Kegaduhan dan ketegangan terkait pemilu serempak 17 April 2019 diharapkan segera berlalu. Masih banyak agenda pembangunan bangsa yang harus dibereskan.
Atas alasan dan pertimbangan apa pun, energi dan konsentrasi bangsa tidak bisa dibiarkan untuk dihabiskan bagi urusan pemilu saja, betapapun persoalan itu sangat penting dan strategis. Sungguh konyol, jika ketegangan politik yang menguras tenaga dibiarkan berlarut-larut, membuat bangsa Indonesia berputar di tempat, sementara bangsa-bangsa tetangga dengan penuh gairah bergegas mendorong kemajuan dalam bidang ekonomi, ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Upaya menggapai kemajuan perlu kekompakan, gotong royong, dan soliditas semua kalangan. Pendukung pasangan calon 01 dan 02 dituntut kembali merajut kebersamaan dan kekompakan dalam mendorong kemajuan bangsa di tengah persaingan global yang begitu hebat. Tentu inisiatif pertama-tama harus datang dari kaum elite untuk meredam kegaduhan dan ketegangan, mengakhiri ujaran kebencian, menghentikan sikap saling menyalahkan, dan mendorong penyelesaian sengketa menurut jalur koridor hukum.
Eksistensi dan masa depan bangsa sungguh dipertaruhkan jika kekacauan merebak tidak terkendali, sebagai dampak pertarungan kepentingan yang sangat keras di kalangan elite. Alangkah ironisnya, kegaduhan justru bersumber di kalangan elite, yang menurut Plato seharusnya bertutur dan bersikap lebih arif, memiliki kesabaran, kecerdasan, keteladanan, dan kesantunan. Kegaduhan di kalangan elite terasa menjadi-jadi karena penggunaan media sosial.
Terlepas dari segala kontribusi positifnya yang menakjubkan, penggunaan media sosial yang tak bertanggung jawab telah mengacaukan kondisi sosial politik di sejumlah negara. Melalui media sosial dan media konvensional, kaum elite telah menyebarkan kegaduhan dan ketegangan. Sebaliknya, massa rakyat cenderung tenang-tenang saja, tidak seperti diasumsikan Plato sebagai sumber kegaduhan, keonaran, bertindak berdasarkan insting, dan tidak rasional.
Berbagai kalangan mengapresiasi perilaku masyarakat yang memberikan suara dengan tertib dan penuh keceriaan dalam Pemilu 17 April lalu. Apresiasi serupa diberikan kepada aparat keamanan, Polri dan TNI, yang memberikan jaminan keamanan yang kondusif. Terlepas dari kekurangan yang mungkin ada, Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) tampak berupaya sungguh-sungguh melaksanakan panggilan tugasnya.
Tentu tak perlu ditutup-tutupi jika ditemukan kekurangan dalam pelaksanaan Pemilu 2019. Tuduhan kecurangan, misalnya, harus diselidiki menurut hukum sebagai upaya menegakkan kebenaran, searching the truth. Tidak kalah penting untuk disadari, pemilu bukanlah perang, tetapi sebuah pertandingan. Perang lahir dari permusuhan dan bertujuan menghancurkan. Sebaliknya pertandingan adalah pertarungan yang menyenangkan karena menang dan kalah selalu bisa diperebutkan kembali dalam pemilu berikutnya.