KPU Mencari Jalan Terbaik
Saya menyampaikan turut berdukacita atas meninggalnya pahlawan-pahlawan Pemilu 2019. Semoga semua niat baik dan amal ibadahnya diterima Tuhan Yang Maha Esa.
Saya menelusuri penghitungan suara Pemilu 2019 di enam tempat pemungutan suara (TPS) Bekasi. Sesuai dengan kesepakatan KPU dan harapan rakyat, mayoritas TPS mendahulukan penghitungan suara pemilihan presiden (pilpres), kemudian dilanjutkan dengan pileg. Menghitung suara pilpres relatif mudah dan cepat, sedangkan menghitung suara pileg rumit dan jauh lebih lama.
Sekarang semua data TPS sudah di tangan KPU. Jika tenggat 22 Mei 2019 dirasa sangat lama dan memungkinkan mengundang masalah baru, mengapa tidak dibuat kesepakatan sesuai di TPS saja, yaitu KPU mendahulukan penghitungan surat suara pilpres.
Dalam sepekan pertama (22/4/2019 pukul 15.37), penghitungan suara pilpres di KPU baru mencapai 16 persen. Jadi, berapa pekan lagi supaya mencapai 100 persen?
Rakyat sudah kenyang dijejali hoaks, janganlah ditambah terus tudingan kepada yang tak bersalah pasca-pemilu. Ketua KPU Arief Budiman berulang kali menyampaikan, tidaklah mungkin KPU curang. Sebab, sudah lengkap saksi-saksi dari pasangan calon, partai, dan masyarakat yang menyaksikan penghitungan suara di TPS.
Delapan lembaga survei juga kena getah dengan tuduhan data quick count direkayasa. Dalam siaran pers, Ketua Dewan Etik Persepsi Prof Dr Hamdi Muluk menyatakan, kebenaran akan menemukan jalannya sendiri.
Perhatian rakyat Indonesia dan negara lain lebih tertuju pada hasil pemungutan suara pilpres ketimbang pengumuman pemilu legislatif secara bersamaan. Oleh karena itu, sebaiknya KPU mendahulukan penghitungan suara pilpres seperti pola quick count di TPS.
Semoga KPU bisa mencari jalan terbaik.
MUHAMMAD KASIR SIHOTANG
Jatimekar, Bekasi, Jawa Barat
Merombak Stigma
Saya mengapresiasi TVRI yang telah berkomitmen merombak stigma sebagai lembaga penyiaran publik jadul menjadi kekinian, memesona, dan melayani kebutuhan masyarakat. Perombakan tersebut telah berlangsung sejak Maret 2019 dengan mengubah logonya.
Berikut saran-saran yang semoga dapat dipertimbangkan dalam melaksanakan perombakan tersebut.
Pertama, keantikan (antiquities) sebaiknya tidak ditinggalkan sama sekali. Keantikan banyak menyimpan pesan mendasar bagi generasi penerus dalam menjawab tantangan zaman modern. Bahkan, telah terbukti keantikan sering menghadirkan kerinduan dan menjadi daya tarik tersendiri.
Kedua, diperlukan pengemasan dan penyajian bergaya menggunakan bahasa kekinian sehingga selalu ada di hati masyarakat. Contohnya adalah film Harry Potter. Temanya jadul, tetapi dikemas dan disajikan dengan gaya dan bahasa kekinian. Hasilnya sangat menakjubkan.
Ketiga, untuk mengatasi masalah sumber daya manusia, TVRI bisa merekrut karyawan dengan sistem kontrak. Sistem kontrak memungkinkan peninjauan kembali dan evaluasi secara efektif terhadap kinerja karyawan.
Semoga kehadiran TVRI selalu menjadi kerinduan masyarakat karena mengada dan melayani kebutuhan masyarakat untuk informasi, inspirasi, solusi, dan hiburan.
Pendek kata, TVRI harus dapat hadir untuk menyajikan tontonan dan tuntunan. Pada gilirannya, TVRI menjadi tuntutan (kebutuhan). Pada level ini, TVRI telah dinanti-nanti, dicari, dan dikenang masyarakat. Ini mirip penggambaran Marshall McLuhan tentang TV sebagai ”A Timid Giant”. Mungkin maksudnya adalah ”menakutkan tetapi menakjubkan”. Selamat tinggal TVRI jadul!
A ASTANTA
Taman Mula Sakti,
Kaliabang Tengah,
Bekasi Utara 17125