Sangatlah penting membangun strategi kebudayaan untuk pengembangan bahasa daerah sebagai kekuatan pemersatu dan penjaga kerukunan.
Pentingnya bahasa daerah sebagai pemersatu, terutama bagi para penggunanya, ditegaskan lagi dalam Konferensi Linguistik Tahunan Ke-17, pekan ini, di Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta. Atas dasar itu, bahasa daerah perlu dipertahankan di tengah arus perubahan yang begitu cepat belakangan ini.
Pengembangan bahasa daerah sama sekali tidak memperlemah bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, tetapi justru sebaliknya. Banyak kata bahasa Indonesia diambil sebagai serapan dari istilah bahasa daerah dan sebaliknya banyak kata bahasa daerah dari istilah bahasa Indonesia.
Jelas pula, aneka ragam bahasa daerah memperlihatkan secara jelas sosok Indonesia sebagai bangsa yang majemuk. Keanekaragaman bahasa itu justru bagian dari kekayaan bangsa yang plural. Tidak sedikit bangsa di dunia yang terpecah dan terkoyak karena persoalan bahasa nasional.
Bangsa Indonesia patut bersyukur karena praktis tidak memiliki persoalan dengan bahasa nasional. Juga tidak ada persoalan dengan bahasa daerah. Jika bahasa Indonesia mempersatukan bangsa, bahasa daerah mempersatukan suku atau komunitas yang menggunakannya. Bahasa tidak hanya digunakan untuk membangun keakraban dan kerukunan, tetapi juga untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, kearifan lokal, dan ilmu pengetahuan.
Kemajuan sebuah bangsa juga bisa diukur, apakah mampu mengembangkan bahasa yang bertumpu pada logika, etika, serta estetika sebagai landasan bagi kemajuan bahasa ilmu pengetahuan dan teknologi.
Budaya tinggi sebuah bangsa, antara lain, dapat terlihat pada penggunaan sistematika bahasa yang logis, rasional, serta mengacu pada nilai-nilai etis dan keindahan bertutur kata.
Sejauh rasionalitas, etika, dan estetika dipertahankan, kebenaran dapat disingkapkan. Sebaliknya, jika rasionalitas, etika, dan estetika tidak diperhatikan atau dikesampingkan, bahasa tidak lagi menciptakan kerukunan, perdamaian, dan persatuan, tetapi justru kekacauan, seperti terlihat pada maraknya fenomena hoaks belakangan ini.
Fenomena hoaks merupakan ancaman global yang mengundang keprihatinan dan kecemasan karena menjungkirbalikkan fakta, kebenaran, rasionalitas, etika, dan estetika. Ancaman hoaks merebak cepat dan seketika karena diproduksi dan direproduksi oleh media sosial, yang sejauh ini bergerak begitu liar, tanpa ada kekuatan yang mampu mengontrolnya.
Suka atau tidak, kemajuan teknologi sering mengandung ironi. Di satu sisi, kemajuan teknologi digital, misalnya, telah memberikan kontribusi sangat besar terhadap kemajuan, tetapi di sisi lain telah menimbulkan gangguan, digital disruption, yang mengguncang dunia.
Teknologi sebagai produk pikiran manusia tidak hanya memberikan nilai positif tinggi, tetapi sekaligus dapat merugikan, seperti terlihat pada kasus teknologi nuklir dan digital.