Pemilu Presiden Amerika Serikat akan berlangsung tahun 2020. Kini, setidaknya ada 19 orang dari Partai Demokrat menyatakan siap untuk bertarung.
Seperti ditulis dalam harian ini pada Senin (22/4/2019), ke-19 orang itu memiliki latar belakang beragam. Ada yang berusia tua serta memiliki segudang pengalaman di dunia politik, antara lain mantan Wapres Joe Biden (76).
Ada pula Bernie Sanders (77), senator yang pada 2016 dikalahkan Hilary Clinton dalam nominasi final Partai Demokrat. Setelah Sanders kalah, Hilary maju sebagai calon presiden dari Demokrat dan berhadapan dengan Donald Trump yang diusung Republik.
Pete Buttigieg yang berusia 37 tahun tampil sebagai bakal kandidat termuda. Meski disebut kalah terkenal ketimbang bakal kandidat lain, Wali Kota Indiana ini mengklaim mewakili perubahan generasi di tubuh pemerintahan. Buttigieg juga sering berbicara masalah-masalah yang dinilai memengaruhi warga muda, seperti reformasi pajak, pengendalian senjata, dan perubahan iklim.
Belum lagi ada Kamala Harris, perempuan senator dan mantan jaksa Negara Bagian California. Seandainya memenangi Pilpres AS 2020, warga keturunan Tamil India dan Jamaika ini menjadi perempuan—sekaligus perempuan kulit berwarna—yang mewujudkan hal tersebut.
Perjalanan para bakal kandidat itu untuk berhadapan dengan calon dari Republik dalam Pilpres 2020 masih panjang. Ada rangkaian seleksi melelahkan yang harus dilalui terlebih dahulu di tubuh Demokrat. Namun, apa pun nanti hasil akhir konvensi Demokrat, kemunculan belasan bakal kandidat tersebut merupakan sesuatu yang sangat positif.
Setiap bakal kandidat tentu memiliki gagasan berbeda-beda sehingga memastikan prinsip keberagaman terwujud dalam proses seleksi. Gagasan yang berbeda-beda atau keberagaman ide ini sangat penting dalam demokrasi. Alasannya, pertama-tama, melalui diskusi dan perdebatan, keberagaman bakal merangsang, menumbuhkan ide-ide baru yang segar, guna menciptakan terobosan di dunia politik.
Di dunia politik, terobosan sungguh krusial. Tanpanya, politik akan stagnan dan tak menghasilkan pembaruan apa-apa. Politik pun menjadi tak mampu untuk menjawab tuntutan masyarakat yang berubah sehingga hanya berfungsi sebagai arena perebutan kekuasaan tanpa substansi, tanpa faedah. Mengingat pentingnya ide segar dalam demokrasi, tak mengherankan ada pandangan demokrasi pada esensinya ialah kontestasi ide. Karena itu, bisa dibayangkan apa jadinya sebuah negara penganut sistem demokrasi, tetapi mengemohi gagasan yang berbeda-beda dan menolak kontestasi ide.
Perjalanan para bakal kandidat Demokrat masih panjang. Dalam proses ini, rasanya penting mencermati gagasan-gagasan yang ditawarkan mereka guna menarik dukungan warga partai. Bagaimana para politisi itu melihat isu yang memengaruhi hajat hidup rakyat, mulai dari perubahan iklim, energi, imigran, ekonomi, pertahanan, hingga geopolitik.