jelita, yang menggantikan kata yang mungkin bisa disandingkan dengan kata itu, misalnya anak (anak jelita), putri (putri jelita). Seperti pada frasa yang kaya, yang menggantikan kata orang (orang kaya).
Sebagai preposisi, yang bisa kita bedakan, misalnya pada kalimat, dia teman yang baik hati. Pada kalimat itu, yang tidak berfungsi menggantikan nomina, tetapi hanya menunjukkan perbedaan pada kata berikutnya (baik hati) dengan lainnya.
Ketentuan penulisan judul
Di berbagai media massa cetak, termasuk Kompas, baik wartawan maupun penyunting bahasa, saat bekerja, selalu berpedoman pada buku pegangan berisi ketentuan kebahasaan yang isinya merupakan hasil kesepakatan bersama. Buku pedoman tersebut berisi ketentuan bahasa, baik ketentuan kebahasaan secara umum maupun ketentuan khusus yang hanya berlaku di lingkungan media massa tersebut—yang lazim disebut gaya selingkung.
Berdasarkan ketentuan, kata berlabel pronomina (kata ganti) harus ditulis dengan huruf awal kapital.
Berdasarkan ketentuan, kata berlabel pronomina (kata ganti) harus ditulis dengan huruf awal kapital. Perlakuan yang sama juga untuk kata-kata berlabel kata benda (nomina), kata kerja (verba), kata sifat (adjektiva), kata bilangan (numeralia), dan kata keterangan (adverbia). Selain kata-kata itu, seperti kata depan (preposisi) atau kata hubung (konjungsi) harus ditulis sebaliknya, dengan huruf awal kecil di judul.
Sama persis dengan polemik kata yang ini. Kegamangan juga sering melanda pengguna bahasa saat menuliskan kata dalam di judul. Sering luput dari perhatian bahwa selain sebagai preposisi, kata dalam juga bisa sebagai kata sifat dan juga sebagai kata benda.
Sebagai adjektiva, kata dalam bisa dilihat pada contoh: sungai itu cukup dalam; sedangkan sebagai nomina, misalnya lalu lintas jalan tol dalam kota macet, atau pada kalimat ini: menteri dalam negeri temui presiden. Pada ketiga contoh kalimat tersebut, jika sebagai judul, kata dalam akan ditulis dengan huruf awal kapital.